Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Yudi Kurniawan PON Menguatkan E-Sports Jadi Profesi Menjanjikan

PUTRI ROSMALIA
12/9/2021 05:05
Yudi Kurniawan PON Menguatkan E-Sports Jadi Profesi Menjanjikan
Wakil Ketua Umum V Indonesia E-sports Association (IESPA), Yudi Kurniawan(DOK PRIBADI)

UNTUK pertama kalinya olahraga elektronik (e-sports) masuk sebagai salah satu cabang olahraga eksibisi yang dipertandingkan di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON). Momen bersejarah ini pun disambut antusias komunitas gamers Indonesia, terbukti dengan mendaftarnya 4.200 tim untuk kemudian mengikuti babak kualifikasi untuk bisa tampil di PON XX yang akan berlangsung 2 – 15 Oktober 2021 di Papua.

Antusiasme itu sekaligus sebagian gambaran soal e-sports yang telah menjadi industri menjanjikan di Tanah Air. Namun, bagaimanakah e-sports sebagai sebuah pilihan profesi bagi generasi masa depan? Bagaimana pula ekosistem e-sports di Indonesia saat ini?

Berikut ini wawancara Media Indonesia dengan atlet e-sports sekaligus Wakil Ketua Umum V Indonesia E-sports Association (IESPA), Yudi Kurniawan, melalui aplikasi Zoom, Sabtu, (4/9).

E-sports sudah masuk sebagai salah satu cabor eksibisi di PON Papua. Bagaimana dampaknya ini bagi ekosistem e-sports?


PON ini, menurut saya, sangat jelas jadi momen penting bagi dunia e-sports di Indonesia. Menurut saya, ini titik awalnya agar e-sports semakin mendapat tempat dan bisa jadi salah satu pilihan profesi yang menjanjikan di era kemajuan teknologi saat ini. Saat ini e-sports ini kan sudah bukan semata cuma main gim saja, tetapi sudah berkembang jadi sebuah industri.

Jadi, menurut saya, dengan akan masuk ke PON ini orang akan semakin banyak yang berpikirnya E-sports itu bukan suatu hal yang tanpa masa depan lagi. Walaupun masih sebagai eksibisi, saya yakin juga di next PON bakal sudah dianggap bisa meraih medali. Apalagi kan di SEA Games (2021) dan Asian Games (2022) e-sports masuk cabang yang memperebutkan medali. (Pada Asian Games 2018 Jakarta, e-sports masuk eksibisi).

Eksositem e-sports di Indonesia juga sudah menjadi industri. Event-event juga semakin banyak dilaksanakan. Jadi, kesempatan untuk para pemain ikut bertanding semakin terbuka. Bahkan dunia e-sports ini bisa membuka peluang berkarier bukan hanya menjadi pemain, bisa menjadi vlogger gim, streaming gim, dan sebagainya. PON ini mungkin menjadi penegasan e-sports di Indonesia memiliki masa depan dan sudah semakin besar ekosistemnya di Indonesia.


Pendapatan dari e-sports bagaimana?


Saya kan juga pemain e-sports, sudah hampir sejak sepuluh tahun lalu. Dulu e-sports itu tidak begitu diperhatikan, jadi juara juga hadiahnya juga tidak pernah besar, gaji saja masih sangat rendah di bawah UMR. Kalau sekarang kita lihat kalau ada event e-sports hadiahnya sudah sangat banyak yang sangat besar.

Perputaran uangnya juga berarti sudah sangat besar nilainya sudah sampai miliar­an pasar e-sports ini. Apalagi sekarang makin banyak juga event-event internasional. Untuk gaji pun sekarang e-sports itu sudah ada standarnya, jadi minimal saja sudah harus UMR untuk anggota tim e-sports skala profesional. Jadi sudah sangat menjanjikan dari perputaran uangnya. Dari jenjang kariernya juga sudah jelas, misalnya kita pensiun bisa menjadi youtuber, caster (shoutcaster/ komentator), sudah sangat terbuka kesempatannya.

Bagaimana potensi atlet e-sports di Indonesia?


E-sports di Indonesia saat ini yang sangat berkembang kan dari gim mobile, dari segi industri dan ekonomi masih sangat mendominasi. Dari sisi pemain profesional­nya tak hanya di mobile, ada banyak juga pemain gim PC yang berkarier di skala internasional. Mungkin memang hanya sesama pemain e-sports saja yang tahu siapa saja yang sudah sukses berkarier internasional, bahkan sampai ditarik oleh tim-tim besar di luar negeri. Jadi, kalau di­tanya potensi atletnya sudah sangat ada. Hanya mungkin selama ini belum banyak terpantau atau diketahui publik secara luas karena lebih banyak berkarier di skala internasional. Jadi, dengan adanya PON kita harap juga bisa tahu lebih banyak potensi-potensi pemain dari setiap daerah yang selama ini belum terjaring. Semoga bisa merangkul mereka dan jadi bisa lebih memetakan potensinya.

Apa dasar pemilihan 5 gim yang masuk eksibisi PON?


Iya, ada lima cabang gim E-Sportss, yaitu Mobile Legends, Free Fire, efootball PES, PUBG Mobile, dan Lokapala yang dipertandingkan. Semuanya dipilih berdasarkan popularitasnya di indonesia. Jadi, untuk penetrasi juga sudah sangat baik, sudah merata. Apalagi sekarang hampir di semua daerah juga sudah ada internet, rata-rata semua juga sudah punya handphone jadi tidak menyulitkan.

Di Indonesia lima gim ini sangat banyak pemainnya bahkan termasuk paling banyak jika dibanding dengan negara-negara lain. Hanya kadang memang kendala itu disosialisasikan soal seleksi ini, kadang mereka terlewat atau tidak tahu harus daftar ke mana. Namun, dengan adanya PBESI mereka bisa terbantu karena mereka cukup daftar ke perwakilan di daerah untuk selanjutnya diarahkan untuk proses seleksinya.

Bagaimana sistem untuk mengantisipasi kecurangan dalam pertandingan?


Di setiap daerah untuk mulai dari seleksinya kita sudah punya wasit dan admin yang sudah terseleksi dengan mumpuni. Jadi, di dalam gim juga ada namanya specta­tor (penonton) yang membuat kita bisa tahu kalau ada kecurangan.

Wasit yang kita gunakan kan juga sudah memiliki sertifikat internasional. Jadi, semua telah disiapkan agar bisa berjalan maksimal mengantisipasi kecurangan. Walaupun memang tidak bisa dibantah bahwa potensi kecurangan itu akan selalu ada meski secanggih apa pun sistemnya, hanya paling tidak kami sudah menyiapkan untuk mengantisipasinya dengan yang terbaik sistem dan wasitnya.

Hal krusial apa yang masih dibutuhkan untuk membangun industri e-sports Indonesia?


Kalau dari infrastruktur rasanya sekarang di daerah-daerah internet juga sudah semakin terjangkau. Sosialisasi dan edukasi yang mungkin harus juga lebih digencarkan. Pendekatan harus dilakukan dengan lebih masif dengan melibatkan banyak pihak mulai dari atletnya hingga psikolog.

Juga dari sisi event, semakin banyak event yang dilakukan tentu akan semakin baik. Dukungan bagi para atlet untuk bertanding, baik di skala nasional maupun internasional harus digencarkan. Sebenarnya sudah ada rencana pelaksanaan event seperti liga untuk e-sports nasional, tapi karena kondisi pandemi saat ini banyak kegiatan baik edukasi atau kompetisi yang jadi terhambat. Kami harapkan ke depan setelah pandemi mereda semua bisa mulai dijalankan sesuai rencana lagi.

Baru-baru ini banyak kritik mengenai peraturan e-sports dari PBESI, termasuk soal perizinan gim. Bagaimana menurut Anda?


Menurut saya, pribadi itu dilakukan guna membuat ekosistem e-sports ini bisa lebih teratur. Selama ini banyak sekali publisher, terutama yang dari luar negeri, mereka mengelola gim di Indonesia tanpa izin karena dulu belum ada badan dan aturan yang mengatur ini.

Kadang publisher tidak peduli dengan event lain selain yang mereka adakan, itu kan jadi bisa menghambat kegiatan seperti PON. Membingungkan para atlet atau pemain profesional juga, apalagi yang sudah terikat kontrak dengan tim atau publisher tertentu. Dengan adanya pengaturan seperti ini kan pasti pihak publisher juga mau tidak mau harus bisa kerja sama.

Selain itu, selama ini publisher juga kerap bingung bagaimana harus berjalan di sini, harus ke mana untuk perizinannya, kalau sekarang sudah jelas jadinya dengan adanya PBESI. Ibaratnya menjadi satu pintu. Kalau ada yang bilang ini berpotensi monopoli sebenarnya aturan ini tidak dibuat oleh satu pihak, ini dibuat bersama baik dari PBESI, IESPA, APJI, dan lain-lain, berdasarkan diskusi dan pengalaman untuk membuat ekosistem e-sports di sini jauh lebih berkembang, jadi bukan ke arah monopoli.

Bagaimana dengan isi aturan yang menyebut untuk diakui sebagai gim e-sports setidaknya harus sudah diterima oleh masyarakat Indonesia secara luas. Bagaimana cara mengukurnya?


Kalau dari pandangan saya sebenarnya kalau saya sebagai atlet, itu agak sulit. Karena disukai atau tidaknya gim itu kan tergantung selera masing-masing pemain ya. Apalagi, sekarang era internet juga susah dibatasi. Gim meski di Indonesia tak ada izin sekarang orang bisa pakai server luar negeri untuk mainnya.
Jadi memang untuk poin ini, menurut saya, kalau dibilang ambigu juga. Lain halnya kalau mislanya untuk dipertandingkan seperti ke PON, SEA Games, dan sebagainya, itu mungkin memang harus dilihat dulu dari seberapa populer atau banyak yang memainkan.

Secara umum sejauh ini bagaimana dukungan pemerintah pada dunia e-sports dan atletnya?


Selama ini juga sebenarnya kami sudah ada program-program yang juga didukung oleh pemerintah. Namun, mungkin karena kondisi dua tahun terakhir ini pandemi jadi belum semua bisa berjalan. Jadi, kalau dukungan itu sudah semakin terlihat, pembentukan PBESI juga menurut saya jadi salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap e-sports. Bahkan setahu saya Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang sudah mengakui e-sports ini sebagai olahraga resmi yang memiliki badan dan siap dipertandingkan secara nasional secara profesional. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya