Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Keluarga Suharni Perjuangan Orangtua Tunggal

(*/M-1)
17/10/2021 05:10
Keluarga Suharni Perjuangan Orangtua Tunggal
Keluarga Suharni Perjuangan Orangtua Tunggal(MI/SUMARYANTO BRONTO)

MESKI menjadi orangtua tunggal, Suharni membuktikan keberhasilannya dalam membesarkan dan mendidik lima anak. Suharni yang berasal dari Gemolong, Sragen, Jawa Tengah, sehari-hari bekerja sebagai guru honorer. Untuk menambah biaya hidup, ia membuka toko kelontong.

Kini kelima anaknya mampu meraih gelar sarjana, bahkan anak pertamanya, Retno Wahyu Nurhayati, meraih gelar doktor di Jepang. Ketika hadir sebagai bintang tamu Kick Andy episode Warisan bukan Harta, Suharni mengungkapkan dirinya menjadi orangtua tunggal sejak meninggalnya suami, Slamet, di saat usianya 36 tahun.

Menjadi orangtua tunggal bukanlah hal mudah, terlebih usia anak-anak yang masih kecil dan ia sendiri tidak bekerja. Meski begitu, Suharni tidak ingin terpuruk. Suharni yang mengaku tidak ingin menikah lagi karena kasihan dengan anak-anak berusaha bangkit dengan membuka toko kelontong.

Sang suami sesungguhnya juga meninggalkan warisan berupa sapi yang dipelihara orang lain. Sayang, kesepakatan pembagian keuntungan tidak berlanjut didapatkan Suharni, justru ia merasa tertipu.

Barulah kemudian ia mencoba menjadi guru honorer. "Waktu itu 2005, saya diberi tahu temannya adik saya. Dari situ, saya coba melamar di dua tempat di SMA dan SMK. Yang dipanggil di SMK," ujarnya.

Meski harus berjuang keras membagi waktu antara bekerja dan mengurusi anak, Suharni menjalani dengan tabah. "Saya kerja keras. Jadi, dari bangun pagi saya ngurusin anak-anak, masak, lalu menyiapkan sarapan dan anak-anak lalu mengajar ke sekolah. Kalau biaya itu, ya, saya percaya sama Allah, nanti pasti ada jalan," lanjutnya.

Dengan pengalaman hidup itu pula, Suharni bertekad bahwa anak-anaknya, walau perempuan, harus dapat bersekolah tinggi agar mandiri. "Saya dulu berpikir dalam hati saya berjanji, saya harus menyekolahkan anak-anak saya, anak-anak saya harus bisa mandiri dan mencari uang sendiri. Tidak seperti saya, saya ketika ditinggal suami, saya tidak bekerja," imbuh guru honorer di SMK Muhammadiyah 6 Gemolong itu.

Anak pertamanya, Retno Wahyu Nurhayati, mengutarakan sosok ibu yang hadir di dalam hidupnya ialah sosok perempuan yang tangguh. "Kuat banget, ya. Waktu Bapak meninggal, saya 13 tahun. Ibu itu, selain tekun, bekerja keras, bekerja ikhlas dengan waktu itu gajinya cuma Rp160 ribuan. Ibu saya doanya kayaknya getol banget, jam 3 sebelum subuh, ibu salat Tahajud," kenang Retno.

Dengan berkaca pada perjalanannya, Suharni mengungkapkan orangtua dapat mengantarkan anak menjadi orang yang berhasil walaupun keadaan ekonomi terbatas. Dengan ketangguhan dan juga ketakwaan, anak-anak bukan hanya bisa sukses dalam hal pendidikan, melainkan juga karakter.

"Saya kira setiap orangtua punya cara masing-masing untuk mendidik anak-anak. Kalau menurut saya, yang terpenting kalau bisa, saat anak belajar, selalu kita dampingi. Kalau saya dulu, dulu kalau setiap anak-anak saya mau ujian, mau ulangan, saya membuatkan soal. Jadi, saya juga ikut belajar," pungkas Suharni. (*/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik