Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
SEMENTARA pandemi memukul berat berbagai industri, termasuk hiburan, ada komunitas yang seolah tetap kuat dan terus berkembang. Komunitas itu adalah industri hiburan K-pop.
Bahkan setahun lalu, artis-artis K-pop bukan hanya tetap produktif melainkan membuat berbagai rekor dunia. Lalu mengapa mereka begitu tangguh di masa pandemi ini?
Lee Gyu-tag, asisten profesor studi budaya di George Mason University Korea, menjelaskan hal itu merupakan perpaduan keahlian menggunakan teknologi dan ikatan kuat dengan penggemar. Industri K-pop
telah lebih dari 10 tahun menjalankan promosi yang begitu masif. Ini bukan saja lewat iklan melainkan dengan membentuk fandom.
Buah dari perjalanan panjang promosi itu kini tengah dipetik. “Popularitas K-pop naik di Asia pada akhir 2000-an, dan tumbuh lebih besar pada 2010-an karena K-pop menjadi bagian dari arus utama. Pada tahun 2000-an, ada banyak generasi kedua keturunan Asia Tenggara di negara-negara Eropa seperti Prancis. Kegilaan K-pop menyebar ke Eropa setelah menjadi viral di kalangan anak muda Asia Tenggara,” kata Lee dikutip dari Korea Times, Senin, (4/1).
Di era digital pun industri K-pop sigap memanfaatkan berbagai platform untuk mempromosikan konten mereka. Hal itu berhasil menarik generasi muda atau Gen Z, yang tidak hanya menonton konten daring tapi juga ‘ambil bagian’ melalui live streaming dan komentar. Mereka menjadi anggota komunitas K-pop yang lebih besar di YouTube dan Twitter dan secara sukarela memproduksi, mengedit, dan mengunggah video mereka sendiri.
“K-pop dan platformnya, seperti Twitter, saling bergantung. Twitter Korea mengakui K-pop adalah faktor utama dalam menghidupkan kembali popularitas platform. Penggemar mengupload kreasi sekunder, seperti video reaksi, parodi, koreografi tari, dan cover lagu,” tambah Lee.
Dari data yang disajikan Twitter misalnya, BTS menjadi nomor enam yang paling banyak dicicitkan secara global pada tahun 2020. BTS juga menduduki puncak cicitan paling banyak tentang akun K-pop di seluruh dunia tahun ini selama empat tahun berturut-turut, diikuti oleh EXO dan BLACKPINK. Dibandingkan bidang lain, K-pop lebih mudah beradaptasi dengan streaming karena keakraban industrinya dengan teknologi.
Label dan artis K-pop juga cepat beradaptasi dengan hambatan konser luring selama pandemi. Konser daring mereka pun tidak sekadarnya melainkan tetap mengajak penonton berinteraksi. Inilah yang belum mampu dilakukan banyak artis lain.
SM Entertainment, yang menaungi grup populer seperti Super Junior, EXO, NCT127 dan Red Velvet, membuat konser video baru bernama "Beyond LIVE" yang menggabungkan penampilan artis mereka dengan teknologi augmented reality (AR), grafik, dan video call langsung antara sang artis dan penggemar.
BTS mengadakan konser daring selama 90 menit "BANG BANG CON: The Live" pada Juni tahun lalu dan konser streaming langsung selama dua hari selama dua setengah jam "BTS Map of the Soul ON: E" pada Oktober. Acara sebelumnya menjual lebih dari 756 ribu tiket, sementara pertunjukan terakhir yang disebut menjual lebih dari 993 ribu tiket, menjadi konser virtual terlaris dengan perkiraan keuntungan lebih dari 50 milyar won (Rp641 milyar lebih).
Bintang K-pop terus merilis lagu baru untuk terhubung dengan penggemar mereka pada level yang lebih dalam. Pada September, BTS menjadi artis Korea pertama yang menduduki puncak Billboard's Hot 100 dengan lagu berbahasa Inggris Dynamite. Dengan lagu tersebut, BTS menjadi grup Korea pertama yang dinominasikan dalam kategori penampilan duo/grup terbaik untuk Grammy Awards pada 31 Januari.
Menurut Gaon Chart, yang melacak penjualan album fisik di Korea dan luar negeri melaporkan pada tahun 2020, total penjualan 400 album paling populer mencapai lebih dari 40 juta, naik 64% dari 25 juta pada tahun sebelumnya. K-pop juga mempercepat ekspansinya ke media lain, seperti dokumenter dan film. BLACKPINK membintangi film dokumenter Netflix BLACKPINK: Light Up The Sky. Sementara grup rookie P1Harmony memulai debutnya melalui film K-pop P1H: A New World Begins.
Lee memprediksi K-pop akan melambung ke level tertinggi baru pada tahun 2021 karena artis dan label tidak takut akan perubahan dan tertarik untuk membuat konten baru dengan memanfaatkan tren media, mode, dan budaya.
“Dari awal 2000-an ketika Clon dan NRG mulai berkembang hingga pertengahan hingga akhir 2000-an ketika BIGBANG dan Super Junior mendapatkan popularitas, hingga baru-baru ini ketika BTS menjadi terkenal, semua orang terus bertanya apakah kegilaan K-pop seperti itu akan bertahan. Mengingat itu industri tetap kuat selama dua dekade terakhir meskipun ada keraguan, saya pikir K-pop akan menjadi lebih sukses di masa depan,” katanya. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved