Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Serunya Permainan Tradisional!

Galih Agus Saputra
20/9/2020 01:20
Serunya Permainan Tradisional!
(MI/Seno)

SIAPA sih yang tidak suka bermain! Ya, bermain memang menyenangkan ya sobat Medi!

Namun, mungkin di antara sobat Medi hanya mengenal permainan digital, seperti gim atau permainan Barat, seperti kartu dan lego. Padahal, permainan tradisional Indonesia tidak kalah banyak dan seru lo! 

Apalagi, permainan tradisional juga sarat dengan unsur kreativitas dan melatih ketangkasan fisik. Beberapa permainan tradisional yang asyik ialah egrang, engklek, dakon, dan bermain gundu atau kelereng. 

Permainan tradisional ini memang kebanyakan butuh dilakukan di tempat luas, seperti di luar rumah dan dilakukan bersama
kawan. Dalam masa pandemi ini, tentunya sobat Medi harus tetap memakai masker dan menjaga jarak ya. Selain itu, lebih baik tidak dengan banyak orang.

Salah satu sobat Medi yang gemar bermain egrang ialah Nova Azzalia Putri. Murid SD Negeri Parakancanggah 1, Banjarnegara, Jawa Tengah, itu bahkan sudah mahir bermain egrang batok.

“Aku juga pernah mendapat hadiah karena menang lomba egrang batok,” kata siswa kelas 4 itu kepada Medi, Rabu (9/9).

Tak seperti egrang pada umumnya yang menggunakan bilah bambu atau kayu, sesuai namanya, ‘egrang batok’ terbuat dari bahan-bahan seperti tempurung kelapa dan tali. Nova yang selain bermain, juga hobi menulis ini tahu bagaimana cara membuatnya.

Kepada Medi, Nova berkata, sebelum bermain, pertama-tama yang harus disiapkan ialah tempurung kelapa. Tempurung kelapa utuh kemudian dibelah menjadi dua bagian dan pada ujungnya diberi tali yang terhubung satu sama lain. Cara bermainya cukup mudah karena temanteman cukup menggunakannya di kaki, sama seperti saat memakai sandal.

“Kita bisa mendapatkan tempurung kelapanya dari penjual parutan kelapa atau penjual arang. Jangan lupa, tali disesuaikan panjangnya dari kaki hingga setinggi dada. Pegang tali dengan kuat, lalu melangkah. Tali harus tetap kencang supaya kita tidak jatuh,” imbuh Nova yang juga belajar di TPQ Nurur Ridwan Parakancanggah.

Ada juga teman kita, Bintang Alvanor Belo’ Padang, yang hobi permainan tradisional. Banyak sekali permainan tradisional yang dimainkan siswa SD Favorit Batam ini, mulai petak umpet, lompat tali, termasuk yang konvensional, yakni bermain gundu atau kelereng.

Akan tetapi, Bintang bercerita kepada Medi kalau ia suka bermain engklek. Menurut teman kita yang hobi tidur dan ngemil ini, sebelum bermain engklek kita harus menggambar pola di tanah atau lantai terlebih dahulu.

“Polanya bermacam-macam, salah satunya disebut pola pesawat. Lalu, yang mendapat giliran bermain harus melemparkan batu ke dalam kotak dari jarak yang ditentukan. Setelah itu, pemain harus masuk ke kotak untuk mengambil batu yang dilempar sebelumnya, tapi hanya boleh menggunakan satu kaki dan kotak yang berisi batu tidak boleh diinjak-injak,” kata Bintang, yang saat ini duduk di bangku kelas 4 itu.

Menurut Bintang, bermain engklek dapat membuat badan kita menjadi sehat. Biasanya, ia memainkan permainan itu bersama temanteman di sore hari. Tempatnya pun bisa di mana saja sejauh memiliki sebidang tanah atau lantai yang bisa digunakan untuk menggambar pola. Kalau Bintang, katanya, lebih suka bermain di halaman gereja, sekolah, atau di rumah.


Bukan sekadar permainan

Menurut Pendiri Komunitas Tanoker, Ibu Farha Ciciek, permainan tradisional itu ternyata bukan sekadar permainan lo sobat Medi. Komunitas Tanoker, yang namanya berasal dari bahasa Madura yang berarti kepompong, didirikan untuk mengajak anak-anak desa berkegiatan positif, termasuk lewat bermain.

Komunitas ini didirikan Ibu Ciciek pada 2009 di desanya, yaitu Ledokombo, Jember, Jawa Timur. Di desa itu permainan tradisional menjadi salah satu penghibur teman-teman kita yang ditinggal orangtuanya bekerja ke luar daerah atau luar negeri.

Hal itu dikatakan Ibu Ciciek saat menjadi pembicara dalam bincang daring Permainan Tradisonal bukan hanya Kenangan. Acara itu diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI beberapa waktu silam dan ditayangkan secara langsung melalui kanal Youtube Budaya Saya.

Ibu Ciciek bercerita jika banyak anak-anak desa yang kerap bertandang ke rumahnya. Anak-anak desa banyak yang kesepian ditinggal orangtua mereka bekerja.

“Mereka tahu kalau orangtua mereka pergi mencari nafkah untuk mereka bisa sekolah dan segala macam. Lalu saat ditanya, jadi kalian ingin bagaimana, anak-anak menjawab mereka ingin bermain,” tutur Ibu Ciciek.

Akhir tahun lalu, Komunitas Tanoker juga sempat menghelat salah satu agenda tahunan, yakni Festival Egrang Ke10. Susunan kegiatan itu juga tak kalah seru lo sobat Medi. Ada kegiatan, seperti lomba pawai egrang beregu, balap egrang, kreasi gapura, lomba mural, inovasi produk lokal, dan ada juga yang sifatnya kekinian, yakni lomba hunting foto, selfie, dan video.

Ibu Ciciek juga bukan satusatunya pembicara kala itu. Ibu Sari Madjid dari Perhimpunan Layang-layang Indonesia turut menceritakan bagaimana layanglayang telah menjadi sesuatu yang amat berharga bagi warga Bali.

Menurut Ibu Sari, sejarah layangan ialah sejarah yang amat panjang. Saking panjangnya, ia membentang tinggi ke awan karena sejauh ini belum dapat dipastikan kapan layang-layang ditemukan. 

“Yang jelas, berbagai belahan dunia punya ragam dan bentuk masing-masing dari permainan tradisional yang disebut layang-layang,” katanya.

Saat ini, warga Bali juga memiliki salah satu perhelatan besar yang disebut Festival Layang-Layang. Bagi warga di sana, layang-layang bukan hanya permainan, karena menurut Ibu Sari, ia menjadi simbol ucapan syukur. 

Masyarakat di Bali biasanya akan menerbangkan layang-layang ketika musim panen telah tiba. Bahkan, saat ada festival, pesertanya bisa berasal dari ribuan banjar (wilayah) di Bali. Maka dari itu, Perhimpunan Layang-Layang Indonesia kini juga punya slogan bersama. Slogan itu bunyinya ialah one sky, one world, one earth, one family. (M-1)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya