Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Perpustakaan Warga di Semarang Raih Penghargaan Dunia

Abdillah Marzuqi
06/8/2020 15:05
Perpustakaan Warga di Semarang Raih Penghargaan Dunia
Perpustakaan warga Microlibrary Warak Kayu yang berlokasi di Semarang meraih penghargaan dari Architizer A+ Award 2020.(Dok. Architizer/ Microlibrary Warak Kayu)

SATU lagi karya anak bangsa mendunia. Perpustakaan warga Microlibrary Warak Kayu memenangi Popular Choice Award dari Architizer A+ Awards 2020 untuk kategori perpustakaan. 

Desain mikro-perpustakaan di Semarang itu merupakan karya dua arsitek Daliana Suryawinata dan Florian Heinzelmann. Keduanya tercatat sebagai pendiri sekaligus direktur SHAU, sebuah biro arsitektur yang berbasis di Bandung, Rotterdam (Belanda), dan Passau (Jerman).

Kemenangan dari ajang yang digelar oleh Architizer.com, salah satu situs arsitektur terbesar dunia, diumumkan Selasa, (4/8). Kepada Media Indonesia, Daliana mengungkapkan jika pendiri Architizer yang berbasis di New York, Amerika Serikat, Marc Kushner, menyampaikan berita kemenangan tersebut, lewat surel.

“Yang membuat kami bangga bukan kemenangannya, tapi dukungan masif dari teman-teman di Indonesia yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu dan jaringan diaspora di seluruh dunia yang telah memberikan suara (voting) untuk Microlibrary Warak Kayu. Maka ini adalah keberhasilan bersama milik Indonesia,” jelas Daliana dalam wawancara via surel.

Microlibrary Warak Kayu berdiri di Taman Kasmaran, Semarang, dengan desain seperti rumah panggung. Daliana menjelaskan konsep desain itu dipilih agar ruang bawah dari perpustakaan warga pertama yang menggunakan kayu di Semarang itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan multifungsi. 

Sementara desain fasad bangunan mengikuti bentuk wajik yang terinspirasi system konstruksi Zollinger dari Jerman. “Juga menyerupai sisik kulit Warak. Warak adalah hewan mitologi khas Semarang,” tambah Daliana.

Dengan konsep fasad berlapis itu pula menghasilkan fungsi filtrasi cahaya matahari sehingga panas tidak masuk ke dalam ruangan namun interiornya terang tanpa lampu di siang hari. “Penghawaan silang yang penting untuk mendinginkan interior bangunan tanpa AC, ada secondary layer untuk menghalangi hujan masuk,” jelasnya.

Soal dominasi elemen kayu, Daliana mengungkapkan jika desain itu menjadi contoh arsitektur tropis berkelanjutan yang menggunakan materi kayu bersertifikat SVLK (Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu) dan Forest Stewardship Council (FSC) yang memenuhi prinsip-prinsip hutan berkelanjutan.

Pendirian perpustakaan itu menghabiskan dana Rp1,2 miliar dari Arkatama Isvara Foundation, bersama PT Kayu Lapis Indonesia, hingga komunitas Harvey Center. Daliana pun mengungkapkan terima kasih kepada Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, yang terus-menerus mengunggah tentang perpustakaan itu di media sosial sehingga dikenal publik. 

Keikutsertaan di Achitizer A+ Award dijelaskan Daliana, berdasarkan undangan karena sebelumnya karya mereka pernah memenangi Architizer A+ award 2017. ”Kalaupun tidak diundang, peserta arsitek dapat mendaftarkan karyanya masing-masing melalui website Architizer. Setelah melalui proses seleksi ketat, kami terpilih menjadi 1 dari 5 finalis di kategori tersebut. Kemudian dibuka voting (pemungutan suara) selama 10 hari. Yang mendapat suara (vote) terbanyak akan memenangkan kategori tersebut dari segi popular choice (pilihan populer),” ungkapnya. (M-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik