Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
MESKI pandemi virus korona baru (covid-19) turut memengaruhi sektor pendidikan, hal itu tampaknya tak menjadi kendala bagi sejumlah mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, untuk meraih prestasi.
Beberapa waktu lalu, mereka menjadi juara di dua kompetisi gim simulasi bisnis dengan peserta dari berbagai negara. Adapun nama kompetisi itu ialah April Absurdity yang diselenggarakan Monsoonsim Australia. Kemudian yang kedua ialah Monsoonsim Indonesian League 2020.
Tim mahasiswa UII yang berkompetisi beranggotakan Akhlis Faris Mushaffa, Sukma Putri Yulia, Muhammad Faiq Jauhar, Ainun Jariyah, dan diketuai Adin Ihtisyamuddin. Lewat kompetisi ini, mereka mengaku mendapat segudang pengalaman mengelola bisnis di dunia profesional agar tidak hanya menghasilkan profit, tetapi juga menjaga peforma perusahaan selalu efektif dan efisien.
Dua punggawa tim, Ainun dan Adin, Selasa (30/6), sempat menceritakan pengalaman mereka kepada Muda. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan via telepon.
Apa itu kompetisi Monsoonsim?
Adin: Monsoonsim adalah gim simulasi bisnis. Jadi, di situ banyak sekali modul, mulai finance, produksi, warehouse, human resource atau SDM, kemudian business to business atau B2B, retail, dan sebagainya. Satu tim terdiri atas lima orang, setiap orang memegang modul masing-masing.
Ainun: Setiap gim penilaiannya juga berbeda-beda. Kami membuat strategi sesuai dengan penilaiannya. Kalau perusahaannya lebih bergerak di bidang manufaktur. Semua tim juga sama perusahaannya, jadi kita saling bersaing untuk memaksimalkan profit. Segi efisiensi dan efektivitasnya juga dinilai.
Kalian pegang modul apa?
Adin: Saya sebagai produksi atau warehouse. Tugasnya mengoptimalkan faktor-faktor produksi, seperti mesin dan modal untuk menghasilkan produk. Saya berusaha menjaga barang tetap ada untuk memenuhi kebutuhan retail dan B2B, terutama ketika retail akan menghadapi liburan.
Ainun: Saya di bidang pelayanan jasa. Jasanya kalau di Monsoon itu ada tiga, yaitu franchise, marketing, lalu teknik.
Selain itu?
Adin: Ada Faiq sebagai human resource. Dia berfokus pada kegiatan rekrutmen, pengelolaan, dan pengarahaan untuk orang-orang yang bekerja dalam perusahaan kami. Akhlis sebagai retail dan marketing. Dia menjual barang dari warehouse dengan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir.
Lalu, Putri sebagai B2B, menjual barang yang ada di warehouse, tapi diperuntukkan untuk perusahaan lain, bukan kepada konsumen.
Bagaimana perjalanan kalian hingga akhirnya bisa menjadi juara?
Adin: Itu berkat coach, juga fasilitas dari UII, yang membuat simulasisimulasi gim sehingga persiapan lebih matang. Jadi, dosen-dosen juga sudah merancang sedemikian rupa sehingga mahasiswanya siap menghadapi persaingan ini, termasuk di tingkat global.
Ainun: Kebetulan lombanya kemarin juga sudah masa pandemi, jadi kita jalani di rumah masing-masing secara daring. Selama jalannya lomba, kita utamakan kerja sama dan komunikasi. Setiap permainan, kita selalu komunikasi, paling tidak 2 jam sebelum pertandingan. Kita bahas strategi yang sesuai dengan penilaian. Seusai gim pun kita lakukan evaluasi bersama.
Bagaimana persiapan sebelum kompetisi?
Ainun: Sebelumnya kita sudah latihan selama dua bulan, rutin setiap hari. Itu sebelum pandemi. Setelah pandemi kita pulang ke kampung halaman masing-masing, lalu kita latihan secara virtual tiga kali seminggu. Kita berlatih strategi, lalu menjaga komunikasi agar kekompakan dalam tim tetap terjaga, terutama saling percaya, karena ada jobdesk masing-masing.
Pesertanya cukup banyak. Ada Malaysia, Thailand, kebanyakan dari Asia Tenggara, tapi ada juga dari Australia. Nanti Desember juga ada lagi turnamen di Australia dan kebetulan kemarin ada seleksi internal dan tim kami akan mewakili lagi.
Persiapannya bagaimana untuk Desember nanti?
Adin: Kita perbanyak evaluasi, berlatih, kemudian mencari solusi berbagai kesalahan kita kemarin. Untuk persiapan pribadi saya lebih banyak berdoa dan konsultasi strategi dengan coach. Saya juga membicarakan strategi dengan anggota tim lainnya apakah yang akan kita lakukan nanti sudah tepat atau tidak, karena masalah yang akan kita hadapi nanti akan dihadapi bersama.
Ainun: Nanti mungkin akan lebih menantang lagi karena akan ada 60 tim dari berbagai negara. Ini juga event tahunan terbesar yang diselenggarakan Monsoon, jadi pasti banyak negara yang berpartisipasi dan persaingannya akan lebih ketat. Namun, kami tetap optimistis menang dengan latihan dan evaluasi terus.
Melalui kompetisi seperti ini, pengalaman seperti apa yang kalian dapatkan?
Ainun: Saya belajar dalam menghadapi customer itu kita harus memberi treat sesuai keinginan customer. Selain itu, menurut saya penting sekali sih ini, terutama juga kaitannya dengan program studi akutansi. Kami ada mata kuliah wajib yang namanya enterprise resource planning (ERT).
Dari sini, kita belajar menjalani bisnis dengan sistem yang saling terintegrasi. Itu kita terapkan juga di Monsoon ketika kita mengurus perusahaan dengan berbagai departemen yang juga saling terintegrasi.
Ini jadi semacam bekal buat kita untuk menghadapi dunia modern seperti saat ini. Selain itu, kita juga bisa belajar beradaptasi, terutama di masa pandemi ini, saat teknologi menjadi penting untuk mengikuti perkembangan zaman.
Adin: Saya bisa belajar mengenai gambaran bisnis, ternyata menjalankan suatu bisnis itu tidak semudah yang kita lihat. Banyak sekali tantangannya, dinamikanya, mulai HRD, misalnya, staf issue, kemudian retail yang penjualannya direbut orang lain, lalu B2B yang penjualannya direbut perusahaan lain.
Jadi, sudah siap nih kalau diminta menjalani perusahaan sendiri?
Ainun: Tentu. Perusahaannya nanti seperti apa yang ingin didirikan, mungkin inginnya seperti di Monsoon kemarin, yang menyediakan apa saja, mulai produk, jasa, hingga retail.
Adin: Kalau saya, jika nanti punya perusahaan, ingin bisa seefisien dan seefektif mungkin. Tidak hanya mengerti bagaimana dinamika internal, tetapi juga eksternal. Seperti ini juga mengajarkan saya soal team work. Bagaimana berkomunikasi dengan tim, kemudian bagaimana memanajemen perusahaan, jadi tidak hanya baik komunikasinya di luar, tapi juga di dalam.
Kira-kira seperti apa tantangan yang akan ditemui, terlebih untuk anak muda seusia kalian ini?
Adin: Tantangan bagi anak muda itu terkait dengan bagaimana menjalin kerja sama dengan orang lain. Semakin baik kerja sama kita dengan orang lain, semakin baik juga kerja sama tim dan perusahaan. Kalau kerja sama sudah baik, perusahaan juga akan berjalan dengan baik dan efisien. (Gas/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved