Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Batasan Usia Minimal Anak Menggunakan Gawai Menurut Psikolog

Nike Amelia Sari
10/11/2022 14:30
Batasan Usia Minimal Anak Menggunakan Gawai Menurut Psikolog
Atalia Praratya (kedua dari kiri) dan Vera Itabiliana dalam peluncuran buku Dinda Tidak Rewel Lagi, Rabu (9/11).(MI/ Nike Amelia Sari)

MESKI mungkin sudah mengetahui bahayanya, tidak jarang orangtua tetap mengizinkan anak menggunakan gawai. Berbagai alasan dikemukakan, mulai dari tuntutan lingkungan sampai fungsi gawai untuk membuat anak tenang.

 

 Apapun alasannya, orangtua semestinya tetap kukuh menerapkan batasan penggunaan gawai demi kebaikan anak sendiri. Hal itu pula yang dibahas psikolog Vera Itabiliana, S. Ps. dalam acara peluncuran Buku Cerita Dinda Tidak Rewel Lagi oleh Erlangga for Kids imprint Penerbit Erlangga. Acara ini dikemas melalui perbincangan bertajuk "Cara Bijak Atasi Anak Tantrum" yang digelar Rabu (9/11) secara langsung di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat.

 

Acara tersebut menghadirkan pula Atalia Praratya, istri Gubernur Jawa Barat, yang merupakan penulis buku Dinda Tidak Rewel Lagi. Peluncuran buku ini merupakan bagian rangkalan acara Indonesia International Book Fair 2022 yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, mulai dari 9 hingga 13 November 2022.

 

Vera menuturkan ada batasan usia anak untuk terpapar gawai. "Gadget termasuk tv ya. Jadi di bawah 18 bulan, gak boleh anak dikasih gawai kecuali untuk kebutuhan tertentu misalnya video call dengan orangtua si kecil yang sedang berada di jarak yang jauh. Misalnya anaknya tinggal di Depok dan bapaknya di Kalimantan jadi mesti video call," jelasnya.

 

Setelah melewati usia 18 bulan, anak dapat dikenalkan pada gawai namun dengan waktu penggunaan yang ketat. "18-24 bulan sudah boleh diperkenalkan tapi tidak lebih dari 30 menit. Lalu 2-5 taun maksimal 1 jam sehari. Umur 5 tahun sampai SD harus 1-2 jam di luar belajar daring. Untuk remaja dibolehkan asalkan tidak mengganggu aktivitas lain seperti belajar, tidur, makan, dan lainnya," lanjutnya.

 

Lalu, bagaimana jika anak tantrum akibat dibatasi penggunaan gawai? Vera mengatakan orangtua harus tetap displin menerapkan aturan. Saat anak tantrum, Vera memberikan saran kepada orangtua untuk melakukan beberapa langkah, yang diawali dengan mengenali emosi anak yang berarti memberikan waktu untuk emosi itu tercurah. Sebab pada usianya anak memang masih belum dapat mencurahkan emosi yang ia rasakan dengan kata-kata. Meski begitu orangtua harus memastikan anak berada di tempat yang aman.

Orangtua juga memberikan waktu pada diri sendiri untuk menenangkan hati. Sebab, hal wajar pula, jika orangtua merasakan emosi yang naik dalam menghadapi anak yang tantrum. Meski begitu, orangtua tidak dapat berlaku meledak-ledak layaknya anak. Orangtua harus bisa tenang saat menghadapi anak.

 

Setelah anak diberikan waktu sesaat mencurahkan emosi dan orangtua juga sudah siap menghadapi anak dengan tenang maka ajaklah buah hati bicara. Momen bicara ini penting karena menunjukkan pada anak jika orangtua mengerti yang terjadi. Meski begitu anak juga diajari bahwa meledak-ledak tidaklah baik. Sebab itu orangtua harus mengajari anak bagaimana mengutarakan emosi dengan kata-kata.

 

Tentunya, hal tersebut diajarkan kepada anak dengan bahasa sederhana. “Misalnya dengan mengatakan, "Kamu marah banget ya tadi?," kata Vera. Apabila anak belum bisa berbicara? Ajarkan anak mengucapkan satu kata misalnya marah saat anak merasakan emosi marah,” tutur Vera.

 

Orangtua juga harus dapat memberikan alasan yang jelas pada anak alasan pentingnya menuangkan emosi dengan kata-kata. Hal ini agar orang, khususnya orangtua, bisa mengerti hal yang dirasakan anak dan pada akhirnya mereka bisa membantu mencari solusi.

 

Vera mengatakan, orangtua jangan cepat putus asa jika anak tidak lekas mengerti. "Ini butuh berulang kali dikasih tau. Lambat laun anak akan mengungkapan ekpresinya tidak lagi dengan tantrum tapi dengan mengungkapkan," jelasnya.

 

Di sisi lain, bagi anak yang cenderung membahayakan atau melukai diri saat tantrum maka orangtua perlu melakukan kontak fisik yang menenangkan sekaligus mengamankan anak, seperti dengan memeluk. "Caranya kalau dia lagi tantrum, dia benturkan kepala, sebaiknya orangtua langsung peluk anak. Ditenangkan dulu," pungkasnya. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik