Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Rumput ilalang dan tulang-berulang tersusun menjulang hingga menyentuh atap ruangan. Benda-benda itu terlihat seperti tiang-tiang ramping dan kokoh. Pada bagian bawah terdapat kayu yang telah dibentuk sedemkian sederhana untuk menyangga tiang-tiang tersebut.
Pilar-pilar itu adalah seni instalasi karya Ella Witj berjudul “Pillars” (2022). Karya tersebut kini dipajang dalam pameran solonya yang berjudul “The Big Spill” di Galeri Rubanah Underground Hub, Menteng, Jakarta Pusat, hingga 16 Juli mendatang.
Ella menjelaskan karya-karya yang ditampilkan kali ini berangkat dari hasil refleksi mendalam terhadap pergolakan batin mengenai luapan besar akan eksistensi manusia. Dia menuangkan kegelisahan yang sempat dialaminya serta kesadaran-kesadaran baru akan nilai-nilai kehidupan, seperti kesabaran, kebijaksanaan, dan ketidakberdayaan.
Terlatih sebagai seniman yang kerap mengeksplorasi dan merangkai benda-benda kecil yang ada di sekitarnya, Ella secara kreatif menjadikan rumput yang tumbuh di halaman rumahnya dan tulang-tulang sisa makanan menjadi sebuah karya seni bermakna yang disertai perspektif kritis terhadap berbagai situasi di kehidupannya.
Karya-karya The Big Spill dibuat di waktu yang berbeda-beda sepanjang sepuluh tahun terakhir. Selain pilar-pilar ilalang dan betulang yang merupakan karya termutakhir, terdapat karya berupa lukisan gulung, manuskrip, dan karya berukuran kecil lainnya telah dibuat Ella bertahun-tahun lalu.
The Big Spill mengajak pengunjung ke dalam ruang di mana mereka bisa sesederhana menjadi manusia, sekaligus merefleksikan kemanusiaan itu. Refleksi dalam artian renungan mendalam, dan juga, refleksi sebagaimana yang tampak dalam cermin.
“Karya-karya saya tercipta ketika tinggal di Singapura dan Chicago. Perpindahan dan kepulangan dari luar negeri ke Jakarta memiliki dampak luar biasa dalam mengacak linearitas hidup beserta kepastian-kepastian yang terkandung di dalamnya,” tutur Ella saat memandu jalannya tur pameran “The Big Spill” bersama Media Indonesia, Kamis (30/6).
Ella berusaha menghubungankan secara mendalam antara kerapuhan dan kekuatan yang meresap ke dalam tubuh instalasinya. Hal ini terilustrasikan begitu nyata dalam materialitas pilar-pilar yang ‘menopang’ ruang pamer ini, meski pun pilar-pilar tersebut hanya terbuat dari ilalang kering dan tulang rapuh.
Dalam mempersiapkan The Big Spill, hal paling penting bagi Ella adalah bahwa instalasinya mencerminkan kemampuan dan keterbatasannya yang paling jujur dalam babak hidupnya saat ini. Ia menciptakan karya-karyanya dengan rasa ingin tahu yang tak dibuat-buat, sambil berupaya memecahkan masalah tentang “Bagaimana?”, sementara tetap memersilakan yang “Mengapa?” untuk perlahan timbul dari dalam, memperlebar dirinya dengan langgam dan waktunya sendiri.
“Instalasi tersebut memberi kesempatan untuk menghadirkan diri dalam wujud sebuah tanya, untuk kemudian melihat diri terpantulkan kembali. Seorang hanya membutuhkan kemauan mengunjungi ruang dalam ini, tempat di mana pantulan tersebut dikirim dan diterima,” jelas Ella.
Selain memajang karya “Pillars”, pameran solo ini juga menghadirkan sebuah lukisan gulung berujul “Unknown Knowledge”. Di bagian kanan gulungan kita melihat hitam sepekat malam, sedangkan bagian kiri ialah cahaya matahari terbit.
Pada bagian di mana tintanya mulai habis dan memudar menuju hampa, Ella mulai bekerja dengan arah sebaliknya, menciptakan gambar-gambar apel berwarna pastel yang terkurung dalam kubah-kubah penuh simbol.
“Saat membuat lukisan ini aku memikirkan eksistensi manusia dari cerita agama yaitu sejarah Adam dan Hawa, aku mengandaikan buah apel itu buah terlarang yang dimakan oleh Hawa sehingga lahirlah kehidupan manusia di bumi,” jelasnya.
“Aku juga membayangkan apa yang akan terjadi jika buah terlarang yang dalam hal ini kuilustrasikan seperti apel ini tidak dimakan oleh keduanya? Akankah kita ada?” lanjutnya.
Selain itu, Ella juga memasukkan unsur legenda masyhur dalam dunia ilmu pengetahuan yakni saat sebuah apel jatuh mengenai kepala Isaac Newton dengan amat kebetulan, yang kelak membuatnya merumuskan hukum gravitasi. Bagi Ella, Fisika Newtonian menjadi pondasi yang membuat manusia mampu mengukur dan mulai menjelajahi keanantaan semesta yang terus mengembang.
Secara keseluruhan 8 karya seni rupa yang ditampilkan dalam pameran“The Big Spill” adalah eksplorasi imajinatif akan eksistensi manusia dan hubungannya dengan penelusuran sejarah di masa lalu yang direpresentasikan pada cara kita menjelajahi rangkaian ruang dan imajinasi.(M-4)
Dalam buku berjudul Multiple Intelligences: The theory in practice, seorang psikologi bernama Howard Gardner membagi kecerdasan manusia dalam delapan bidang. Apa saja itu?
Penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) kini semakin meluas, termasuk di bidang seni. Seperti apa praktiknya?
Memanfaatkan kekuatan garis-garis geometris serta logika pertemuan antara bentuk yang bersifat presisi dan akurat dirasakan sebagai kesunyian.
seni anamorphic bukan hanya sekadar karya visual. Ia mengangkat Jakarta sebagai pusat kreativitas sejajar dengan kota-kota besar di negara maju seperti Tokyo dan Seoul.
Pameran ini berlangsung mulai tanggal 1 sampai dengan 10 Desember mendatang.
SEBANYAK 205 film dari 25 negara Asia Pasifik mengikuti Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2023 di Yogyakarta.
FINNA Art of The Year 2025 hadir untuk mencari para seniman Indonesia dalam menghasilkan karya-karya seni lewat program kompetisi desain dan juga hibah seni.
Oorkaan Ensemble menggabungkan elemen-elemen eksperimental, kontemporer, dan lintas disiplin.
Pada 1976, Uut menikahi seorang perempuan asal Austria, Desa Maya Waltraud Maier dan menetap di Bali.
Erin Dwi A memiliki gaya lukisan sapuan kuas yang tegas geometris gigantis dan permainan warna warni yang menarik.
Kedutaan Besar Australia bekerja sama dengan ABC Australia resmi meluncurkan serial televisi terbaru yang menyoroti seni dan desain Indonesia di Salihara Arts Center
Jogya Police Watch (JPW) meminta para polisi tidak membungkam karya seniman. Hal itu merespons masalah yang dialami Band Sukatani dengan lagunya Bayar Bayar Bayar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved