Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
INDUSTRI film terbesar di dunia, Hollywood, tampak semakin terbuka pada kesetaraan gender. Dalam suatu studi baru yang dilakukan Center for the Study of Women in Television and Film San Diego State University, Amerika Serikat (AS), mencatat kehadiran perempuan sutradara untuk film-film besar tahun 2020 alami peningkatan. Meski demikian, secara keseluruhan posisi kru perempuan dalam film mencatatkan persentase relatif stabil.
Pada 2020, pada 100 film dengan pendapatan kotor tertinggi, persentase perempuan sutradara mencapai 16%. Sementara pada 2019, porsinya hanya 12% dan hanya 4% pada 2018.
Dalam studi berjudul The Celluloid Ceiling: Behind-the-Scenes Employment of Women on the Top U.S. Films of 2020 juga melaporkan bahwa perempuan menyumbang total 18% di kursi sutradara dari daftar 250 film teratas. Hasil studi yang dirilis di situs resmi lembaga tersebut menunjukkan pula bahwa kehadiran perempuan sutradara di 250 film teratas naik 5% dari tahun 2019.
Tidak hanya itu, perempuan juga mengisi 21% dari semua posisi sutradara, penulis, produser, produser eksekutif, editor, dan sinematografer yang mengerjakan 100 film teratas. Ini memang hanya naik 1% dari tahun 2019, namun tetap perlu diapresiasi.
“Kabar baiknya, kami sekarang telah melihat pertumbuhan dua tahun berturut-turut perempuan yang menyutradarai film. Ini mematahkan pola historis baru-baru ini, yang angkanya cenderung naik satu tahun dan turun di tahun berikutnya. Kabar buruknya, masih belum ada perempuan sutradara dari persentase 80% daftar film top," kata direktur Center for the Study of Women in Television and Film San Diego State University, AS Dr. Martha Lauzen, dikutip dari Variety, Senin, (4/1).
Meski studi ini tampaknya menunjukkan hasil yang baik dengan semakin banyaknya representasi perempuan di kursi sutradara, tetapi ada ketidak seimbangan jumlah kru perempuan. Dalam daftar 100 film berpenghasilan kotor tertinggi, 28% perempuan menjadi produser dan 21% duduk sebagai produser eksekutif, meningkat dua poin persentase di kedua kategori.
Studi tersebut juga menemukan bahwa film dengan setidaknya satu perempuan sutradara lebih cenderung mempekerjakan perempuan untuk menjadi editor, sinematografer, atau peran kunci di balik layar lainnya. Misalnya, pada film dengan perempuan sutradara, 53% penulis dan 39% editornya adalah perempuan. Sedangkan pada film dengan sutradara laki-laki, perempuan menyumbang 8% pada posisi penulis dan 18% posisi editor. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved