Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Ikhwan Arief : Ekowisata Bangsring Bangkit dari Pandemi

NIKE AMELIA SARI
15/1/2023 05:10
 Ikhwan Arief  : Ekowisata Bangsring Bangkit dari Pandemi
Ikhwan Arief(SUMARYANTO BRONTO)

KICK Andy episode Bukan Pemimpi menghadirkan kembali tiga narasumber yang pernah hadir pada beberapa tahun lalu. Kali ini, mereka hadir untuk berkisah tentang kelanjutan kegiatan mereka, termasuk dampak dari kehadiran di Kick Andy terhadap program-program mereka.

Bintang tamu pertama ialah Ikhwan Arief yang pernah tampil di Kick Andy sekitar tujuh tahun lalu. Pada 2015, Ikhwan mengembangkan kelompok sadar wisata di internal desanya saja, yaitu Desa Bangsring, Banyuwangi.

Kini bersama desa Bangsring, ia menjadi inspirasi desa-desa di sekitarnya. Bahkan, beberapa kabupaten dan lintas pulau di Indonesia menjadikan Bangsring percontohan desa wisata.

Ikhwan menyebutkan menjaga lingkungan Bangsring ialah kunci utama. “Tujuan saya dan masyarakat Bangsring saat ini adalah melakukan konservasi, bukan pariwisata. Saya percaya bahwa semakin lingkungan dilestarikan akan semakin menyejahterakan,” kata Ikhwan dalam episode yang tayang hari ini di Metro TV.

Pria yang merupakan Ketua Kelompok Nelayan Samudera Bakti itu mengatakan anggotanya kian bertambah. Dengan begitu, wilayah cakupan konservasi semakin luas.

Kiprahnya di Banyuwangi menghasilkan penghargaan Kalpataru yang diserahkan Menteri LHK di hadapan Presiden Jokowi pada 2017.

Pada tahun itu pula pengelola destinasi wisata Wakatobi melakukan studi banding ke Bangsring. Ia sebenarnya mengaku kebingungan menerima kedatangan mereka karena menilai Wakatobi telah unggul dalam pariwisata.

"Ternyata setelah kita observasi Wakatobi memang keren, tapi pelaku utamanya bukan warga sekitar. Baru saya mengerti kalau saya diajak ke sini (Wakatobi) untuk mengajak bagaimana masyarakat sekitar ikut terlibat dalam pengelolaan lingkungan," ungkapnya.

 

Bangsring kini juga telah diduplikasi di dua titik di Madura, yaitu di Sumenep tepatnya di Pulau Gili Lapek, lalu di Sampang, dan Bangkalan. Selain itu, Bangsring menjadi percontohan dari Sabang hingga Raja Ampat.

Ketika datang ke daerah-daerah yang ingin mencontoh Bangsring, Ikhwan mengaku berusaha mengubah pola pikir masyarakat setempat yang tinggal di kawasan pesisir. Setelah masyarakat memahami tujuan besar pariwisata dan dampaknya bagi mereka, barulah ia bisa mengajak masyarakat untuk ikut mengelola.

Baginya, peran masyarakat dalam menjadi pengelola pariwisata wilayahnya sangat penting. “Masyarakat setempat lebih berhak dan pantas daripada investor,” tukasnya. Sebab itu, materi yang Ikhwan berikan ialah memberikan motivasi masyarakat untuk bangkit, memiliki percaya diri, dan berani mengelola daerah sendiri.

 

Memperbaiki diri dan lingkungan

Ikhwan memulai upayanya untuk memulihkan Bangsring di saat ia masih berusia 24 tahun. Pria yang kini berusia 38 tahun itu memiliki tekad untuk menghentikan penangkapan ikan dengan menggunakan bom.

Dengan usianya yang muda dan ketiadaan pengalaman sebagai nelayan, Ikhwan tidak digubris. Namun, ia tidak menyerah dan secara perlahan terus mengampanyekan bahaya perikanan dengan bom.

Untuk mengembangkan potensi desa, Ikhwan berulang kali menegaskan untuk terus menjaga kearifan lokal. Menurutnya, wisata buatan hanya sebagai bentuk penyegaran, tetapi keragaman budaya tidak dapat dihilangkan karena akan memunculkan ekspresi yang berbeda.

Saat ini di Bangsring ada 200 lebih nelayan yang terlibat dalam konservasi terumbu karang, 100 di antaranya masyarakat yang membuka jasa pariwisata. Gotong royong masyarakat yang optimistis membangun desa pun menumbuhkan semangat yang sama. Ikhwan menyebutkan ada sekitar 40 desa yang turut bangkit meniru Bangsring versi mereka.

Selain semangat untuk memelihara alamnya, anak muda Bangsring kini mulai peduli dengan pendidikan, begitu juga dengan orangtua nelayan yang dulunya hanya tamatan SD-SMP. Salah satu faktornya ialah kedatangan para mahasiswa yang menjalani kerja magang di desa itu.

Saat pandemi, pariwisata Desa Bangsring turut terimbas. Uang kas pun habis dipakai di tahun kedua pandemi hingga Ikhwan akhirnya meliburkan sejumlah nelayan dari kegiatan ekowisata. Sebagai gantinya, mereka mereka lebih banyak melakukan kegiatan konservasi, bersih-bersih laut, memperbaiki dan mengecat perahu.

 

Kini, geliat pariwisata mulai bangkit. Jumlah wisatawan ke Desa Bangsring telah mencapai 30% dari jumlah biasanya. Sekitar 10% wisatawan yang datang juga berbelanja oleh-oleh.

Memang jumlah itu masih jauh dari normal, tetapi setidaknya harapan telah tumbuh kembali di masyarakat. Ia pun berharap pariwisata desa itu akan lebih berkembang di masa mendatang.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya