Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
BERGANTUNGNYA kehidupan manusia kepada kehidupan alam liar kembali ditegaskan sebuah studi yang dilakukan oleh Restoration Ecology Laboratory at the Federal University of Rio Grande do Norte, Brasil. Hasil studi yang dilansir Mongabay.com, Rabu (3/11), itu menyatakan bahwa memberi ruang bagi kehidupan liar untuk kembali hidup dengan baik adalah kunci untuk mengurangi emisi karbon di bumi.
Penelitian itu dilakukan dengan menganalisis data bioma di hampir 3 miliar hektar lahan hutan di berbagai belahan dunia yang sudah beralih fungsi jadi perkebunan atau pertanian.
Gislene Ganade, koordinator penelitian tersebut menjelaskan jika restorasi setidaknya 30% dari lahan hutan dan kehidupan liar di dalamnya dapat mengurangi emisi karbon dioksida hingga 50%. "Khususnya bila upaya itu dilakukan di wilayah tropis," tambahnya.
Restorasi lahan gambut juga harus dilakukan karena akan memberi dampak yang lebih besar. Upaya itu juga dapat menyelamatkan hingga 71% spesies binatang yang sudah nyaris punah.
Secara detail, studi itu menganalisis data dari 2,87 miliar hektar kawasan hutan di seluruh dunia. Di mana seluruhnya telah beralih fungsi menjadi perkebunan, pertanian, permukiman, dan lain-lain.
Ganade menambahkan jika studi itu merupakan penelitian pertama yang dilakukan dengan pendekatan yang fokus pada upaya konservasi biodivertitas, mitigasi perubahan iklim, dan faktor ekonomi dalam aksi restorasi secara global.
"Ada beberapa penelitian soal restorasi dengan pendekatan yang berbeda. Tapi yang menyatukan tiga pendekatan tadi sekaligus belum pernah ada," ujar Ganade. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved