Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SELAMA ini telah banyak asumsi akan bahaya gim peperangan dan kekerasan lainnya terhadap perilaku di dunia nyata. Para orangtua mengkhawatirkan anaknya akan melakukan tindak kekerasan di dunia nyata karena pengaruh gim itu. Namun benarkah demikian?
Penelitian oleh Dr Agne Suziedelyte, Dosen Senior di Departemen Ekonomi di City, University of London, Inggris berusaha menjawab hal itu. Ia dan tim meneliti efek gim video kekerasan terhadap dua jenis perilaku kekerasan, yaitu agresi terhadap orang lain dan perusakan barang/properti.
Studi yang diterbitkan dalam Journal of Economic Behavior & Organization ini mengambil fokus pada anak laki-laki berusia 8-18 tahun. Kelompok ini dianggap yang paling mungkin bermain gim kekerasan.
Dr. Suziedelyte menggunakan metode ekonometrik yang mengidentifikasi efek kausal yang masuk akal dari gim kekerasan pada kekerasan, bukan hanya asosiasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti peningkatan kekerasan terhadap orang lain.
Di sisi lain, bukan berarti gim benar-benar tidak memengaruhi perilaku kekerasan."Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa gim kekerasan dapat mengganggu anak-anak, tetapi agitasi (hasutan) ini tidak diterjemahkan menjadi kekerasan terhadap orang lain yang merupakan jenis kekerasan yang paling kita pedulikan," kata Dr Suziedelyte, seperti dilansir dari sciencedaily.com, Jumat (5/11).
Selain itu ia menjelaskan jika penelitiannya mungkin saja tidak menemukan bukti perilaku kekerasan pada orang lain karena aktivitas bermain gim dilakukan di rumah. "Penjelasan yang mungkin untuk hasil saya adalah bahwa bermain gim biasanya dilakukan di rumah, di mana peluang untuk terlibat dalam kekerasan lebih rendah. Efek 'ketidakmampuan' ini sangat penting bagi anak laki-laki yang rentan terhadap kekerasan yang mungkin secara khusus tertarik pada gim kekerasan," lanjutnya. Dengan begitu orangtua tetap perlu memerhatikan kebiasaan anaknya bermain gim. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved