Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
Penemuan pasangan baru ini meningkatkan harapan bagi kelangsungan hidup primata paling langka di dunia, Hainan Gibbon.
Dirusak oleh penggundulan hutan dan perburuan liar, owa Hainan Gibbon sekarang hanya hidup di sepetak hutan di pulau Hainan, Tiongkok. Pada 1950-an, diperkirakan ada 2.000 yang tersisa di dunia, tetapi jumlahnya turun menjadi kurang dari 10 pada 1970-an.
Sensus terakhir menunjukkan bahwa jumlahnya meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari 30 owa, hidup dalam lima kelompok keluarga yang terpisah.
Adapun temuan terbaru ini didapat setelah sekian dekade dijalankannya Proyek Konservasi Gibbon Hainan oleh Perkebunan Kadoorie dan Kebun Botani (KFBG) di Hong Kong.
"Saya tidak bisa membayangkan betapa sedihnya jika hutan hujan Hainan kehilangan hewan yang indah ini dan lagunya yang indah," kata Philip Lo, petugas konservasi senior.
Owa dikenal karena kemampuan akrobatiknya untuk berayun dengan anggun melalui kanopi hutan, membuat panggilan yang keras dan menghantui untuk menandai wilayah mereka. Owa dewasa yang tengah berkembang biak bernyanyi duet saat fajar untuk meningkatkan ikatan.
Penduduk desa mendengar panggilan dua owa yang tinggal di bagian hutan jauh dari populasi utama akhir tahun lalu.
Seekor owa jantan dan betina kemudian terlihat, dan mendengar bernyanyi bersama, menunjukkan bahwa mereka telah membentuk ikatan yang stabil.
Owa membentuk kelompok keluarga yang terdiri dari satu laki-laki, dua perempuan dan anak-anak mereka. Penemuan pasangan perkembangbiakan kelima di bagian hutan yang terpisah dipandang sangat penting.
Philip Lo mengatakan spesies itu tetap menjadi primata paling langka di dunia, tetapi ada harapan mereka bisa mengatasi risiko kepunahan dan pulih dengan mantap. Dia menggambarkan kesuksesan itu sebagai "berita baik yang dapat menghibur rekan-rekan konservasi lainnya yang berdedikasi".
Upaya konservasi telah berlangsung di Cagar Alam Nasional Hainan Bawangling sejak 2003, ketika sensus penuh pertama hanya menemukan 13 individu yang hidup dalam dua kelompok.
Sebuah program penyelamatan yang komprehensif dilakukan, termasuk patroli dan pemantauan, penelitian tentang ekologi dan perilaku kera, dan penanaman ribuan pohon untuk menyediakan makanan dan tempat tinggal.
Tiongkok baru-baru ini kehilangan dua spesies owa, dan yang tersisa, termasuk Hainan Gibbon (Nomascus hainanus), diklasifikasikan sebagai Sangat Terancam Punah oleh Uni Internasional untuk Konservasi Alam.
Hampir 20 spesies owa ada di seluruh dunia, dari India timur laut hingga Kalimantan. Sebagian besar berada di bawah ancaman kerusakan hutan, perburuan dan perdagangan ilegal. (BBC/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved