Marak Video Aktivaksin di YouTube

Abdillah Marzuqi
04/11/2020 09:30
Marak Video Aktivaksin di YouTube
YouTube(Eric PIERMONT / AFP)

SAAT pembuatan vaksin covid-19 mendekati tahap akhir, otoritas kesehatan di seluruh dunia ternyata dihadapkan dengan maraknya narasi antivaksin. Problem itu bisa jadi membuat vaksin tidak banyak membantu penanggulangan pandemi. Padahal, penciptaan vaksin covid-19 diupayakan secara habis-habisan dengan biaya yang tidak sedikit.  

Seperti dikutip Sciencemag, studi terbaru mengungkap kemunculan narasi antivaksin di media sosial, Youtube. Padahal sebelumnya, pada 2019, platform tersebut berjanji menghapus video berisi informasi yang salah tentang covid-19 dan membatasi video antivaksin.

Memang secara kajian historis, keraguan vaksin sama tuanya dengan inokulasi. Namun, keraguan vaksin meningkat dalam 2 dekade terakhir.

Tahun lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan hal itu sebagai salah satu dari 10 ancaman terhadap kesehatan global. Di Brasil, ada 20 vaksin yang disediakan gratis yang juga menghadapi tantangan dari kelompok tersebut. Pada 2019, sekitar 13% dari 2002 orang Brasil mengaku melewatkan setidaknya satu vaksin atau tidak memvaksinasi anak mereka. Ketika ditanya mengapa, lebih dari separuh menjawab vaksin kemungkinan besar punya efek samping serius.

Tahun lalu, Youtube mengekang penyebaran misinformasi vaksin. Platform itu mengungkap waktu menonton video tersebut telah menurun lebih dari 70% sejak kebijakan moderasi diterapkan. Sebulan kemudian, Youtube mengumumkan akan mendemonetisasi video dengan konten antivaksin.

Studi itu menunjukkan banyak video antivaksin dalam bahasa Portugis lolos dari kebijakan moderasi YouTube. Para peneliti di Universitas Negeri Campinas (UNICAMP) dan Universitas California, Berkeley, menyimulasikan pengalaman pengguna YouTube yang menelusuri konten terkait vaksin dalam bahasa Portugis.

Peneliti UNICAMP Dayane Machado, mengatakan timnya ingin mengetahui video mana yang disarankan algoritme rekomendasi YouTube setelah penonton selesai menonton video pertama mereka.

Pada Februari, para peneliti menggunakan perangkat mirip fitur YouTube lanjutan, lalu menelusuri kata 'vacina + autismo' (vaksin + autisme). Mereka mengujinya tiga kali untuk menemukan jaringan video terkait. Hasilnya, ada jejaring 52 video di 20 saluran yang berisi informasi yang salah tentang vaksin dalam bahasa Portugis. Bahkan, seperempat dari video tersebut didahului oleh iklan.Studi itu dilaporkan minggu lalu di Frontiers in Communication.

Salah satu kesulitan dalam memantau video anti vaksinasi adalah kontennya tidak selalu eksplisit, sehingga memungkinkan lolos dari moderasi.

“Kami membutuhkan moderator manusia,” kata Machado. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya