Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
PANDEMI covid-19 telah membuat podcast melejit. Meski secara umum kita bisa merasakan bahwa podcast memberi hiburan yang berbeda yang cocok dinikmati di berbagai waktu keseharian, jawaban tepat mengapa siniar bisa begitu naik daun belum terjawab gamblang.
Daniel Richardson, seorang psikolog eksperimental di University College London, Inggris pun mewawarkan jawaban dari hasil eksperimennya. Untuk membandingkan dampak audio dan video pada otak manusia, dia menggunakan adegan klasik dari Silence of the Lambs dan adegan pemenggalan kepala di Game of Thrones.
Ia meminta para mahasiswanya menonton adegan-adegan itu dan membandingkan reaksi mereka ketika adegan disajikan dalam versi buku audio. Richardson menemukan kontradiksi.
Para peserta eksperimen tercatat lebih emosional ketika menyaksikan melalui video tetapi tubuh mereka menyarankan sebaliknya. "Menonton video sering kali merupakan pengalaman pasif," kata Richardson dikutip dari SCMP, Minggu, (28/3).
Sementara saat mendengarkan audio, para peserta eksperimen mengalami suhu tubuh lebih tinggi dan detak jantung naik turun lebih banyak. "Lebih banyak aktivitas elektro-dermal yang menunjukkan gairah tubuh. Pada dasarnya, otak mereka berputar lebih banyak dan itu muncul dalam fisiologi mereka,” terangnya Richardson.
Ia memaparkan saat orang mendengarkan audio imajinasi yang dihasilkan justru lebih banyak. Dengan begitu walau tidak memiliki bentuk visual, hiburan audio termasuk podcast justru memberi pengalaman yang lebih hidup dan mungkin lebih membuat ketagihan.
Ini dibuktikan pula dengan laporan terbaru Edison Research, dimana 80 juta orang di Amerika sekarang menjadi pendengar podcast mingguan, naik 16% dari tahun lalu. Pendengar yang paling rajin, menurut Statista, adalah warga Korea Selatan, dengan sekitar 58% mendengarkan podcast pada bulan lalu, diikuti Spanyol (40%) dan Swedia (38%).
Keintiman mungkin menjadi bagian penting dari ketertarikan - tidak hanya dari seseorang yang berbicara langsung ke telinga Anda, tetapi juga karena sifat khusus dari suara tersebut. “Anda dapat menipu emosi dengan gambar, menggunakan bahasa tubuh dan sebagainya… tetapi suara Anda mengungkapkan lebih banyak tentang siapa Anda dan bagaimana perasaan Anda,” kata Elizabeth Fresnel, spesialis dari Laboratorium Suara di Paris.
“Dengan seseorang yang kita kenal baik, hanya perlu 'halo' melalui telepon untuk mengetahui apakah mereka lelah, bahagia, apakah ini hari yang buruk untuk meminta sesuatu kepada mereka,” sambungnya.
Format audio juga dinilai cocok untuk eksplorasi masalah yang lebih dalam. Podcaster Prancis Charlotte Pudlowski, yang baru-baru ini menyutradarai serial enam bagian tentang kekerasan seksual, mengatakan format itu memungkinkannya untuk menghindari potongan atau klip yang dangkal dan klise dari media dengan format yang lebih pendek.
“Saat kita menceritakan kisah-kisah ini, mudah sekali untuk jatuh ke dalam hal yang jorok. Audio memungkinkan kita untuk menghindari hal-hal yang spektakuler atau vulgar,” katanya.
“Kami melihat kebiasaan media baru berkembang. Podcast mengisi celah ketika layar tidak memungkinkan, saat Anda bekerja, mengemudi, atau berlari,” kata Steve Ackerman, kepala konten di produser podcast Inggris, Somehin’.
Potensi pertumbuhan podcast masih sangat besar. Seperti media baru lainnya, pendengar yang lebih tua lebih lambat untuk bergabung, tetapi sekarang mereka malah ketagihan.
Aliran dana pun mengalir ke sektor ini, dengan Spotify memasukkan jutaan dolar ke divisi podcastnya. Sementara Amazon membeli perusahaan produksi Wondery pada akhir 2020 dengan jumlah yang tidak diungkapkan, tetapi pasti sangat besar. Saat sektor beralih dari podcast kamar tidur ke produksi yang lebih mahal, gaya dan format baru kemungkinan akan muncul.
“Drama fiksi baru muncul dalam beberapa tahun terakhir dan porsinya masih sangat kecil dibandingkan dengan TV. Kuis, acara panel, reality - itu baru saja dieksplorasi,” kata Ackerman. Bagi mereka yang tergoda untuk bergabung, sekaranglah waktunya, kata Ackerman. “Jika Anda berpikir untuk melakukannya, lakukan dengan tancap gas,” sarannya. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved