Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
DI usia 18 tahun, Maria Immaculata harus mengalami peristiwa tragis yang menyisakan trauma panjang. Peristiwa itu ialah pemerkosaan berkelompok (gang rape) yang dilakukan oleh lima pria.
Menjadi bintang tamu Kick Andy episode Kami Berani Melawan yang tayang hari ini pukul 19.05 di Metro TV, Imma--panggilan akrabnya--menuturkan peristiwa itu. "Kejadiannya itu di tahun 2013, di umur 18 tahun. Waktu itu lagi kuliah semester dua, jadi masih mahasiswa baru waktu itu," ujarnya.
Imma mengungkapkan peristiwa tersebut terjadi saat hampir tengah malam saat perjalanan pulang ke rumah. Peristiwa itu terjadi di sebuah gang yang menjadi rute jalan pintas menuju rumah. "Ada lima orang berangsur-angsur. Awalnya ada tiga orang, tapi karena mereka temenan, jadi totalnya lima orang, tapi intensitas dan apa yang dilakukan beda-beda. Mereka itu familiar stanger, jadi mereka ada disekitar rumah saya sampai kejadian itu hingga tujuh tahun kemudian dan saya pindah rumah mereka masih ada disitu," tutur Imma.
Begitu perihnya trauma yang terjadi membuat Imma menyimpan rapat-rapat kejadian kelam itu dan berusaha melupakannya. Nyatanya, seberapa pun dalam ia kubur dari ingatan, kejadian itu tetap menghantui lewat mimpi buruk.
Imma pun mengalami dua kali depresi selama tujuh tahun menyimpan cerita itu. "Rahasinya bahkan saya simpan dari diri saya sendiri karena saya sama sekali enggak ingat, cuma ada jejak-jejak mimpi buruk dan dua kali depresi selama kurun waktu tujuh tahun. Kejadiannya Maret 2013 dan ingat lagi di akhir November 2019," kenang perempuan yang kini berusia 26 tahun tersebut.
Tidak hanya depresi, di saat-saat tertentu, ia juga bisa mengalami serangan panik dan gangguan kecemasan manakala tiba-tiba melihat sosok-sosok dengan perawakan mirip para penyerangnya. "Yang saya rasakan itu depresi, ada gejala post traumatic stress disorder, panic attack, social anxiety, seperti saya melihat kerumunan itu saya merasa takut saat sedang di ruang publik atau transportasi umum. Melihat laki-laki yang memiliki karakteristik yang mirip dengan mereka itu juga bikin saya takut," lanjutnya.
Akhirnya, tidak ingin lagi menanggung trauma, Imma pun memulai jalan berdamai dengan dirinya. Ia mulai berani bercerita. "Jadi, ternyata memang levelnya naik. Awalnya bicara ke diri saya sendiri, kemudian cerita ke kelompok kecil, cerita ke keluarga, ke orangtua, kemudian cerita lagi ke media sosial dan ke ruang publik. Saya melihatnya ternyata ini termasuk dalam proses penyembuhan saya. Begitu saya lepaskan beban itu, ternyata ini yang mau saya lakukan untuk berbicara ke orang lain," jelasnya.
Praktisi terapi
Imma kemudian menjalani terapi psikologis. Bahkan, ia kemudian menuangkan kisah kelam itu dan kebangkitannya ke dalam buku berjudul A Night to Remember. Lewat buku itu, ia tidak hanya menjalani proses penyembuhan, tetapi juga berharap dapat membantu orang lain menyembuhkan trauma.
"Pertama saya mau cerita. Kedua, karena saya lupa selama tujuh tahun, saya sudah nyicil dan saya mulai mendata nilai-nilai baru, banyak realisasi baru yang muncul. Begitu truma ini keluar bebannya berat banget, saya enggak mau beban ini ada lagi di saya dan saya merasa harus speak up untuk sembuh," jelas perempuan kelahiran Jakarta tersebut.
Kini, Imma mengaku telah berdamai seutuhnya dan bangkit menjadi perempuan yang luar biasa. Ia pun aktif menjadi praktisi terapi membantu sesama penyintas kekerasan seksual. Sebagai penyitas, Imma menyadari tidak mudah bagi korban untuk bercerita. Padahal, bercerita merupakan salah satu proses untuk bisa memulihkan trauma. Sebab itu, sesama penyintas perlu saling mendukung dan menguatkan. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved