Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
RATIH Pangestuti ialah salah satu peneliti Indonesia yang masuk dalam daftar Top 2% World Ranking Scientist yang dirilis oleh Stanford University pada tahun ini. Saat ini, ia menjabat sebagai Plt Kepala BBIL BRIN yang berkantor di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
“Berhadapan langsung dengan laut sebagai laboratorium alam adalah anugerah yang luar biasa. Ditambah lagi dengan view yang sangat mengagumkan adalah nilai tambah. Namun, di mana pun berada, jika kita bisa menikmati pekerjaan, mengeksplorasi manfaatnya untuk masyarakat luas, dan dekat dengan keluarga, adalah hal yang harus selalu kita syukuri,” kata Ratih kepada Media Indonesia, Jumat (5/11).
Tentu, alam Lombok yang dianugerahi pemandangan yang luar biasa indah menjadi daya tarik tersendiri. Namun, yang bikin Ratih semakin ‘betah’ adalah karena secara geografis Lombok terletak di kawasan Wallacea, yang membuat keanekaragaman hayati laut Lombok sangat tinggi. “Sebagai contoh, kolega kami di BBIL menemukan beberapa new spesies dari halaman depan kantor kami,” ceritanya.
Kantornya yang berhadapan langsung dengan laut juga menjadikan eksperimennya dan para sejawat peneliti menjadi semakin terintegrasi tanpa terkendala jarak. Menurutnya, organisme laut sangatlah unik.
“Contohnya rumput laut yang berwarna-warni, ternyata di balik warna-warninya yang cantik mengandung beragam manfaat kesehatan. banyak kandungan senyawa aktif yang hanya bisa ditemukan pada rumput laut dan tidak bisa ditemukan pada organisme darat,” jelasnya.
Ketertarikannya pada dunia laut bermula ketika ia lulus SMA dan hendak kuliah. Ketika itu, Ratih mendengar pidato Gus Dur, yang turut menjadi titik balik dalam kehidupannya hingga saat ini.
“Wah, masih tidak sadar momen itu ternyata sudah dua dekade. Saya ingat malam itu sembari belajar saat SMA, saya mendengar almarhum Gus Dur berpidato tentang kejayaan negeri bahari dan betapa luasnya lautan kita. Betapa nenek moyang kita berjaya di lautan,” kenangnya.
“Pada saat itu belum banyak riset dan inovasi di bidang kelautan. Momen tersebut merupakan titik balik dalam hidup saya. Saya merenung dan mengubah semua cita-cita saya dan ingin menjadi expert di bidang kelautan, yang turut berkontribusi untuk kemajuan kelautan Indonesia dan mengabdikannya kepada masyarakat luas.”
Tentu, tekad itu kini terbukti dari sejumlah capaian Ratih kini. Selain berfokus pada penelitian, Ratih saat ini juga mengajar.
“Banyak hal yang saya share ke rekan-rekan mahasiswa. Utamanya tentang jangan lupakan lautan. Pemanfaatan atau optimalisasi sumber daya laut dengan ramah lingkungan dan berkelanjutan, konservasi, biodiversitas, mata pencaharian dari laut, dan sebagainya.” (Jek/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved