Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Aeshnina Azzahra Aqilani : Melawan Negara-Negara Pengirim Sampah Plastik

NIKE AMELIA SARI
20/3/2022 05:05
Aeshnina Azzahra Aqilani : Melawan Negara-Negara Pengirim Sampah Plastik
Aeshnina Azzahra Aqilani(MI/SUMARYANTO BRONTO)

DI usia 12 tahun, Aeshnina Azzahra Aqilani telah membuat berita. Ia menulis surat ke sejumlah pemimpin negara maju- Amerika Serikat, Jerman, dan Australia- meminta mereka mengambil lagi sampah plastik yang dibuang ke Indonesia.

Permintaan itu disampaikan melalui surat berbahasa Inggris ke kedutaan besar negara-negara itu di Indonesia. Hal itu terjadi dua tahun lalu dan semenjak itu gadis yang akrab disapa Nina tersebut sudah berbicara di beberapa forum dunia. Ia juga tidak berhenti memperjuangkan kepentingan lingkungan hingga kini.

Hadir sebagai bintang tamu Kick Andy episode Kaum Muda yang Bersuara, yang tayang malam ini Nina mengungkapkan sudah semenjak kecil akrab dengan isu lingkungan. Tidak mengherankan, orangtuanya, Prigi Arisandi dan Ndaru Setyorini, juga bergerak di bidang lingkungan.

Prigi ialah pendiri komunitas Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton). "Yang Nina lakukan sehari-hari kayak meneliti mikroplastik di sungai, air limbah, dan sering baca artikel tentang lingkungan dan sampah impor. Itu juga karena difasilitasi dari orangtua karena mereka juga aktivis lingkungan. Jadi, Nina dari kecil udah ikut sama mereka bahkan ikut demo ikan mati waktu TK," kata gadis kelahiran Sidoarjo, 17 Mei 2007 ini.

Lebih lanjut, Nina menuturkan dari negara-negara yang sudah dikirimkan surat tersebut memberikan respons yang bagus. Beberapa negara mulai mengurangi pengiriman sampah plastik. Namun, lanjutnya, perubahan ini bukan hanya karena dirinya, melainkan juga dukungan dari banyak pihak termasuk parak aktivis dan media.

Keinginannya untuk terus mengedukasi masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai direalisasikannya dalam komunitas River Warrior. Komunitas ini memiliki visi untuk membebaskan sungai dari pencemaran plastik.

"Kita mencegah agar masyarakat buang sampah ke sungai jadi kita edukasi lewat sosial media, ke sekolah-sekolah, dan menjelaskan ke ibu-ibu pakai poster. Menulis surat ke pemerintah juga penting agar bikin kayak polisi sungai, jadi ada yang mengawasi sungainya agar tidak dibuangi limbah sama orang-orang," papar anak ke-3 dari 3 bersaudara ini.

Ia menilai kesadaran anak-anak muda yang berada di sekitarnya masih belum terlalu tinggi untuk isu lingkungan terutama isu plastik. Salah satu sebabnya anak muda memang terbiasa hidup menggunakan plastik karena praktis dan murah.

Pembicara termuda

Begitu gigihnya mengedukasi soal bahaya sampah plastik, Nina mendapatkan kesempatan menjadi pembicara di acara Plastic Health Summit pada Oktober 2021 yang digelar di Amsterdam, Belanda. Ia menjadi pembicara termuda di acara yang dihadiri para peneliti dan profesor dari penjuru dunia tersebut.

"Ke Plastic Health Summit, acaranya membahas bahaya mikroplastik untuk kesehatan manusia dan juga lingkungan. Nina ketemu peneliti-peneliti hebat yang meneliti mikroplastik di darah, plasenta, dan feses manusia. Ketemu aktivis-aktivis juga," paparnya.

Tak hanya ke Belanda, Nina juga sempat datang ke Inggris bersama pelaksana COP26 atau United Nations Climate Change Conference (Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021). "Setelah dari Belanda ke Inggris, mengikuti acara COP26. Ini acara rapat koordinasi nasional dari semua pemerintah negara untuk membahas perubahan iklim," jelasnya.

Nina mengatakan jika diundang di COP26 lantaran adanya pemutaran film dokumenter berjudul Girls for Future yang ikut dibintanginya. Keberanian Nina dalam menyuarakan aksi peduli terhadap lingkungan mendapat sorotan dari media Jerman sehingga Nina pun diajak untuk menjadi pemeran di film dokumenter yang digarap oleh Irja von Bernstorff asal Jerman.

"Kalau yang waktu di COP itu Nina diundang karena waktu screening film Girls for Future, ceritanya ada empat anak perempuan dari Indonesia, India, Afrika, dan Australia yang berjuang melawan krisis iklim. Jadi, Nina ikut main film dan mau screening film di COP26," ucapnya.

Dalam acara itu, Nina juga memberikan pandangan dan imbauan terkait dengan lingkungan terutama seputar sampah plastik termasuk dampak dan bahayanya bagi kesehatan. Simak penuturan Nina selengkapnya dalam tayangan malam ini di Metro TV pukul 19.05 WIB. (M-1)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya