Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Terharu Mengenang Almarhum Suami

Rizky Noor Alam
05/3/2017 05:15
Terharu Mengenang Almarhum Suami
(MI/ADAM DWI)

DALAM perjalanan di dalam mobil berpelat RI 30 itu pula Khofifah berbagi kisah tentang masa kecil dan orang-orang terkasih yang setia menjadi pendukungnya. Yang terutama adalah almarhum suami, Indar Parawansa.

Berpulang pada 2014, segala dukungan Indar masih lekat di ingatan Khofifah.

“Waktu itu kan DPR tidak punya staf, bisa dibayangkan saya hamil tidak punya staf dan jadi ketua fraksi. Jadi manajemen waktu itu tergantung pembiasaan masing-masing. Saya bersyukur dulu suami saya luar biasa memberikan peluang dan ruang serta support saya luar biasa. Dia ke Badan Pusat Statistik sehari-hari untuk support saya, saya butuh data ini, saya butuh buku ini, suami saya luar biasa,” kenang ibu empat anak itu dengan mata berkaca-kaca.

Dukungan Indar memang dapat dikatakan sebagai salah satu kunci kesuksesan Khofifah. Sebab Khofifah mengandung anak pertama di saat baru beberapa bulan menjadi politisi di DPR. Berkat dukungan Indar, kehamilan sama sekali tidak menyurutkan kerja Khofifah. Bahkan dalam dua tahun, perempuan yang mendapat gelar sarjana di Universitas Airlangga dan Master di Universitas Indonesia ini didaulat menjadi ketua komisi.

Di sisi lain, Khofifah juga ingat bagaimana Indar tetap disiplin menjaga Khofifah agar tidak mengesampingkan hak anak untuk ASI.

“Jadi kita berbagi tugas dengan saling memahami kesibukan masing-masing” kenangnya.

Etos kerja Khofifah juga dibentuk dari pengalaman masa kecil. Perempuan asal Surabaya ini mengaku sudah aktif dalam berorganisasi di kampung sejak kecil.

“Saya memang dari kecil, dari 3 SD saya sudah menjadi bendahara di sebuah komunitas pengajian di kampung saya. Pada waktu itu ibu saya sudah mengajarkan ke saya bagaimana mengelola uang tersebut agar kelompok pengajian itu bisa punya perlengkapan sendiri, tidak perlu pinjam cangkir dan tikar ke tetangga. Jadi me-manage teman-teman seumuran saya sudah diajarkan dari SD,” tutur putri almarhum H Achmad Ra’i dan Hj Rochmah itu.

Di bangku SMP, Khofifah gemar kegiatan naik gunung dan di SMA masuk di Dewan Kerja Pramuka serta aktif di OSIS. Keterlibatannya di Nahdlatul Ulama dimulai lewat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Surabaya hingga akhirnya ia menjadi ketua IPPNU.

Tidak hanya itu, Khofifah menjabat Ketua PMI Surabaya, sejak menimba ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Universitas Airlangga.

“Memang tidak punya (libur) Sabtu-Minggu sejak muda karena hobi saya berorganisasi,” ungkap perempuan yang menggemari sosok Mahatma Gandhi dan Gus Dur tersebut.

Selain aktif berorganisasi, Khofifah gemar membaca. Sejak kecil dia suka mengambil padi sisa-sisa panen yang kemudian dibawanya ke tukang giling untuk kemudian dijual dan dibelikan buku untuk dibaca.

“Bagi saya pemimpin yang baik adalah pemimpin yang melayani. Tapi di lapangan sering ketemunya (pemimpin) dilayani, jadi bagaimana jiwa melayani itu muncul dari semua lini. Saya sebetulnya bukan birokrat tetapi bahwa saya memang mendedikasikan diri saya sebagai pelayan masyarakat, pelayan umat, dan kebetulan suami saya juga seperti itu, anak-anak saya juga insya Allah sama. Saya ingin apa yang ada dalam diri kita bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Bagaimana kita memberikan manfaat,” pungkasnya. (Riz/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya