Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
RANAH sastra Asia kembali dikejutkan kehadiran Cursed Bunny. Buku tersebut merupakan kumpulan cerita pendek karya penulis perempuan asal Korea Selatan, Bora Chung.
Setelah pertama kali diterbitkan di Korea Selatan pada 2017, Cursed Bunny diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Anton Hur dan diterbitkan tahun lalu oleh penerbit asal Inggris, Honford Star. Kendati tak mendapat banyak perhatian ketika pertama kali terbit di Korea Selatan, buku tersebut justru sukses mencuri perhatian penggemar sastra di ranah global.
Kesuksesan Chung dalam menulis Cursed Bunny terbukti dengan masuknya buku tersebut ke daftar pendek atau shortlisted International Booker Prizes 2022. Cursed Bunny masuk daftar tersebut bersama dengan lima karya sastra lain dari berbagai negara.
“Aku tak menyangka sambutannya sangat baik ketika buku ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris pada 2021. Sebelumnya dibutuhkan usaha besar untuk membuat ini lebih banyak dibaca di sini (Korea Selatan),” ujar Chung dalam diskusi virtual Makassar International Writers Festival 2022, Sabtu (29/6).
Cursed Bunny berisi kompilasi 10 cerita pendek yang ia tulis dalam rentang waktu sekitar 20 tahun ke belakang. Cerita berusia paling tua yang ada dalam buku tersebut ia tulis pada 1998. Sementara itu, cerita paling baru ia tulis pada 2013.
Awalnya Chung menyodorkan lebih dari 40 cerita pendek karyanya kepada penerbit. Namun, akhirnya hanya 10 cerita yang dipilih penerbit untuk dimuat menjadi Cursed Bunny.
“Jadi, ini benar-benar kutulis dalam berbagai situasi yang sangat bervariasi dari waktu ke waktu dalam sekitar 20 tahun lamanya,” ujar Chung.
Meski memiliki proses kreatif yang sangat beragam ketika menulis setiap cerita yang diuat dalam buku, secara umum ia mengatakan Cursed Bunny merupakan luapan kegelisahan dan kemarahannya pada berbagai kondisi dan kisah yang ia lihat terjadi dalam kehidupan manusia di sekitarnya. Khususnya kasus-kasus ketidakadilan dan diskriminasi yang menyebabkan kehancuran hidup seseorang yang lemah.
“Setiap cerita datang dari latar belakang kehidupan dan situasi yang sangat beragam dalam periode kehidupanku. Namun, kebanyakan aku menulis ketika aku merasa tidak nyaman, bahkan marah, jadi rasanya tepat kalau dikatakan buku ini merupakan hasil pelampiasan kemarahan seorang wanita Asia yang beranjak dewasa ketika melihat berbagai ketidakadilan di sekitarnya,” tutur Chung.
Setiap kisah dalam cerita pendek di Cursed Bunny memiliki fondasi yang dibangun dari beragam peristiwa nyata di negaranya dan di berbagai wilayah lainnya di dunia, khususnya Asia. Dengan sangat mahir Chung meramunya menjadi fiksi yang memiliki tak hanya satu genre, tetapi berbagai genre yang sangat mengejutkan, menyesakkan dada, dan tak jarang membuat frustrasi.
Chung menggabungkan genre horor, fantasi, fiksi ilmiah, hingga surealisme dalam cerita pendeknya yang sangat padat dan tak bertele-tele. Tanpa ragu dan belas kasihan, Chung membedah dan menyajikan berbagai bentuk mengerikan yang lahir dari keserakahan, kelicikan politik, hingga kemunafikan manusia pada era modern saat ini.
Salah satu contoh cerita yang ia buat berdasarkan peristiwa nyata ialah cerita yang judulnya kemudian dipilih menjadi judul buku tersebut, Cursed Bunny. Cerita tersebut merupakan metafora dari kasus yang menimpa sebuah usaha pembuatan dumpling (pangsit) milik keluarga kecil di Korea Selatan.
Meski tak terlalu besar, produk dumpling milik keluarga tersebut sudah sangat terkenal di Korea Selatan dan memiliki pelanggan setia sejak lama. Usaha yang mereka miliki hancur karena fitnah yang dibuat sekelompok perusahaan besar pembuat dumpling yang merasa usaha keluarga kecil tersebut membahayakan usaha mereka.
“Ini cerita yang sangat terkenal di Korea Selatan. Namun, hingga ceritaku muncul, belum juga ada keadilan yang didapatkan keluarga kecil pengusaha dumpling tersebut,” ujar Chung.
Perusahaan besar tersebut memfitnah keluarga pembuat dumpling itu dengan menuding mereka melanggar aturan tentang pengelolaan limbah hasil usaha.
“Para pengusaha besar itu membayar media dan banyak orang untuk membuat bisnis keluarga kecil itu bangkrut. Hasilnya mereka benar-benar hancur, bahkan sang ayah bunuh diri,” ungkap Chung.
Cerita tentang keluarga pembuat dumpling itu dikatakan Chung merupakan hal yang marak terjadi pada era komersialisme dan keinginan memonopoli yang kerap dimiliki para pemodal besar.
“Dalam cerita itu aku membayangkan menjadi korban kejahatan seperti itu, aku jelas menginginkan para penjahat itu mati. Jadi, kubuat cerita berlatarkan kisah itu dengan detail yang berbeda dan kubuat akhir seperti yang kuyakin ada di benak para korban,” ujarnya.
Seperti cerita dalam Cursed Bunny, sembilan cerita lain dalam buku itu juga berangkat dari berbagai peristiwa yang terjadi di kehidupan nyata. Mayoritas cerita diangkat Chung dari sudut pandang seorang perempuan yang terjebak dalam kultur patriarkis di kehidupan modern yang berkembang sangat cepat.
“Buku ini menjadi perwujudan harapan dan pikiran orang-orang yang mengalami ketidakadilan dan tak bisa berbuat apa-apa dalam kehidupannya,” imbuh Chung.
Saat ini, Cursed Bunny karya Chung tersebut masih belum tersedia dalam bahasa Indonesia. Namun, buku tersebut direncanakan untuk diterbitkan penerbit Haru dalam bahasa Indonesia pada akhir tahun ini. (Pro/M-2)
Judul : Cursed Bunny
Penulis : Bora Chung
Penerbit : Honford Star (2021)
Penerjemah : Anton Hur
ISBN : 1916277187
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved