Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pembuktian Tekad di Arena Panahan Berkuda

Nike Amelia Sari
27/2/2022 06:20
Pembuktian Tekad di Arena Panahan Berkuda
Arum Nazlus Shobah(Dok. Pribadi)

DI dunia internasional, panahan berkuda atau horseback archery merupakan salah satu olahraga tradisi atau ethno sport di bawah naungan organisasi dunia World Horseback Archery Federation (WHAF). Sebagai warisan budaya, olahraga ini dilindungi oleh UNESCO sebagai Martial Arts.

Di Indonesia, olahraga itu dikembangkan oleh Kumpulan Panahan Berkuda Indonesia (KPBI) setelah dikenalkan ke publik sejak 2015. Indonesia lalu menjadi anggota WHAF pada 2019.

Mayoritas atletnya di Tanah Air ialah orang dewasa, tetapi ada juga remaja yang menggemarinya, seperti Arum Nazlus Shobah. Siswi berusia 13 tahun itu mulai menekuni olahraga panahan sejak kelas 2 SD sebelum kemudian beralih ke panahan berkuda. Tahun lalu, Arum menoreh prestasi dengan mengambil posisi juara umum di dua kejuaraan panahan berkuda internasional, yakni International Horseback Archery Circular Track dan International Horseback Archery Siege System.

Yuk, simak nukilan perbincangan Muda dengan Arum, yang didampingi ayahnya, Sunaryo Adhiatmoko, soal asiknya belajar panahan berkuda, via daring, Senin (21/2).

 

Halo Arum, selamat ya atas prestasi-prestasi kamu di Turki. Seperti apa kompetisi saat itu? 

Persaingan cukup ketat karena pertama, Turki itu pusat panahan berkuda, lalu pesertanya juga banyak. Pesertanya ada yang dewasa juga. Jadi, saya bertanding dengan para peserta yang lebih besar usianya dari saya.

Sebenarnya ada tujuh negara yang akan ikut di kompetisi tersebut, tetapi karena ada kebijakan terkait dengan covid-19, hanya ada tiga negara yang bisa ikut. Turki, Denmark, dan Indonesia.

Bagaimana proses seleksi kamu menjadi perwakilan Indonesia?

Karena skill saya dinilai cukup bagus, saya dikirim oleh organisasi KPBI, yaitu perkumpulan panahan berkuda Indonesia, ke Turki untuk ikut kompetisi internasional ini,

atas rekomendasi dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi.

Latihan seperti apa yang kamu lakukan? 

Biasanya seminggu dua kali, atau kalau lagi enggak sempat, kadang dua minggu sekali. Pola latihan saya tergantung kondisi. Kalau sudah beberapa hari menuju pertandingan, saya latihan setiap hari, dari pagi sampai sore atau kadang juga hingga Magrib.

Bagaimana kamu mengembangkan kemampuan menjadi atlet panahan berkuda?

Saya dari kecil dikenalkan ke panahan dulu, sekitar kelas dua SD. Jadi ketika meng-upgrade diri saya ke panahan berkuda, saya sudah bisa panahannya. Saat panahan ground saya benar-benar bagus, saya diajarkan yang namanya fast shoot atau memanah cepat. Nah, ketika insting saya sudah bagus di fast shoot, baru saya mulai belajar berkuda.

Kamu perlu beradaptasi dengan kudanya juga dong? 

Nah, kuda ini memang karakter hewan yang harus kita pahami juga. Jadi, saya harus mengenal berbagai karakter kuda terlebih dahulu. Saya mulai belajar berkuda sejak kelas empat SD. Waktu itu nyoba-nyoba aja berkuda. Saya juga memang suka kuda. Ketika berkuda saya sudah bagus, kedua skill itu saya kolaborasikan.

Ketika panahan berkuda saya dulu belum bagus, saya langsung upgrade kemampuan setiap bulan, setiap minggu saya latihan hingga sekarang.

Di pertandingan internasional, biasanya atlet berpasangan dengan kuda yang diundi juri. Bagaimana kamu menyiasati kuda yang tidak familier?

Jadi, ada waktu sekitar satu atau dua hari untuk bertemu dengan kuda yang akan ikut di pertandingan. Awal-awalnya kita kayak pendekatan dulu, kayak PDKT gitu, seperti kasih makan dulu. Nah, setelah itu kita naik ke atas kudanya untuk mencari tahu karakternya.

Kamu pernah berpasangan dengan kuda yang cukup menantang?

Saat saya kompetisi di Turki, Agustus tahun lalu, saya mendapat kuda yang larinya pelan tapi langkahnya lebar. Saat saya merasa jika waktu yang saya lalui sekitar 9 detik ternyata menghabiskan waktu 12 detik. Saya coba kendalikan kuda untuk lari kencang tapi masih pelan.

Ini sempat membuat saya cemas sampai bibir saya kering dan tenggorokan sakit karena neriakin kudanya terus, tapi dia enggak mau lari kencang.

Setelah diskusi dengan tim, akhirnya satu target saya hantam dua kali. Sehingga walau kudanya pelan, kita bisa dapat poin banyak. Akhirnya saya mainnya di akurasi, satu target saya tembak tiga atau dua kali.

Kamu pernah jatuh dari kuda? 

Pernah, saya pernah agak trauma di usia 10 tahun. Jadi saya sempat enggak berkuda dulu satu tahun setelah itu. Saya jatuh pas latihan saat pengalaman pertama kali lari sama kuda.

Dulu itu karena badan saya kecil, naik di atas kuda itu kayak saya naik monster. Setelah itu, di depan kuda itu ada lubang kecil, mungkin kudanya kesandung, nah saya masih belum bisa menyeimbangkan badan saya waktu itu.

Lalu, apa yang membuat kamu bangkit dari trauma itu?

Ini karena saya terinspirasi dari kedua kakak saya yang sudah berprestasi. Mereka berdua itu hebat karena bisa mengendalikan kuda dengan baik. Kalau kudanya enggak nurut, mereka bisa buat kudanya jadi nurut.

Kakak-kakak kamu juga yang membuat kamu termotivasi memanah berkuda?

Dua kakak saya, Kharisma Zaky dan Arsa Wening, mereka bagus dan sudah bisa memanah sambil berkuda, masak saya hanya bisa memanah ground. Nah, saya bertekad untuk membuktikan bahwa saya juga bisa memanah sambil berkuda meskipun saya perempuan.

Selain itu, saya juga suka sama tantangan. Ketika di atas kuda itu, kita harus bisa jadi pemimpin, harus bisa mengatur kudanya.

Atlet perempuan di panahan berkuda ini memang masih jarang ya? 

Di Indonesia belum banyak. Baru saya saja yang memenuhi standar sebagai atlet panahan berkuda untuk ikut berbagai kompetisi. Kalau di luar Indonesia sudah banyak perempuan yang menjadi atlet panahan berkuda.

 Boleh dijelaskan sedikit standarnya? 

Untuk mengikuti kompetisi internasional harus memiliki kemahiran dalam memanah dan berkuda level advanced. Seorang rider mesti punya kualifikasi advanced agar bisa mengendalikan karakter kuda model apa pun yang disiapkan juri.

Untuk pertandingan luar negeri, seleksi meniadakan faktor usia. Yang dilihat ya kemampuan berkuda, akurasi dalam memanah di atas kuda, dan kecepatan di atas kuda. Karena kunci dari memanah berkuda ialah kecepatan dan ketepatan. Nah, mahir berkuda itu maksudnya jika postur rider bisa tetap tegap dan stabil di atas kuda kecepatan tinggi. Mahir memanah jika memiliki akurasi memanah di atas 75%.

Kedengarannya sangat susah! Tapi, malah bikin kamu jatuh cinta dengan olahraga ini? 

Dalam olahraga ini, kita belajar insting, ketangkasan, dan mendidik diri kita untuk menjadi pemimpin.

Ketika memanah, kita harus melepaskan tali kekang kuda yang kita pegang, gimana caranya kita harus memerintah kuda tanpa tali kekang. Lalu, sekitar jaraknya 10 meter, kita sudah mengukur bagaimana caranya kita memanah sesuai dengan targetnya. Di sini memainkan peran insting juga penting.

Apa target kamu ke depannya?

Saya ingin sekali mengikuti kejuaraan dunia WHAF atau World Horseback Archery Federation di bawah tanggungan UNESCO, itu benar-benar kejuaran bergengsi. Sekitar 50 negara itu bertanding di sana. Itu impian dan target saya. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya