Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

MUHAMMAD RACHMADIAN DAFFA : Ringan Hati Hadapi Sindrom

(*/M-1)
27/2/2022 05:15
MUHAMMAD RACHMADIAN DAFFA : Ringan Hati Hadapi Sindrom
Muhammad Rachmadian Daffa(MI/ANDRI WIDIYANTO)

BANYAK orang yang sudah panik ketika menemukan kerut­an baru di wajah atau bertambahnya uban rambut. Lantas bagaimana dengan Muhammad Rachmadian Daffa yang terlahir dengan sindrom yang membuat penampilan lebih tua dari usia sebenarnya?

Nyatanya, pria yang akrab disapa Dapon itu bisa menghadapi kondisi dengan ikhlas dan ringan hati. Bahkan ia menghadapi kondisi itu dengan penuh humor dan juga menggunggahnya sebagai konten candaan di Tiktok.

Dapon aktif membuat konten di Tiktok sejak April 2021. “Saya memang memang tertarik masuk ke ranah hiburan. Meskipun ada juga komentar negatif, saya tak ambil pu­sing,” kata pria berusia 21 tahun ini saat menjadi bintang tamu Kick Andy episode Sempurna di Mata Tuhan.

Kondisi yang dialami Dapon ialah cutis laxa syndrome yang merupakan kelainan langka pada jaringan ikat. Salah satu ciri utamanya adalah kulit berkerut dan tidak elastis.

Ia menuturkan kelainannya mulai disadari orangtua saat dirinya berusia enam bulan. “Saya bayi punya bobot yang besar, bobotnya 4,2 kg, terus kulit ngelipet-lipet. Setelah 6 bulan saya menyusut ke berat ideal bayi 6 bulan, tapi kulitnya kendur. Nah, dari situ orangtua saya bingung. Lalu sempat ke dokter baru tahu cutis laxa syndrome,” katanya.

Tak hanya itu, Dapon yang terlahir dari keluarga normal, sempat didiagnosis tidak memiliki umur yang panjang. Orangtuanya pun telah memeriksakannya ke berbagai dokter. “Sebelum satu tahun, saya sering periksa ke dokter-dokter. Saya dengar cerita dari ayah saya kalau syok, tapi gak meyakini 100%,” tuturnya.

Dapon menuturkan, selama bersekolah dasar hingga menengah atas beberapa kali mendapat ejekan soal kondisi fisiknya. Namun, semuanya ia hadapi sebagai candaan. Hal itulah yang membuat hatinya tetap ringan dan terlatih menghadapi komentar negatif dari netizen sekarang ini.

Dapon juga masih ingat sejumlah kejadian lucu terkait penampilannya saat sekolah dan ketika kuliah. Saat mendaftar SMP ataupun SMA ia disangka sebagai orangtua yang mendaftarkan untuk buah hati. “Gurunya nanya ke saya, mohon maaf Pak anaknya mana, ya? Terus saya langsung syok, waktu itu masih susah jawabnya, saya jawab saya, terus gurunya kaget,” ujarnya sambil tertawa.

Di perkuliahan, seorang dosen bahkan mengiranya sebagai profesor. “Dosennya lewat di depan saya, mari Prof, saya bilang mari,” kenangnya lagi-lagi sambil tertawa. Penga­laman-pengalaman lucu itu ia bagikan pula di akun Tiktok-nya yang kini memiliki lebih dari 122 ribu pengikut.

Kini, bukan saja semakin dikenal di medsos ia pun masih menjalani hari-hari dengan fit. Dapon bersyukur prediksi para dokter dahulu setidaknya belum terbukti karena ia masih memiliki fisik kuat selayaknya orang di usianya. Organ tubuhnya diyakini tidak terdampak sindrom tersebut.

Dapon juga berpesan untuk semua orang untuk tetap selalu bersemangat menjalani hidup. Semangat dan rasa optimisme akan membuat segala kondisi menjadi lebih ringan. Prof Dr dr Damayanti Rusli Sjarif SpA(K), Ketua Pusat Rujukan Penyakit Langka Nasional RSCM, juga secara virtual memberikan penjelasan mengenai sindrom yang dialami Dapon. (*/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik