Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Basri & Salma in a Never-Ending Comedy Terinspirasi dari Odong-odong

Rahmatul Fajri
28/4/2023 09:00
Basri & Salma in a Never-Ending Comedy Terinspirasi dari Odong-odong
Film Basri & Salma in a Never Ending Comedy(medcom.id/Instagram)

PENYELENGGARA Festival Film Cannes mengumumkan daftar lengkap film-film pendek official selection-nya. Film pendek Basri & Salma in a Never-Ending Comedy menjadi salah satu dari 11 film pendek yang akan berkompetisi di Festival Film Cannes untuk memperebutkan Short Film Palme d'Or.

Diketahui, Festival Film Cannes ke-76 akan berlangsung mulai tanggal 16 sampai 27 Mei 2023. Setelah tayang perdana di Festival Film Cannes, Basri & Salma in a Never-Ending Comedy juga akan tayang di beberapa festival lainnya.

Film pendek besutan sutradara Khozy Rizal dan produser John Badalu menjadi satu-satunya film pendek dari Asia dan pertama dari Indonesia yang masuk official selection dan berkompetisi di festival film tahunan yang diselenggarakan di Cannes, Prancis.

Film pendek Basri & Salma ini bercerita tentang Basri (Arham Rizky Saputra) dan Salma (Rezky Chiki), sepasang suami istri yang telah menikah selama lima tahun dan belum dikaruniai anak. Mereka berdua bekerja sebagai tukang odong-odong di karnaval.

Film ini memperlihatkan tekanan yang dialami keduanya dari sanak saudara di acara pertemuan keluarga. Keraguan diri hingga konfrontasi yang meledak-ledak tentang mengapa mereka belum dikaruniai seorang anak tergambar di film ini.

Film ini diproduksi di Makassar dengan melibatkan pemain dan kru Makassar serta disponsori oleh Singapore International Film Festival melalui Southeast Asian Short Film Grant.

Menurut Khozy, ide awal film ketiganya ini datang dari kekagumannya pada odong-odong.

“Visual odong-odong yang vibran dan sangat menggemaskan itu lalu saya putuskan untuk dijadikan medium bercerita tentang bagaimana keluarga modern Indonesia dengan lapisan-lapisan menarik di dalamnya,” ungkap Khozy, melalui keterangannya, Kamis (27/4).

Baca juga: Film Pendek Pertama Asal Indonesia Tembus Festival Film Cannes

Khozy yang sebelumnya menggarap film Makassar is a City for Football Fans (2021) dan Ride to Nowhere (2022) berharap karyanya bisa dinikmati penonton dan pesan yang tersimpan dalam film dapat sampai ke penonton.

"Semoga film ini juga bisa menjadi cerminan bagaimana ekspektasi kultural yang dilandasi nilai-nilai patriarkis yang kuat cenderung membuat kita menjadi sosok yang penuh kekerasan dan cenderung membuat orang lain merasa bodoh sekaligus mendapatkan banyak tekanan hanya karena mereka tidak memenuhi ekspektasi-ekspektasi tersebut. Sebuah siklus tanpa henti karena mereka berusaha menghindari tekanan-tekanan tersebut".

Sementara itu, sebelumnya ada dua film Indonesia yang pernah berkompetisi di ajang ini adalah film cerita panjang Daun di Atas Bantal (Garin Nugroho, 1998) dan Serambi (Garin Nugroho, Tonny Trimarsanto, Lianto Suseno & Viva Westi, 2005) pada kategori Un Certain Regard.(M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya