Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PERNAHKAN Anda menghabiskan banyak waktu dengan seseorang kemudian secara perlahan Anda terpengaruh logat atau aksen bicaranya? Jika demikian, perubahan tersebut nyatanya wajar.
Dilansir dari Daily Mail pada Rabu (4/1), sebuah studi terbaru dari University of Pennsylvania, bekerja sama dengan Pennsylvania State University dan Villanova University di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa orang bisa terpengaruh dengan logat orang lain karena sering bersama.
Tim ahli bahasa menyelidiki keadaan itu dan menyebutnya sebagai konvergensi fonetis (bunyi), yaitu fenomena yang terjadi ketika seseorang mulai meniru pengucapan bunyi vokal dan logat orang lain. Tim juga menemukan fakta bahwa semakin menarik dan intens tugas tersebut dikerjakan maka akan semakin tinggi terjadi konvergensi fonetis.
Selain itu, jenis kelamin, ras, dan peran pembicara dalam obrolan dapat memengaruhi seberapa banyak atau sedikit perubahan logat mereka. Perubahan itu meliputi panjang vokal, Voice Onset Time (VOT) dan frekuensi saat seseorang berbicara.
Dalam studi tersebut, peserta yang diuji coba dalam penelitian itu diminta untuk saling bekerja sama dalam aktivitas tugas yang sangat menarik. Contohnya, merangkai teka-teki pencocokan seperti menavigasi dunia virtual di game komputer Minecraft. Peserta juga diminta untuk mengerjakan aktivitas yang kurang menarik seperti mengklik kata-kata dari sebuah daftar.
Para ilmuwan memberi 30 kata untuk para peserta, kemudian mengukur fitur fonetis dari kata-kata yang diucapkan oleh masing-masing peserta termasuk frekuensi, panjang vokal dan Voice Onset Time (VOP), yang merupakan periode waktu antara pelepasan plosif dan awal getaran vokal.
Studi bertajuk "Pengaruh keterlibatan tugas pada konvergensi fonetik" yang diterbitkan pada ScienceDirect itu menemukan bahwa bagian dari aksen peserta seperti frekuensi dan panjang vokal memang menjadi lebih mirip satu sama lain. Namun, ini hanya terdengar selama mereka mengerjakan aktivitas yang menarik dan menyenangkan
Seberapa sering orang menangkap aksen orang lain juga bergantung pada seberapa sering mereka terlibat dengan tugas yang sedang dikerjakan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dalam percakapan, semakin besar pengaruh suara mereka.
Faktor-faktor seperti jenis kelamin, ras, dan peran pembicara dalam percakapan, misalnya apakah mereka yang memimpin obrolan atau sekadar peserta, juga memengaruhi seberapa mudah aksen orang lain ditiru. Jika keterlibatan komunikasi dan interaksi terbilang minim, tidak akan menghasilkan banyak konvergensi.
"Dalam penelitian ini, tugas keterlibatan yang tinggi menyebabkan konvergensi yang lebih besar di antara lawan bicara. Tugas ini memfasilitasi lebih banyak pengguna dari peserta dengan melibatkan mereka di dunia virtual yang dapat mereka jelajahi dan berinteraksi," ungkap peneliti dalam pernyataannya.
Tahun lalu, sebuah studi dari University of Pennsylvania juga menemukan sebuah fenomena yang dikenal sebagai 'konvergensi linguistik'. Dalam fenomena ini seseorang akan mampu meniru suara teman atau tokoh TV setelah mendengar mereka berbicara.
Ahli bahasa Lacey Wade, menemukan bahwa para pekerja sukarelawan yang bukan berasal dari selatan Amerika Serikat tanpa disadadi mulai bisa berbicara menggunakan aksen gaya selatan Amerika setelah mendengar seseorang yang memiliki aksen kuat. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved