Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Firli Menjawab

Putri Rosmalia
13/6/2021 05:05

TERUS berinovasi, acara bincang-bincang Kick Andy kini menampilkan konsep baru lewat program Double Check. Tayang perdana hari ini, Kick Andy Double Check akan mengungkap lebih jauh berbagai isu yang tengah berkembang di masyarakat langsung dari sumbernya.

“Banyak informasi yang simpang siur di sekitar kita. Mana fakta sebenarnya, saya akan konfirmasi di Kick Andy Double Check,” ujar Andy F Noya dalam tayangan perdana program itu. Meski begitu, program Double Check ini tidak menghilangkan konsep Kick Andy yang sudah ada. Kick Andy yang menampilkan narasumber-narasumber dengan gerakan inspiratif maupun inovatif akan tetap ada.

Dalam Kick Andy Double Check, Andy F Noya akan mengundang tokoh-tokoh yang tengah menjadi perhatian di masyarakat. Mewakili berbagai pertanyaan yang kerap muncul di berbagai platform, Andy F Noya akan menjawab rasa penasaran masyarakat. Fakta akurat akan digali langsung dari sumbernya.

“Di sini saya akan membahas fakta dari tokoh-tokoh yang sedang jadi perhatian masyarakat untuk saya konfirmasi apa yang sebenarnya yang terjadi di balik isu yang sedang beredar,” tambah Andy.

Episode perdana Kick Andy Double Check yang tayang hari ini, menampilkan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri. “Saat ini kita tahu persis KPK sedang gonjang-ganjing. Ketua KPK adalah pusat perhatian masyarakat sekarang, banyak sekali sorotan pada dirinya,” jelas Andy.

Kehadiran Firli memang tengah dinantikan publik, terlebih dengan isu panas tes wawasan kebangsaan (TWK) yang membuat tidak lulusnya 75 pegawai KPK. TWK yang merupakan salah satu syarat pengangkatan mereka sebagai aparatur sipil negara (ASN). Hasil TWK KPK memicu kehebohan di publik karena muncul berbagai informasi simpang siur soal hal-hal yang ditanyakan para penguji pada pegawai KPK.

Mulai soal keputusan berhijab, pendapat mengenai hubungan seksual di luar nikah, hingga soal poligami. Kesimpangsiuran informasi mengenai TWK tersebut membuat banyak pihak berspekulasi bahwa tes sengaja diadakan untuk mendepak beberapa unsur KPK. Suasana menjadi lebih panas karena para pegawai KPK yang tidak lolos kemudian melaporkan ketidakadilan yang meraka anggap terjadi para dirinya ke beberapa lembaga.

Lebih banyak diamnya Firli dan jajaran KPK terhadap isu yang tengah berkembang menimbulkan rasa penasaran masyarakat akan kebenaran informasi yang ada. Saat ini berbagai isu lain juga bermunculan terkait masalah yang ada di internal KPK.

Di program Double Check, Andy tidak segan menghadapkan Firli ke pertanyaan sensitif yang beredar di masyarakat. “Ada pertanyaan yang paling sering ditanyakan masyarakat kalau saya lihat dari pemberitaan, yaitu kalau ternyata di KPK ada kubu polisi Taliban yang dinilai punya paham radikal, dan polisi India yang isinya orang-orang dari kepolisian dan kejaksaan, dan kedua kubu itu berseberangan. Ini menarik tentunya untuk dijelaskan Ketua KPK,” kejar Andy.

Kepada Kick Andy Double Check, Firli menegaskan bahwa sikap diam yang ia lakukan bukan karena merasa takut atau merasa kalah. Ia lebih memilih untuk fokus bekerja. “Diam bukan berarti kalah, kami fokus kerja. Tak ada celah bagi saya dan pimpinan KPK untuk menyiasati TWK,” tegas Firli.

 

 

Perjuangan

Tak hanya isu soal KPK yang diangkat dalam program Kick Andy Double Check. Pada kehadirannya kali ini, Firli juga berbagi cerita tentang pengalaman pribadinya yang memulai karier menjadi seorang polisi dengan penuh perjuangan.

“Sekarang nama Firli Bahuri sangat populer, ketika menyebut Firli Bahuri orang langsung tahu, tetapi banyak orang yang tidak tahu latar belakang kehidupannya,” ujar Andy.

Bercita-cita menjadi polisi sejak kecil membuat lelaki berusia 57 tahun tersebut tak begitu saja menyerah ketika gagal lulus tes seleksi masuk Akademi Kepolisian. Butuh tujuh kali ujian ia lalui hingga akhirnya bisa mengenyam pendidikan di Akademi Kepolisian pada 1990.

“Masa kecil saya lebih banyak dihabiskan di sekitar hutan. Ayah saya meninggal ketika usia saya 5 tahun,” ujar pria kelahiran Lontar, Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan, itu.

Selepas meninggal sang ayah, Firli dan keempat saudaranya dibesarkan sang ibu dengan penuh kebersahajaan. Bahkan, untuk membeli sepatu sekolah saja ia mengaku keluarganya tak mampu. “Baju kalau basah itu ya kita jemur dulu lalu pakai lagi, bukan ganti yang lain,’ ujar Firli.

Lulus sekolah menengah pertama (SMP), Firli merantau ke Palembang agar bisa mengeyam pendidikan ke tingkat selanjutnya. Di usianya yang masih remaja, ia terpaksa harus tinggal jauh dari orangtua untuk bekerja dan bersekolah.

Berbagai pengalaman bertahan hidup ia lalui dengan mengandalkan kerja serabutan. Ketika itulah ia juga mulai semakin ingin menjadi polisi. “Saya dulu melihat sosok polisi sangat gagah, mereka banyak membantu,” ujarnya.

Berhasil masuk ke Akademi Kepolisian merupakan cita-cita sejak kecil yang berhasil ia raih dengan rasa bangga. Sejak itu kariernya terus menanjak dengan mengemban tugas menjadi Kapolda di beberapa daerah. Firli juga pernah bertugas sebagai ajudan Boediono saat menjabat Wakil Presiden.

Pada 2018, Firli memulai karier di KPK sebagai Deputi Penindakan. Ia kembali menjabat sebagai Kapolda di Sumatra Selatan sebelum akhirnya terpilih menjadi Ketua KPK untuk periode 2019-2023.

Dalam keseharian, Firli mengaku sangat mengutamakan pendapat dari keluarga. Ia selalu berdiskusi dengan istri, Ardina Safitri, dan anak-anak mereka sebelum mengambil keputusan penting terkait dengan karier yang akan ia jalani.

“Saya apa pun itu selalu saya diskusikan. Saya menjadi Ketua KPK juga sudah saya diskusikan dengan keluarga saya karena masalah saya juga adalah masalah mereka nantinya,” ujar Firli.

Saat ini, di tengah terpaan masalah dan isu terkait dengan dirinya sebagai pimpinan KPK, keluarga jugalah yang menjadi tempat berlabuh dan berkeluh kesah paling utama. Meski begitu, Firli mengaku selalu berupaya membawa suasana positif di rumahnya karena tak ingin keluarganya merasa ia tak senang atau terbebani dengan tugas. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya