Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

K-Pop, Fenomena yang Terlahir dari Krisis Moneter

Bagus Pradana
13/11/2020 23:55
K-Pop, Fenomena yang Terlahir dari Krisis Moneter
TxT, grup band K-Pop generasi ke-4 yang digadang-gadang menjadi penerus BTS.(Koreabizwire)

Industri hiburan dari Korea Selatan atau yang sering disebut K-Pop kini semakin digemari di berbagai penjuru dunia. K-Pop seakan menjadi arus baru dalam budaya populer hari ini, berbagai produk dari industri ini mulai dari film, drama televisi , musik, sampai kosmetika ternyata diminati oleh khalayak luas lintas generasi di banyak negara.

Gelombang ekspansi budaya pop Korea Selatan ini diangkat oleh Korean Cultural Center Indonesia (KCC Indonesia) sebagai topik utama dalam webinar bertajuk 'A brief history of K-Pop: The Product of Asian Exchange' pada Rabu (11/11) lalu. 

Forum daring tersebut diisi oleh Hojai Jung, selaku pemerhati K-pop yang juga merupakan mantan wartawan dari media Korea Dong-A Ilbo. Ia menceritakan perkembangan industri hiburan korea dari tahun ke tahun hingga akhirnya menjadi seperti sekarang ini, yang kemudian dikorelasikan dengan hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Indonesia.

"Secara geografis Indonesia dan Korea Selatan itu tidak terlalu dekat lokasinya, tetapi hubungan diplomatik di antara kedua negara ini semakin menguat dimulai pada 1973, jadi baru 47 tahun yang lalu, belum terlalu lama," papar Hojai Jung, Rabu (11/11).

"Gelombang Korea atau 'Korean wave' masuk ke Indonesia mungkin juga baru sekitar tahun 2002. Pada tahun tersebut drama Korea baru mendapatkan popularitasnya di Indonesia," imbuhnya.

Dalam amatannya, Jung menyatakan bahwa K-Pop bukan hanya fenomena budaya pop (pop culture) yang terjadi di Korea Selatan saja, tetapi merupakan fenomena yang menggejala di seluruh dunia. Bahkan, bukan tidak mungkin K-Pop ini kedepannya akan menjadi Asian Pop (budaya pop Asia).

"K-Pop itu adalah satu fenomena kebudayaan pop yang mungkin tidak terlalu dirasakan ya sensasinya oleh orang-orang yang justru tinggal di Korea, tetapi begitu intens di negara-negara lain yang mengikuti perkembangan budaya ini," ujar pria pernah berdomisili di Myanmar dan Singapura ini.

"Menurut saya K-pop ini bukanlah fenomena yang menyangkut Korea saja, tetapi ini adalah semacam produk dari berbagai pertukaran budaya yang terjadi antara berbagai entitas di Asia, yang kebetulan momentumnya berada di Korea, jadi ini bukan budaya pop Korea semata," sambung Jung.

"Ini sangat mungkin menjadi budaya pop Asia," tegasnya.

Jung memaparkan awal mula kelahiran K-Pop di Korea Selatan yang terjadi pada tahun 1987. Di tahun itu, Korea mengalami perombakan sistem politik dan sosial yang besar-besaran. 

"Tahun 1987 adalah tahun yang sangat penting bagi Korea Selatan, karena di tahun itu semua sistem di negara kami mengalami perubahan. Sebelumnya orang-orang Korea itu hidup di bawah kediktatoran militer, dan sistem perekonomiannya dimonopoli oleh keluarga chaebol (Konglomerat) yang menjadi kekuatan ekonomi utama Korea Selatan dengan aset-aset perusahaannya," ungkapnya.

Ia menggambarkan bahwa perombakan tersebut sebagai awal dari liberalisme (dalam arti kebebasan) masuk ke Korea Selatan. Saat itu budaya pop yang berkembang di Korea dipengaruhi oleh eksistensi budaya pop Amerika dan Hongkong, satu-satunya wilayah di Asia yang berhasil mengembangkan budaya pop-nya.

"Sementara sejarah modern Korea Selatan, waktu saya masih muda mungkin sekitar 35 tahun yang lalu, generasi muda Korea saat itu lebih menikmati budaya pop dengan lagu-lagu berbahasa Inggris (budaya pop Amerika). Setiap siaran musik pasti selalu menyiarkan lagu-lagu berbahasa Inggris, padahal banyak dari kami tidak terlalu bisa bahasa Inggris," jelas Jung.

"Kalau dari Asia, budaya pop dari Hongkong itu sangat memengaruhi budaya pop Korea. Bisa dibilang Hongkong di tahun 80an itu memberikan guncangan yang cukup luar biasa di negara-negara sekitarnya. Bintang-bintang Hongkong itu punya rasa percaya diri yang tinggi dan mereka memang tampilannya seperti bintang, jadi anak muda di Korea Selatan waktu itu juga sangat suka dengan artis-artis Hongkong," timpalnya menambahi.

Dengan kondisi itu, Korea Selatan pada tahun-tahun awal 1980an masih berposisi sebagai konsumen budaya dari negara lain. Banyak program-program hiburan impor yang disiarkan di stasiun TV Korea saat itu karena industri hiburannya sendiri tidak berkembang.

"Saya merasa saat itu Korea Selatan masih merupakan negara yang terisolasi, bukan negara yang miskin tapi kami masih berkembang karena waktu itu untuk traveling ke luar negeri saja tidak mudah," terang Jung.

Momentum krisis moneter 1997 menjadi momen titik balik bagi Korea Selatan. Jung mengungkapkan, semenjak berhasil melewati krisis tersebut, Korea mulai berani untuk membuka diri dan berkompromi dengan budaya-budaya yang lebih universal hingga akhirnya lahirlah budaya K-Pop tersebut.

"Krisis moneter di tahun 1997 menjadi momentum kami untuk bangkit kami mulai membongkar sistem kami dan mulai terbuka dan melakukan restrukturisasi di berbagai lini. K-Pop mulai hadir di sekitaran tahun 2000an, ditandai dengan munculnya beberapa agen hiburan di Korea seperti SM Entertainment dan Big Hit Entertainment," tutur lelaki berkacamata tersebut.

"Jika ingin memahami K-Pop, harus paham bagaimana agensi-agensi ini bekerja, bagaimana mereka menghasilkan bintang dan menyajikan platform bagi para talent-nya untuk unjuk gigi," sahutnya.

Jung membagi perkembangan K-Pop dalam empat generasi, yaitu 'generasi pertama' yang hadir dari tahun 1997 hingga 2004, yang merupakan generasi awal industri K-Pop. Ikon saat itu adalah grup-grup legendaris seperti HOT, SES, dan Sechs Kies.

Kemudian generasi keduanya bermula pada 2004 hingga 2011, dengan bintang-bintangnya seperti SNSD dan Super Junior. Setelah itu dipungkasi oleh generasi ketiga K-Pop (2011-2018) yang mengorbitkan Twice, Blackpink, BTS, dan Exo. K

Kini, perkembangan K-Pop di Korea Selatan telah mencapai generasi keempatnya, yang menurut Jung, tecermin dari aksi agensi-agensi hiburan di Korea yang mulai memperbesar pasar mereka ke luar Korea. Untuk itu, kini mereka tak hanya mengorbitkan artis-artis asal Korea saja, banyak artis dari berbagai penjuru dunia bergabung dengan agensi-agensi tersebut untuk menyebarkan semangat K-Pop.

Sejumlah K-Pop generasi ke-4 di antaranya adalah IZ*ONE yang merupakan grup perempuan pertama perpaduan Korea dan Jepang; TXT yang merupakan boyband 'junior' BTS, atau Secret Number yang anggotanya gado-gado, dari Korea, Jepang, Indonesia, dan Amerika. (M-2) 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya