Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
“AH, ini gampang. Seperti nunggang motor,” batin saya ketika pertama kali melihat kendaraan mirip motor besar, tapi dengan empat roda tersebut. Itulah all terrain vehicle (ATV) yang memang sudah cukup populer untuk petualangan darat.
Medio bulan lalu, saya mendapat kesempatan menjelajah berbagai medan di sekitar Bintan Lagoon Resort (BLR) di atas ATV. Jelas ini jadi kesempatan menarik karena bisa memacu adrenalin sekaligus menikmati pemandangan pesisir yang indah di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, itu.
“Ini jenis Savemoto 500 cc. Ini sudah termasuk terbaik di produk Tiongkok karena dia sudah di Kanada. Kita sudah buktikan dia andal,” terang Sea Sport Supervisor BLR Kadek Wiardana kepada rombongan media yang sore itu siap bertualang.
Panduan cara mengendarai ATV pun diberikan dengan detail. Beberapa pengoperasian kendaraan ini memang mirip motor. Kendali gas, misalnya, lewat tuas kecil di bawah jempol kanan. Pengoperasiannya mirip dengan lampu sein pada motor. Ternyata fungsi gas yang dikendalikan dengan menggunakan jempol ini ada hubungannya dengan keamanan karena ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjatuh, bisa dengan cepat dilepas dan gas tidak terbuka. Ketika itu, mesin tidak lagi menggerakkan roda dan mendorong kendaraan. Itu bisa sangat berbahaya sebab pengendara bisa terluka.
Sebelum mengendarai ATV, kami diwajibkan memakai peralatan keselamatan termasuk helm, kacamata, masker, dan sepatu. Titik awal perjalanan kami ialah konter olahraga air BLR. Dengan begitu, kami langsung dihadapkan pada lintasan pasir. Jadilah kelincahan dan nyali kami langsung diuji.
Dengan bobot lebih dari 200 kg, ATV menjadi kendaraan yang menantang di trek pasir. Mesin besar itu seolah punya kehendak sendiri. Ia seperti bergerak-gerak sendiri. Alhasil, kami berusaha keras untuk membuatnya tetap berada dalam trek. Adu tenaga pun terjadi.
Berkendara secara grup seperti yang kami lakukan, praktis keberadaan pembimbing sangat penting. Terlebih dengan peserta yang kebanyakan baru kali pertama menjajal ATV. Dengan begitu tidak jarang pula ada peserta yang sangat kesulitan mengendarai sehingga bisa menjadi halangan atau bahkan tertinggal jauh. Beruntung semua hal ini sudah diperhitungkan pengelola BLR. Dalam tur rombongan, ada dua ATV yang dikendarai pembimbing dan sangat membantu mengatasi berbagai tantangan tur.
Melintasi hutan
Ternyata, lintasan pasir itu masih terhitung mudah. Trek berikutnya ialah jalanan setapak hutan yang lebar treknya hanya cukup untuk satu ATV. Trek berlumpur dengan jalanan berkelok pun menghadang. Harapan kami untuk sensasi berkendara mendapat jawaban dengan kubangan lumpur dengan dalam sekitar setengah meter.
Melintas kubangan itu, barulah kami tersadar. Ternyata itulah fungsi roda ATV didesain dengan agak besar dan tinggi. Sekali lagi jangan samakan dengan sepeda motor, sebab ATV sangat berbeda penanganannya, apalagi ketika menghadapi tikungan.
Pada sepeda motor, ketika menikung ke kanan, motor akan miring ke kanan dan badan juga akan condong ke kanan. Begitu juga sebaliknya. ATV berbeda. Ketika belok dan motor miring ke arah tertentu, posisi badan harus melawan kemiringan motor, bukan mengikuti.
Perlakuan ini juga digunakan ketika melewati jalan terjal atau yang tidak sepenuhnya rata. Posisi badan harus selalu melawan arah miringnya motor. Fungsinya agar ATV tidak terbalik.
Kami memakai jenis ATV berpenggerak gear box. Terdapat dua jenis ATV, yakni ATV yang rantai sebagai penggerak dan gear box. Sebab dengan kondisi medan yang kami lalui sangat beresiko memakai ATV berpenggerak rantai.
“Ada jenis ATV yang pakai rantai. Itu kurang bagus. Kurang kuat. Ini kita yang jenis gear box atau gardan. Jadi termasuk handal lah ini. Sesuai dengan medan yang disini,” tambah Kadek.
Kami juga memakai ATV dengan cc yang cukup besar, yakni 500cc. Memang tidak ada hubungan antara panjang trek dan besarnya cc. Namun, besarnya cc memengaruhi daya tahan mesin sehingga untuk medan dengan keekstreman tinggi jangan harap bisa memakai ATV 150cc ataupun 200cc.
“Itu memengaruhi endurance mesin kita. Kalau cc kecil, kita pakai di trek itu sebentar habis. Rusak, CC yang 200, 150 kena trek berpasir, berlumpur. Dia kurang kuat,” tambahnya.
Ada satu hal lagi yang harus diperhatikan ketika ATV yang dikendarai terbalik. Ketika benar-benar akan terbalik, jangan pernah turunkan kaki untuk menahan. Sebab selain sudah jelas kaki kita tidak akan sanggup menahan bobot ATV, kita pun beresiko menderita cedera. Jadi yang terbaik, kita segera melepaskan pegangan dari ATV dan melompat menjauh.
Sayang sore itu rombongan kami tidak dapat menyusuri trek hingga akhir karena hujan yang sejak tadi malu-malu berubah deras. Meski singkat, pengalaman ber-ATV memberikan ide cara lain menikmati alam Pulau Bintan, khususnya juga di BLR.
Mengendarai ATV pun bukan satu-satunya yang bisa dilakukan di Sea Sport Bintan Lagoon Resort. Sebab BLR dengan luas 300 hektare dilengkapi 50 olahraga laut dan aktivitas darat, seperti jet ski, kayaking, snorkeling, dan paddle boating. Bintan Lagoon Resort memiliki luas area lebih dari 300 hektare. Resor ini terletak di tepi pantai dengan suasana tropis Pulau Bintan. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved