Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Bunyinya seperti trombon. Namun, cara memainkannya adalah dengan memadukan dua bagian yang ada di instrumen tersebut dengan cara menarik dan memasukkan gagang ke dalam bagian tabung sembari ditiup. Sementara itu, di titik lain, seorang tua meniup seruling dengan bentuk yang lebih kecil. Nadanya terdengar seperti irama musik timur tengah. Nama seruling itu adalah suling sawat, berasal dari kata salawat, yang biasa dimainkan bersama rebana di Ambon,.
Di Ibu Kota Maluku yang dijuluki kota musik itu, gitaris Ridho Hafiedz dan penyanyi Ardhito Pramono berjumpa dengan beberapa kelompok musik tradisional. Harapannya, dari interaksi para musisi tersebut terlahir suatu karya yang menggabungkan musik tradisi dan musik kontemporer. Ridho dan Ardhito pun mengajak di antaranya Molucca Bamboowind Orchestra, Sanggar Seni Booyratan yang memainkan perkusi tifa, serta rapper Ambon Grizzly Cluive. Dalam waktu 30 hari, mereka menciptakan suatu lagu bertajuk Nusa Ina, yang memiliki semangat persatuan persaudaraan.
Proses terciptanya lagu Nusa Ina itu didokumentasikan dalam dokumenter bertajuk Mena Musik Amboina (A Ballad from Ambon) yang diproduseri dan disutradarai Linda Ochy.
Namun, dalam dokumenter tersebut juga bukan hanya menyajikan proses di balik kolaborasi Ridho dan Ardhito bersama para musikus tradisi dari Ambon. Dokumenter tersebut juga menyoroti cerita tentang proses pembuatan, sejarah, serta geliat musik tradisi di Ambon.
“Ambon adalah tanah kelahiran saya. Dan kota itu memiliki kekayaan kebudayaan serta keindahan alam. Kalau dua-duanya hilang, selesai! Dan salah satu kekayaan budaya itu adanya di musik. Jadi ketika bertemu dengan Linda (sutradara), saya ingin mewujudkan keinginan untuk bisa menangkap kekayaan tersebut, salah satunya musik tradisi,” kata Ridho dalam konferensi pers seusai pemutaran dokumenter Mena Musik Amboina di bioskop CGV FX Sudirman, Jakarta, Rabu, (7/12).
Mena Musik Amboina merupakan satu dari trilogi dokumenter Nada Nusantara yang diproduksi Yayasan Atsanti dan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek. Dua dokumenter lainnya yang tergabung dalam trilogi ini merekam musikus tradisi di Bali dan Jawa Tengah. Masing-masing berjudul Nada-Nada Penting (The Most Important Serenade) untuk episode Bali, serta Musik Bhumi Sambhara Budhara (Music on the Mountain of Knowledge) untuk episode Jawa Tengah. Ridho pun turut menjadi produser musik dari terciptanya dua lagu lain di dokumenter-dokumenter tersebut.
Dalam kesempatan serupa, sutradara Linda Ochy mengungkapkan, penggarapan tiga dokumenter yang risetnya dimulai pada Mei tahun ini dan syuting pada Juli itu melibatkan 162 pemusik tradisi. Selain tiga dokumenter, juga telah terselenggara konser di kawasan Candi Borobudur pada September silam, dan juga diproduksi tiga video klip. Lagu-lagu yang tercipta pun akan didistribusikan di kanal dengar streaming.
“Diskusinya ketika proyek Nada Nusantara ini akan berjalan adalah bukan sekadar merekam. Tapi coba untuk mengolah musik tradisi menjadi lebih mudah diakses, yakni dalam bentuk lagu. Ketika melihat hasilnya sekarang, jelas musik tradisinya bukan sekadar dekorasi tempelan. Ritmenya dibangun dari bawah secara keseluruhan,” kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid yang turut datang dalam pemutaran dokumenter Nada Nusantara tersebut.
“Mimpi ini sudah ada sejak 2020. Bahkan sebelum Bung Glenn (Glenn Fredly -red) meninggal. Ketika itu saya kemudian ngobrol dengan Ridho dan sampailah pada ide yang saat ini terwujud. Ini juga sebagai upaya untuk preservasi musik tradisi dan menciptakan regenerasi dengan memberikan inspirasi yang ada di film,” tambah Linda.
Soal regenerasi, Linda mencontohkan bagaimana pemusik instrumen bernama penting di Bali ketika itu cuma ada satu orang dan sudah berusia sepuh. Namun kemudian kini sudah muncul sekira 11 pemusik instrumen penting Bali.
Trilogi dokumenter ini nantinya akan ditayangkan di kanal Indonesiana TV dan Youtube Kemendikburistek, Budaya Saya. (M-2)
BACA JUGA: Kolaborasi Musisi Kontemporer dan Tradisi dalam Nada Nusantara
Mengusung konsep "Authentic Indonesian Heritage with a Modern Twist", restoran ini siap memberikan pengalaman bersantap yang elegan, otentik, dan penuh cita rasa.
Restoran yang disulap dari rumah kuno ini menyuguhkan sekitar 150 menu olahan sayur, daging, ikan, serta ayam yang disajikan dengan berbagai cita rasa peranakan Nusantara.
Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1446 H, The Sunan Hotel Solo menawarkan paket buka puasa istimewa bertajuk Sunan Ramadhan Iftar Package
Ajang ini menjadi penanda bahwa tim balap sepeda professional Nusantara BYC mulai bebenah diri untuk kembali menjadi tim terbaik di Indonesia.
PAKAR hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra memastikan belum terbitnya Keputusan Presiden (Keppres) tentang pemindahan ibu kota tidak akan mengganggu program pembangunan di IKN.
Dalam sambutannya, Joko Widodo mengungkapkan perubahan drastis BPJS Kesehatan dalam menyelenggarakan Program JKN sejak awal kepemimpinannya.
Kau Juga Semua Orang lahir dari keresahan pribadi Tradeto tentang kecenderungan manusia untuk selalu membandingkan diri dan merasa lebih unggul.
Single Yakin dari Rio Adiwardhana tetap membawa benang merah dari EP sebelumnya (Sisi Lain), dan menjadi lagu pembuka untuk EP selanjutnya
Penyanyi jazz Muthia Nadhira mempersembahkan interpretasi baru dari lagu legendaris Simpan Saja, menandai peluncuran album debutnya yang bertajuk Garden of Mimosa.
Lagu Kelam dari Jims Wong juga menjadi hal yang menarik karena hadirnya Artsi, menambah warna emosional dalam harmoni vokal yang mendalam.
Program konser tersebut mencakup karya dari para musisi hebat Hongaria seperti Franz Liszt, Béla Bartók, Zoltán Kodály, dan György Orbán, hingga khazanah musik rakyat Indonesia.
Hancur dari Tears Don't Lie bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya — bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved