Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
MENJALANI hidup dengan virus HIV bukan hal mudah. Salah satunya karena bahkan di tengah kemajuan zaman yang begitu pesat dan informasi mudah didapat, masih banyak yang menaruh stigma pada orang dengan virus HIV atau ODHIV.
Di negara berkembang dengan masyarakat yang belum teredukasi dengan baik tentang HIV, stigma tersebut menjadi lebih sulit dikendalikan. Padahal, saat ini sudah banyak pilihan terapi untuk ODHIV guna membuat mereka memiliki kualitas hidup baik.
Jatuh bangunnya ODHIV untuk bisa hidup dengan bebas stigma itulah yang menjadi premis utama dari buku berjudul The Poz Says Ok. Buku karangan Amahl S Azwar ini menceritakan pengalaman pribadi sang penulis dalam berjuang melanjutkan hidup setelah mengetahui dirinya terpapar virus HIV pada 2013.
Dalam buku ini, penulis mengungkapkan perjalanan hidupnya secara gamblang. Tak hanya selaku ODHIV, tapi juga sebagai homoseksual.
Ia bercerita soal pergolakan batinnya sejak masih anak-anak yang sudah merasa berbeda dengan teman-teman lelaki di lingkungannya, juga rasa kesepian dan depresi yang nyaris mendera akibat penolakan keluarganya ketika ia mengungkap jati diri. Semua itu memantik perilaku berisiko, yang pada satu saat mengganjarnya dengan virus HIV.
Masa-masa awal mengetahui telah terpapar HIV menjadi waktu yang sangat berat. Apalagi dengan adanya efek samping dari terapi antiretroviral yang harus ia jalani.
Penulis menceritakan bagaimana ia sempat berada di titik terendah karena dipecat dari pekerjaannya sebagai jurnalis di sebuah media ternama, hingga ketika harus jujur pada orang tuanya tentang kondisi kesehatannya.
Meski tak mudah dan berliku, penulis akhirnya dapat melalui masa-masa sulit tersebut dan bangkit. Ia mulai berkenalan dan bergabung dengan komunitas yang berisikan sesama Poz, sebutan untuk ODHIV yang terkenal di ranah global. Ia juga akhirnya berhasil menemukan cinta sejati yang menemaninya menjalani kehidupan sebagai ODHIV dengan tulus dan tanpa stigma.
Buku ini hadir dalam gaya penuturan seorang teman, dengan sekilas dark humour dan kutipan lagu pop di sana-sini. Membuat pembaca seakan tengah jauh menyelam ke dalam hidup dan pikiran sang penulis.
Karena diceritakan dan disampaikan langsung oleh ODHIV yang juga seorang jurnalis, buku ini cukup detail dalam memberi informasi dan data tentang apa dan bagaimana ODHIV perlu menjalankan kehidupannya sehari-hari.
Melalui kisah-kisahnya, penulis menyatakan keinginan dan harapannya agar siapa pun yang tengah berjuang menjalani hidup dengan HIV tidak lantas menyerah. Kehidupan yang layak dan berkualitas tetap dapat diraih. Tentunya dengan lebih mengikuti terapi obat secara konsisten.
“Just hold on for one more day. It will be all right. Aku mengutip lagu Hold On dari Wilson Phillips kali ini. One day at a time. Satu pil satu hari. Pada akhirnya, kamu akan baik-baik saja dalam mengarungi hidup,” halaman 105.
Karena banyak membahas hal terkait medis, tak jarang ditemukan istilah-istilah dalam bahasa medis sepanjang cerita. Namun, tak perlu khawatir karena di bagian awal buku penulis telah menyelipkan glosarium berisi daftar istilah medis yang akan muncul dalam buku.
Membaca buku ini akan membuat kita memahami lebih dalam perjuangan dan kesulitan hidup para ODHIV. Buku ini tak hadir dalam nuansa yang mengharapkan bentuk belas kasihan bagi ODHIV, tapi dalam bentuk pengertian yang tulus. Memanusiakan manusia Poz dan membantu mereka yang masih dalam ‘gelap’.
Dengan keterbukaannya, penulis telah menunjukkan kerelaan dan keberaniannya menghadapi berbagai risiko cercaan dan stigma dari masyarakat luas. Karena itu, kehadiran buku ini sudah selayaknya diapresiasi dan diresapi setiap pesan yang ada di dalamnya.
“Mudah-mudahan sikapku yang terbuka ini bisa sedikit membantu pengobatan dan pencegahan HIV. Lebih utamanya, aku harap sikap ini bisa menjadi nyala terang bagi mereka yang masih hidup dalam kegelapan. Bisa dibilang, aku juga melakukan ini untuk diriku sendiri karena aku juga sering kali perlu diingatkan agar terus semangat menjalani hidup,” halaman xiii. (Pro/M-2)
___________________________________________________________________________________________
Judul The Poz Says Ok
Penulis Amahl S Azwar
Penerbit EA Books (Oktober 2021)
ISBN: 978-623-96940-7-4
Hingga saat ini, layanan tes HIV tersedia di 514 kabupaten/kota, layanan IMS di 504 kabupaten.
Di Kota Yogyakarta, jumlah kasus HIV tercatat sebanyak 1.425 kasus, dengan 337 di antaranya sudah masuk dalam kategori AIDS.
Kemenkes mencatat pada Maret 2025 sebanyak 356.638 orang dengan HIV (ODHIV) dari total estimasi 564 ribu ODHIVÂ yang harus ditemukan pada 2025 untuk segera diberi penanganan.
Kasus HIV/AIDS memang cenderung mengalami peningkatan cukup signifikan terjadi sejak 2022 tercatat 145 kasus, 2023 tercata 145 kasus, 2024 ada 169 kasus dan di 2025 ada 74 kasus.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, menemukan 20 kasus baru HIV yang terjadi pada tahun 2025.
KASUS HV/AIDS kini telah menyebar dan menghantui seluruh pelosok negeri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved