Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
ORANGTUA yang memutuskan untuk bercerai harus benar-benar serius untuk menghindari pertengkaran. Penelitian telah menunjukkan bahwa pertengkaran orangtua berdampak nyata pada kesehatan mental anak.
Dilansir Usnews.com, penelitian yang diterbitkan daring di jurnal Child Development menyebutkan jika pertengkaran orangtua saat bercerai membuat anak merasa takut ditelantarkan. "Kami menemukan bahwa paparan konflik menimbulkan ketakutan pada anak-anak bahwa mereka akan ditinggalkan oleh salah satu atau kedua orang tua," ungkap Karey O'Hara, asisten profesor riset psikologi di Arizona State University di Tempe, Amerika Serikat (AS).
Para responden dari anak-anak dengan rata-rata usia 12 tahun telah terdaftar dalam program paskaperceraian antara tahun 2012 dan 2015. Menurut O'Hara, anak-anak yang melaporkan rasa takut ditinggal orang tuanya lebih cenderung lebih banyak mengalami masalah kesehatan mental selama 11 bulan kemudian. Masalah seperti itu termasuk perasaan tertekan, perasaan cemas atau takut secara umum.
Dengan hasil itu O'Hara mengungkapkan jika terdapat kemungkinan bahwa meskipun orangtua telah baik dalam mengasuh anak, tetap tidak cukup untuk menghilangkan efek negatif dari konflik. Bagaimanapun, orangtua juga harus tetap menjaga hubungan baik meski harus berpisah.
Penemuan ini mengejutkan Dr. Anne Glowinski, direktur pendidikan dan pelatihan psikiatri anak dan remaja di Sekolah Kedokteran Universitas Washington di St. Louis. Dia menilai temuan itu "sangat kuat," dan bahwa "hampir semua dampak negatif dari perceraian dapat dikaitkan dengan konflik mantan pasangan.
Glowinski mengatakan orangtua harus tahu bahwa menjadi orangtua yang baik setelah perceraian berarti mengurangi konflik. Orangtua disarankan mencari bantuan profesional jika mereka tidak dapat mengontrol dan mengurangi konflik sendiri. "Cara yang benar dan teruji untuk mengurangi konflik adalah praktik komunikasi tanpa kekerasan," tutupnya. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved