Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Limbah Masker dan Sarung Tangan Saingi Ubur-Ubur di Côte d'Azur

Fathurrozak
11/6/2020 23:35
Limbah Masker dan Sarung Tangan Saingi Ubur-Ubur di Côte d'Azur
Penyelam dari Opération Mer Propre menemukan sampah masker, sarung tangan lateks, dan botol hand sanitizer, di area Côte d’Azur.(The Guardian/Operation Terre-Mer)

Konservasionis telah memperingatkan bahwa pandemi covid-19 dapat memicu lonjakan polusi laut, menambah limpahan limbah plastik yang sudah mengancam kehidupan laut. Pernyataan itu juga diperkuat penemuan masker sekali pakai mengambang seperti ubur-ubur dan sarung tangan lateks yang tergenang air tersebar di dasar laut.

Opération Mer Propre, organisasi nirlaba di Prancis, yang kegiatannya termasuk mengumpulkan sampah secara teratur di sepanjang Côte d'Azur, bagian dari pantai Mediterania Prancis sudah ‘membunyikan alarmnya’ sejak akhir bulan lalu.

Para penyelam dari Opération Mer Propre menemukan lusinan sarung tangan, masker, dan botol hand sanitizer di bawah laut Mediterania. Jumlah masker dan sarung tangan yang ditemukan memang belum terbilang luar biasa. Walakin, temuan itu menimbulkan kekhawatiran akan munculnya jenis polusi baru, yang diperkirakan juga akan ditemukan di banyak tempat setelah jutaan orang di seluruh dunia beralih ke plastik sekali pakai untuk memerangi virus corona. 

"Ini adalah gambaran polusi yang akan datang jika tidak kita tangani sekarang. Segera kita akan menghadapi risiko menemukan lebih banyak sampah masker daripada ubur-ubur di lautan Mediterania," tulis Joffrey Peltier dari Opération Mer Propre di media sosial yang juga menyertakan unggahan video penyelaman. Dalam video itu terlihat masker yang terbungkus rumput laut dan sarung tangan kotor di laut dekat Antibes, Prancis.

Opération Mer Propre berharap foto dan video yang mereka unggah akan mendorong orang untuk menggunakan masker yang dapat digunakan kembali dan mencuci tangan lebih sering ketimbang menggunakan sarung tangan lateks.

“Dengan semua alternatifnya, plastik bukan solusi untuk melindungi kita dari covid-19. Itu pesannya," lanjut Peltier.

Pada tahun-tahun menjelang pandemi, aktivis lingkungan telah memperingatkan ancaman yang ditimbulkan terhadap lautan dan kehidupan laut dengan meroketnya polusi plastik. Pada 2018, UNEP memperkirakan ada sebanyak 13 juta ton plastik masuk ke lautan setiap tahun. Di laut Mediterania sendiri, ada 570 ribu ton aliran plastik setiap tahun - jumlah yang menurut WWF sama dengan membuang 33.800 botol plastik setiap menit ke laut.

Awal tahun ini, OceansAsia yang berbasis di Hong Kong juga menyuarakan keprihatinan yang sama. Setelah survei pada serpihan sampah laut di Kepulauan Soko yang tidak berpenghuni di kota itu, ditemukan  lusinan masker sekali pakai.

"Di pantai yang panjangnya sekitar 100 meter, kami menemukan sekitar 70. Satu minggu kemudian, 30 makser lainnya telah hilang. Dan itu di pulau tak berpenghuni, jauh dari mana-mana," kata Gary Stokes dari OceansAsia.

Karena penasaran melihat sejauh mana perjalanan masker-masker itu, ia mulai memeriksa pantai-pantai terdekat lainnya. 

"Kami menemukan mereka di mana-mana. Sejak masyarakat mulai memakai masker, penyebab dan efeknya terlihat di pantai. Ini hanyalah benda lain dari sampah laut. Ini tidak lebih baik, juga tidak lebih buruk, hanya barang lain yang kita tinggalkan sebagai warisan bagi generasi berikutnya." katanya, yang menyamakan masker dengan kantong plastik atau sedotan yang sering tersapu di garis pantai yang lebih terpencil di kota. 

Dengan semakin meningkatnya limbah masker yang mengambang di lautan, bisa saja lumba-lumba di wilayah itu keliru mengira masker sebagai makanan mereka. (The Guardian/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik