Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
MENGALAMI cacat fisik saat tengah memulai karier tentu sebuah ujian hidup yang berat. Banyak orang mungkin akan menyerah dan hanya meratapi nasib.
Hal itu pula yang sempat terlintas di benak Syanny Susan Pangkey muda saat mengalami kecelakaan tragis. Namun, ia akhirnya bisa bangkit dari keterpurukan, kembali bekerja, bahkan hingga berkeluarga dan akhirnya mendirikan bisnis sukses dan kini menjadi motivator.
Saat hadir sebagai bintang tamu program Kick Andy episode Life Must Go On yang tayang Minggu (11/7), Syanny menuturkan awal kisah tragis yang terjadi sekitar 34 tahun lalu. Kala itu di usia 23 tahun Syanny yang masih berkuliah sudah mulai merintis karier di sebuah perusahaan farmasi asal Swiss yang berlokasi di Citeureup, Jawa Barat.
Suatu hari, mobil antar-jemput kantor yang ia tumpangi untuk kembali ke Jakarta mengalami kecelakaan parah di Tol Jagorawi. Insiden membuat tulang pipi, rahang, hidung, hingga mata Syanny rusak. Operasi demi operasi di beberapa rumah sakit di Jakarta, mulai RS UKI, RSCM, hingga RS Harapan Kita, harus Syanny jalani hingga berbulan-bulan demi memperbaiki struktur wajahnya.
Seorang dokter ahli facial and cranial fracture atau ahli benturan wajah dari Australia sampai harus didatangkan untuk membantu para dokter di RS Harapan Kita Jakarta mengoperasi wajah Syanny. Perawatan pascaoperasi yang memakan waktu lama dan menyakitkan membuat Syanny hampir putus asa. Terutama ketika mengetahui bahwa kedua matanya tak bisa melihat lagi.
“Sampai sekarang karena efek dari obat-obatan seperti morfin dan lainnya itu, bikin saya berdiri dan duduk lama-lama serbaenggak kuat. Telinga kanan saya hanya berfungsi 40%, harusnya saya pakai hearing aid (pembantu alat dengar),” ujar perempuan berusia 57 tahun itu.
Ia pun merasa tidak berguna karena tidak bisa lagi menjadi tulang punggung keluarga. Di tengah keterpurukan yang membuatnya sampai meminta nyawa dicabut Tuhan, Syanny mendapat tawaran dari kantor untuk kembali bekerja.
Satu tahun pascakecelakaan, tepatnya 1988, ia kembali bekerja sebagai operator telepon. Perempuan kelahiran Surabaya itu menangani 15 saluran telepon dari dalam dan luar negeri, untuk 150 extention yang berbeda. Meski sempat ragu akan kemampuannya, Syanny bisa menjalani profesi tersebut dengan baik.
“Orang lain saja percaya saya masih bisa do something, kenapa saya tidak? Mr Supka (pimpinan di kantor) juga bilang tak masalah kalau saya bolak-balik ke rumah sakit untuk operasi,” ujarnya. Tidak hanya mendukung dengan mempekerjakan lagi, kantor tersebut juga memberinya fasilitas kursus Braile.
Dari situ kepercayaan diri Syanny mulai pulih hingga ia berani terlibat di banyak kegiatan, termasuk di Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni). Di sana pula ia bertemu dengan calon suami, Eddy Oetomo. Meski sempat mengalami penolakan dari pihak keluarga, Syanny dan Eddy akhirnya menikah pada 1999 dan setahun kemudian dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Enryco Oetomoputro.
Perusahaan keluarga
Terlahir sebagai pekerja keras dan terbiasa menjadi tulang punggung keluarga membuat Syanny tak pernah kehabisan akal untuk mencari peluang. Terutama setelah ia tak lagi bekerja sebagai operator telepon.
Dengan uang pesangon selepas berhenti kerja pada 2005, ia membuka toko di depan rumah dan merintis usaha housekeeping untuk perusahaan atau pabrik. Ia menyediakan keperluan rumah tangga seperti gula, kopi, teh, tisu, cairan pembersih, alat tulis kantor, kursi, dan cangkir.
“Saya beralih jadi supplier 2007-2013 dari toko jadi UD, terus 2018 kemarin sampai menjadi PT Rajawali Agung Pratama. Di situ ada 10 costumer kami. PT ini melayani kebutuhan pabrik dan perkantoran. Bidangnya pantry dan lain-lain. Itu dikelola keluarga sendiri, saya sebagai direkturnya, suami saya komisaris, anak saya pemegang saham di aktanya. Kantornya pun rumah sendiri,” tutur Syanny.
Usaha tersebut masih terus ia jalankan bersama keluarganya saat ini. Ia bahkan sudah dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi orang lain lewat usaha yang dijalankan. Bila pesanan banyak, Syanni menyewa mobil bak terbuka. Saat ini omzet usaha Syanni berkisar Rp40 jutaan per bulan.
Belakangan, Syanny juga sempat menjadi motivator untuk memberikan suntikan semangat kepada kaum penyandang disabilitas. Syanny ingin menularkan semangatnnya agar mereka yang menyandang disabilitas tak terpuruk karena keadaan. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved