Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kiswanti : Jendela Dunia untuk Anak Gang

Nike Amelia Sari
08/1/2023 05:25
Kiswanti : Jendela Dunia untuk Anak Gang
Kiswanti(MI/SUMARYANTO BRONTO)

DI ujung Gang Kamboja, Kecamatan Parung, Bogor, Jawa Barat, sebuah tempat menjadi jendela dunia bagi warga setempat, khususnya anak-anak. Tempat itu merupakan perpustakaan yang dinamakan Warung Baca Anak Lebak Wangi (Warabal).

Sejak dimulai pada 25 tahun lalu, Warabal sudah memiliki koleksi 4.000 buku dan 13 relawan. Warga tidak hanya bisa meminjam buku dengan gratis, tetapu tersedia pula kelas belajar bagi anak-anak dan remaja. Selain itu, perpustakaan sengaja dibuka 24 jam sehingga siapa pun dapat menimba ilmu kapan pun waktu yang dimiliki.

Sosok inspiratif dibalik Warabal ialah Kiswanti atau biasa disapa Bude Kis. Hadir sebagai bintang tamu Kick Andy bertajuk Berjuta Buku untuk Indonesia yang tayang pada Minggu (8/1) di Metro TV, Kiswanti mengungkapkan inisiatifnya berasal dari keprihatinan akan akses pendidikan anak-anak di Parung sejak kali pertama tinggal di sana pada 1993.

Wanita asal Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memang hobi mengumpulkan buku itu percaya bahwa tempat baca dapat membantu kebutuhan literasi warga. Akhirnya, iamendirikan Warabal pada 1997.

"Gedung (perpustakaan) itu dipinjamkan, tapi untuk perawatannya, itu tanggung jawab kami. Alhamdulillah dengan kekuatan doa dari banyak orang, kadang saya diminta untuk cerita gimana proses taman bacaan, di situ saya dapat (uang) transpor dan itu buat operasional taman bacaan," ujarnya.

"Kami gratiskan hanya peminjaman buku, selebihnya kami kenai biaya dengan sistem infak, artinya sesuai kemampuan. Relawan gajinya sajuta (sabar, jujur, tawakal) dan BCA (bank centralakhirat). Jadi, mereka tidak terima apa-apa," lanjutnya.

Hampir setiap hari masyarakat dari kelompok umur yang berbeda mendatangi warabal. Pagi dipakai untuk mengenalkan huruf dan angka kepada anak usia 3,5-5 tahun, petang giliran anak usia sekolah (6-10 tahun) belajar agama. 

Malam hari, Warabal menjadi malam berkumpul remaja usia 11-18 tahun belajar berkelompok. Ibu-ibu mendatangi tempat itu di sela-sela waktu mereka.

 

Pengalaman masa kecil

Kiswanti menyadari pentingnya membaca karena berkaca dari pengalaman masa kecil. Meski sang ayah hanya berprofesi sebagai tukang becak, ia sangat gemar membaca dan kerap membawa koran bekas ke rumah untuk mengajari anak-anaknya membaca.

Kegemaran sang ayah menular kepadanya. Perempuan kelahiran Bantul, 4 Desember 1967, itumenjadi pengunjung setia perpustakaan sekolah dan menjadi siswi berprestasi. Namun, Kiswanti yang dipercaya menjadi pengurus perpustakaan sekolah kemudian hanya bisa menamatkan pendidikannya di jenjang SD karena terkendala biaya. 

Tidak bersekolah, ia imbangi dengan banyak membaca. Ia mengumpulkan beragam buku bekas, pembelian orangtuanya di pasar loak. Kurun 1982-1987, ribuan judul buku terkumpul di rumahnya.

Ketika usia remaja, ia nekat ke Jakarta pada 1987 dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah orang Filipina bergaji Rp40 ribu per bulan. Majikannya punya perpustakaan pribadi di rumah dan ia pun merasa senang. Semula, ia minta imbalan dibayar dengan buku, tetapi akhirnya majikannya membawa Kiswanti membeli buku senilai gajinya sebulan.

Selepas menikah, ia dan suaminya pindah ke wilayah Parung. Ia pun memboyong koleksi buku-bukunya. Ia membuka warung di rumah dan buku-bukunya juga digelar di situ hingga membuat anak-anak yang berbelanja tertarik membaca buku.

Kabar banyak buku di rumah Kiswanti menyebar di seluruh warga kampung. Ia mulai berkeliling dengan bersepeda dari satu kampung ke kampung lainnya membawa sejumlah buku untuk dipinjamkan gratis.

Usaha Kiswanti tak sia-sia, warga sekitar lambat laun juga ikut berpartisipasi dalam pengembangan Warabal dan memercayakan anak-anak mereka untuk membaca dan mengikuti kelas-kelas di Warabal.

Atas saran warga pula, Warabal kemudian mendirikan pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan berdirinya Taman Pendidikan Anak Usia Dini Nurul Qalbu. Saat ini, jumlah siswa sudah mencapai 1.300 orang yang belajar di sana. 

Salah satu cara Kiswanti saat mengajar ialah dengan membacakan dongeng cerita rakyat yang sarat akan pesan moral. Selain itu, untuk dapat lebih memahami aspek pendidikan anak usia dini, Kiswanti dan pihak-pihak di PAUD Nurul Qalbu kerap mengikuti berbagai lokakarya pendidikan, pengasuhan anak, dan teknik membacakan buku. Kiswanti juga anggota komunitas buku, seperti Reading Bugs dan Read Aloud.

Guru-guru di PAUD Nurul Qalbu juga banyak yang merupakan sarjana sehingga hasil pelatihan yang didapatkan Kiswanti bisa dikolaborasikan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki para guru PAUD Nurul Qalbu. Tak berhenti sampai di sana, Kiswanti juga ingin mendukung anak-anak Warabal sampai jenjang pendidikan tinggi. Hingga saat ini, sudah ada empat anak didik yang ia bantu berkuliah.

Jasa Kiswanti di dunia pendidikan sudah tidak diragukan, beberapa penghargaan sudah ia dapatkan, di antaranya Anugerah Peduli Pendidikan dari Kemdikbud 2012 dan Pertamina Award kategori Pertamina cerdas 2015 dari Pertamina. Menurutnya, manusia tanpa pendidikan ibarat hidup dalam kegelapan. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya