Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
WAJAH Andy Noya, tampak ragu-ragu saat memegang sebungkus roti ketika perempuan di hadapannya mengatakan roti tersebut terbuat dari bekatul (biasanya digunakan untuk pakan ternak seperti ayam). Namun, saat menggigitnya, raut muka Andy menjadi berseri-seri.
Begitulah sepenggal kejadian dalam tayangan Kick Andy yang bisa anda saksikan malam ini di Metro TV. Dalam episode Percaya Projex, Kick Andy menghadirkan pengusaha mikro yang mampu bertahan di masa pandemi berkat inovasi.
Pengusaha pertama ialah Ismiyati yang memproduksi roti bekatul di bawah merek Super Roti. Perempuan asal Semarang ini memulai usahanya pada 2011 ketika sang suami terkena PHK.
Sejak kecil, Ismi memang gemar berinovasi dengan adonan kue, tetapi tidak pernah diseriusi. Perempuan yang sempat bekerja di pabrik perakitan ini juga harus mengubur mimpi kuliah jurusan ilmu gizi karena tidak ada biaya.
“Saat SMP, bapak saya sudah meninggal. Saat SMA, ibu jualan buah di pasar Johar Semarang. Dia tidak punya kios, hanya ndompleng di kios milik babah-babah di pasar. Tentunya ibu enggak punya cukup uang untuk bayar sekolah. Yang biayain saya sekolah itu, ya Om,” kenang Ismi yang sempat pula menjadi penyiar radio
berbayaran Rp800 per jam di saat kelas 3 SMA.
Gagal kuliah, Ismi menikah muda pada usia 20 tahun. Selepas bekerja di pabrik, ia sempat bekerja di diler kendaraan sementara sang suami menjadi sales rokok. Saat sang suami diputus kerja, Ismi juga kemudian keluar dari pekerjaan karena merasa pendapatan dan posisi pekerjaannya tidak kunjung membaik. Ia membulatkan tekad memulai usaha roti.
Ditolak swalayan, lahir inovasi
Ketika awal memulai bisnis roti, Ismi tidak langsung memilih bekatul. Seperti halnya kebanyakan roti yang ada di pasaran, ia menggunakan terigu. Roti produksinya pun ia tawarkan ke berbagai toko hingga swalayan. Namun, roti milik Ismi ditolak swalayan karena merek rotinya dianggap belum dikenal luas oleh publik.
Tidak patah semangat, ia kemudian berusaha mencari ide di media sosial. Ismi justru menemukan program pelatihan inkubator bisnis dan memutuskan ikut.
“Dari situ saya belajar, suatu produk harus memiliki nilai yang membedakan dengan produk lain. Karena dasar saya itu bisanya bikin roti, ya saya olah, tetapi apa yang bisa saya angkat dari Semarang. Dengan berbekal internet, saya cari tahu apa sih kebutuhan masyarakat, penyakit yang paling banyak di Indonesia, ngobrol dengan teman dokter, barulah tebersit bekatul,” jelasnya.
Selain bekatul, Super Roti mengganti mentega dengan minyak kelapa, gula pasir dengan gula jagung, dan madu lokal. Sejak itu Ismi memfokuskan di produk makanan sehat.
Cara itu terbukti jitu. Merek rotinya diliput banyak media dan ia pun bisa membuktikan jika klaim sehat bukan gimmick semata. Ismi membuktikan dengan hasil uji laboratorium dan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan validasi.
Swalayan yang semula menolak Super Roti memanggil Ismi kembali untuk membahas kerja sama bisnis. Kini, Super Roti bisa menangguk omzet ratusan juta rupiah dalam sebulan.
“Padahal, waktu mau bikin roti dari bekatul itu, suami saya menentang banget. Dia bilang, ‘wong legan kok nggolek momong an’. Bikin makanan yang orang doyan saja susah jualnya, apa lagi yang bahannya dari pakan ayam,” kenang Ismi.
Selain berhasil mencetak omzet ratusan juta per bulannya, Super Roti juga banyak mendapat prestasi di berbagai kompetisi UMKM nasional. Terbaru, ia juga menjadi salah satu perempuan pengusaha yang terpilih di Percaya Projex dari Grab Indonesia dan berhak mendapat bantuan dana usaha.
Ismi juga memberdayakan para perempuan di sekitar tempat tinggalnya, dan kini terus berupaya mengembangkan bisnis Super Roti, termasuk lewat pemasaran digital. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved