Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
BISA berselfie dengan seperti simpanse dan orangutan bisa menjadi kebanggaan tersendiri. Dengan konten unggahan seperti itu orang bisa memberi kesan petualangan yang eksotis ataupun kesan berani.
Akan tetapi, hal seperti itu rupanya juga bisa menjadi tindakan berbahaya bagi upaya konservasi, terlebih ketika momen tersebut diabadikan dan diunggah di media sosial. Persoalan demikian akhir-akhir ini tengah menjadi sorotan ilmuwan hingga peneliti di Lembaga Internasional Konservasi Alam (IUCN). Lebih dari itu, mereka kini bahkan menawarkan pedoman baru terkait unggahan swafoto bersama primata di media sosial.
Sejumlah pengamat di IUCN khawatir bahwa unggahan foto demikian dapat memicu permintaan primata dan hewan liar lainnya di pasar ilegal. IUCN memperkirakan, dari 514 spesies primata yang ada di dunia, kini sekitar dua pertiganya sudah terancam punah, yang di sisi lain turut didorong perusakan alam, dan perubahan iklim.
Pakar Primata Durham University, Inggris, Sian Waters ialah yang mengusulkan pedoman tersebut kepada IUCN. Dalam amatannya, unggahan di media sosial juga memengaruhi keberlangsungan hidup monyet Barbary (macaca sylvanus).
“Kadang orang bertanya kepada, apakah kami bisa memelihara? Peningkatan jumlah orang yang bertanya ini terjadi setiap kali ada selebritas yang menggunakan kera Barbary sebagai alat peraga di fotonya. Orang mungkin berniat baik ketika mengunggah di media sosial, tapi masalahnya adalah bagaimana hal itu dipersepsikan, hingga akhirnya konteks berubah dengan sangat mudah di media sosial," kata Waters, seperti dilansir dari The Guardian, Minggu, (25/1).
Waters selanjutnya menjelaskan, foto primata bisa saja diunggah di media sosial. Akan tetapi pesannya harus tegas dan jelas, misalnya, 'Jangan Jadikan Primata sebagai Hewan Peliharaan'. Foto yang diunggah pun harus mendukung pesan, atau menggambarkan primata yang tengah disita dari orang-orang yang memeliharanya.
Humas IUCN, Shawn Sweeney menyambut baik usulan Waters. Menurutnya, IUCN sendiri beberapa dekade ini juga telah belajar banyak dari penelitian Primatolog, Jane Goodall. Terlebih di masa pandemi ini interaksi manusia dengan primata juga cukup berbahaya, mengingat virus tersebut juga dapat menyerang primata. "Jenis pencitraan ini mendukung gagasan bahwa tidak masalah melakukan interaksi fisik dengan simpanse dan primata lainnya," tutur Sweeney. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved