Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Nyanyi Panjang, Menempa Hati sambil Berdendang

Susi Ivvaty
05/11/2023 05:00
Nyanyi Panjang, Menempa Hati sambil Berdendang
Mak Itam (tengah), maestro nyanyi panjang yang masih aktif saat ini.(Dok. Heryus Saputro)

HERMAN Maskar mulai melantunkan bebalam selama kurang dari 1 menit, kemudian Sulastri Yerni menyambungnya. Indang donai... Setelah keduanya bersahutan melagukan bebalam sekitar 2 menit, Baiya alias Mak Itam tampil mendendangkan nyanyi panjang. Lantunan suara Herman, Sulastri, dan Mak Item dalam bahasa Melayu logat Petalangan Riau pun menggema di ruangan Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Semua penonton khusyuk. Dendang itu begitu cepat merasuk. Meski mayoritas audiensi tidak paham betul artinya, beberapa kata masih dapat tertangkap indra.

Indang donai/Pucuk kandi bosomut api/Pucuk mentangu diluut jangan/Alangkah manih muluik ghang kini/Didongeh bulieh, dituun jangan (Pucuk kandis bersemut api, pucuk mentangur (jenis kayu keras) dilurut janganAlangkah manis mulut orang kini, didengar boleh diturut jangan).

Maksud dari bebalam tersebut ialah boleh saja orang berkata manis meski kenyataannya pahit atau tidak selalu persis seperti yang dikatakan. Oleh karena itu, jangan langsung percaya mentah-mentah setiap perkataan manis, tapi juga jangan dilawan karena bisa mengakibatkan permusuhan. Cukup dengarkan saja.

Nyanyi panjang ialah satu bentuk sastra lisan bercorak naratif yang dimiliki masyarakat Melayu khususnya di Petalangan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, yang kemudian menyebar di beberapa daerah di Riau. Cerita-cerita disampaikan tukang nyanyi dalam bentuk nyanyian atau dilagukan. Adapun bebalam ialah pantun bersahutan untuk pengantar pertunjukan nyanyi panjang dan dipakai juga untuk pergantian pendendang, dari pendendang pertama ke pedendang kedua dalam nyanyi panjang. Dibalamkan berarti didendangkan.

Sesuai dengan namanya, nyanyi panjang terdiri atas dua kata, nyanyi yang berarti pertunjukan menyanyi dan panjang berarti waktu yang panjang. Nyanyi panjang berarti sebuah cerita yang dinyanyikan atau dilagukan tukang nyanyi dalam waktu yang panjang atau lama. Dulu, tukang nyanyi bisa membutuhkan waktu lebih dari satu malam sampai kisahnya tamat.

Kini, nyanyi panjang, tak harus sepanjang itu. Durasinya menyesuaikan dengan jenis acaranya atau menurut permintaan penyelenggara acara, seperti ketika ditampilkan di Seminar Internasional dan Festival Tradisi Lisan XII di TIM pada 12 Juni 2023 dengan durasi tidak lebih dari 10 menit.

“Penelitian saya, durasi nyanyi panjang yang masih ada saat ini, ada yang 2 jam hingga 13 jam 50 detik atau hampir 14 jam dalam satu cerita,” kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau Kabupaten Pelalawan, Herman Maskar.

Pertunjukan nyanyi panjang sangat berkait-rapat dengan tukang cerita (storytellers), cerita (story), suasana pertunjukan (performance situation), dan khalayak (audiensi). Keempat unsur tersebut saling memengaruhi. Beberapa ciri khas nyanyi panjang ialah gaya bahasa bercorak prosa lirik atau prosa berirama, banyak pengulangan, ada kisah pengembaraan, lalu penyelesaian.

Jika merujuk kisah dalam kehidupan sehari-hari, terdapat 97 jenis atau tema nyanyi panjang (Sabna Fitri Aulan Dari dan Sudirman Shomary. Tunjuk Ajar Melayu dalam Nyanyi Panjang Balam Ponganjuw Susunan Herman Maskar. Sajak: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Sastra, Bahasa, dan Pendidikan, Vol 1 Nomor 2, Oktober 2022).

Maestro nyanyi panjang yang masih aktif saat ini dan bersedia tampil di mana pun, tinggal tersisa Mak Itam. Perempuan berusia 76 tahun itu mampu membawakan nyanyi panjang hingga berjam-jam di berbagai hajatan. Sebelumnya ada maestro bernama Ganti (almarhum), bukan dari Petalangan, tetapi dari suku Sakai di Kampung Sialang Rimbun, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis. Ganti menjadi tukang nyanyi sejak usia 15 tahun, tapi belum diakui karena masih remaja. Ia baru bisa tampil secara profesional pada usia 25 tahun (Bazrul Bahaman, Persembahan Nyanyi Panjang Suku Sakai di Riau Indonesia. Jurnal Pengkajian Melayu Jilid 10 Tahun 2009).

Akan tetapi, bukan berarti hanya Mak Itam satu-satunya tukang nyanyi yang menguasai nyanyi panjang. Meski regenerasi berjalan lambat, ada beberapa tukang nyanyi yang pada saatnya nanti dapat disebut maestro.

“Saya menemukan ada beberapa penutur nyanyi panjang lain selain Mak Itam, tapi memang kendalanya mereka masih malu-malu sehingga nyanyian mereka tidak ditampilkan untuk umum. Saya jumpai di Desa Betung ada satu perempuan, dan ada juga perempuan dan laki-laki di Desa Petani. Tidak banyak, memang, karena kan nyanyi panjang itu diwariskan turun-temurun, jadi tidak ada yang menuliskan lalu menghafalkannya,” papar Herman, yang juga menjabat Ketua Dewan Kesenian Riau Kabupaten Pelalawan.

Nyanyi panjang sebagai sebuah pertunjukan memang makin terkonsep. Namun, seni itu sebetulnya dapat dilakukan sendirian untuk menghibur diri atau dilakukan beberapa orang tanpa audiensi. Setiap orang dapat melakukannya tanpa takut dinilai. Para remaja bernyanyi bersama dan bahkan bisa menjadi ajang belajar menghafal syair.

Patokan bercerita ialah sang tokoh, yang merupakan unsur yang penting. Tokoh tersebut, bagaimanapun wujud dan parasnya, cantik atau jelek, akan membuat cerita mengalir terus.

Pelipur lara

Tidak diketahui secara pasti, kapan nyanyi panjang diciptakan. Hal yang pasti, nyanyi panjang muncul sebagai sebuah ekspresi lisan yang kisahnya diambil dari kehidupan sehari-hari. Nyanyi panjang merupakan hasil kreativitas masyarakat dan menjadi milik bersama, kemudian diwariskan secara turun-temurun. Seorang penerus hanya mendengarkan gurunya atau orangtuanya bernyanyi lalu menyimpan semuanya ke memori tanpa bantuan catatan tertulis apa pun. Oleh karena itu, nyanyi panjang termasuk kategori kelisanan primer.

Nyanyi panjang sama dengan cerita penglipur lara dalam tradisi Melayu yang menceritakan tokoh atau wira yang digdaya. Irama saat bercerita bisa beraneka ragam, sesuai dengan pesan. Kadang iramanya keras seperti orang sedang marah, kadang sebaliknya, lembut dan nyaris tidak terdengar. Oleh karena itu, penonton bisa terhanyut dalam suasana, sama seperti ketika Mak Itam menyanyikannya dengan nada-nada naik-turun. Meski hanya 10 menit dan tidak terlalu paham maknanya, saya cukup terhanyut dan terpaku mendengarnya.

Dulu ketika masih banyak sawah, nyanyi panjang kerap dipertunjukkan seusai panen. Pemilik lahan atau petani bahkan harus jauh hari mengundang tukang nyanyi, setidaknya lima hari sebelumnya, agar tidak bentrok jadwal. Jika bentrok, tukang nyanyi akan memprioritaskan pekerjaan yang lebih banyak uangnya karena nyanyi panjang biasanya lebih kecil honornya (Bahaman, 2009).

Kini nyanyi panjang kerap mengisi acara pesta adat, pernikahan, dan kenduri, yang bisa ditampilkan selama 5 hingga 7 jam mulai pukul 21.00 hingga pukul 03.00 keesokan hari. Tukang nyanyi duduk di di tilam kecil atau tikar yang telah dipersiapkan, lalu membaca Al-Fatihah, Al-Alaq, dan la ilaha illallah. Jika tukang nyanyi ialah pengikut tarekat atau pintar mengaji, ia akan membaca doa juga. Namun, itu sangat jarang, dan pembaca doa lazimnya tetaplah kiai atau tokoh agama.

Pendidikan karakter 

Masyarakat Melayu Riau menyebut pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti, akhlak, dan moral dengan sebutan ‘tunjuk ajar Melayu’. Jadi, tunjuk ajar ialah segala jenis petuah, petunjuk, nasihat, amanah, pengajaran, dan contoh teladan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam arti luas. Hal itu termuat di lirik-lirik nyanyi panjang (Sabna Fitri Aulan Dari dan Sudirman Shomary, 2022).

Lebih detailnya, tunjuk ajar Melayu berisi butir-butir budaya Melayu seperti: ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketaatan kepada ibu dan bapak, ketaatan kepada pemimpin, sifat amanah, keadilan dan kebenaran, keutamaan menuntut ilmu pengetahuan, tanggung jawab, bertanam budi, dan membalas budi.

Bujang si Undang merupakan salah satu judul cerita yang terdapat dalam tradisi lisan nyanyi panjang. Sebagai tokoh utama, Bujang si Undang memiliki sifat-sifat yang sarat dengan nilai-nilai tunjuk ajar yang dapat diteladani masyarakat. Salah satu nilai tunjuk ajar yang terkandung dalam Bujang si Undang ialah ketaatan pada ibu dan bapak (Erni. Tunjuk Ajar Melayu Riau dalam Tradisi Lisan Nyanyi Panjang Orang Petalangan Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Prosiding. Seminar Internasional Pendidikan 2016. Fakultas Tarbiyah dan Pengajaran Guru. IAIN Batusangkar).

Contoh dalam nyanyian: "Dia pun turun dari anjung tinggi. Ia menuju ke bilik dalam. Dari jauh mengangkat tangan. Setelah dekat menjunjung duli. Menyembah kepada bundanya. Duduk bersimpuh bertelekan. Tangan kirinya bertelekan. Tangan kanannya menyorongkan uncang. O Bunda, hamba menyembah. Santaplah sirih peminangan ananda, katanya".

Begitulah nyanyian tersebut serasa menempa hati, sarat makna. Sudah sepatutnya nyanyi panjang dan bebalam terus dirawat. Menurut Herman, saat ini Dewan Kesenian Kabupaten Pelalawan menggalakkan pelatihan bebalam untuk anak-anak sekolah dasar. “Kami mengadakan pelatihan selama tiga bulan, lalu setelah itu diadakan lomba. Beberapa waktu itu ada 90 anak SD, lalu anak SMP dan SMA ternyata ada yang berminat. Orangtua juga antusias dan penonton suka,” katanya. (M-3)

Susi Ivvaty (Wartawan, pegiat budaya, Pengurus ATL Pusat 2021--2026, dan Pengurus Lesbumi PBNU 2022--2027)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya