Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Karakter animasi asal Malaysia, Upin & Ipin saat ini menjadi salah satu favorit dan idola anak-anak di Indonesia. Masuk ke Indonesia sejak 2010, Upin & Ipin punya cerita panjang sebelum jadi idola anak-anak.
Burhanuddin Radzi dan Ainon Ariff merupakan dua orang di balik terciptanya karakter Upin & Ipin beserta semesta Kampung Durian Runtuh. Saat itu, Burhanuddin yang awalnya berkarier di sektor perminyakan, banting setir ke dunia kreatif.
Burhanuddin yang mengenyam pendidikan di ITB itu semula bekerja di perusahaan minyak di negaranya. Selama 10 tahun, ia menjadi kontraktor. Kemudian ia memutuskan berhenti dan secara tidak sengaja menyelami industri kreatif.
"Saat itu sebenarnya ingin bikin film. Tapi sepertinya belum bisa. Lalu pada 2005 itu, pemerintah sedang push animasi. Untuk menyokong ekonomi. Saya masuk ke bidang itu. Nama Les' Copaque sendiri diambil dari permainan kartu. Di Malaysia itu, kalau kita mau menang, ada istilah last kopek, tarikan terakhir, saat mau menang. Jadi saya bilang ke anak-anak. Ini saya berikan kesempatan. Dan harus menang. Kemudian kalau ingin global, namanya juga harus internasional, jadilah Les' Copaque, ala bahasa Prancis," cerita Burhanuddin saat konferensi pers menjelang pentas teater musikal Upin & Ipin Pin Pin Pom di Indonesia, Kamis, (12/3).
Perwujudan karakter Upin & Ipin yang botak tanpa rambut itu pun sebenarnya karena alasan keterbatasan teknis. Namun, karakter keduanya tetap dipertahankan hingga sekarang dan menjadi tokoh yang ikonik.
"Kenapa enggak ada rambut? Waktu itu kita memutuskan kasih botak aja karena lebih murah (bujetnya). Upin dan Ipin. Awalnya U dan I terus kita cari-cari yang pas, dari 'pan pin pun', jadilah nama Upin, Ipin," lanjut Burhanuddin.
Sementara itu, karakter-karakter dalam cerita Upin & Ipin juga memiliki representasi untuk mencontohkan kebaikan bagi anak-anak. Seperti Opa yang selalu memberi nasihat. Upin dan Ipin yang memberikan contoh perbuatan baik, serta Mail, yang selalu terlihat menjual barang-barang, dimaksudkan untuk mengajarkan anak-anak mengenai kegigihan berwirausaha.
Pada serial awal yang tayang pada 2007, berjumlah enam episode yang bermula dari cerita Ainon Ariff. Tentang si kembar yang belajar puasa. Setelahnya, berkembang menjadi 12 episode. Latar belakang karakter yang menceritakan bahwa Upin dan Ipin anak yatim piatu dan diasuh nenek serta kakaknya, ialah juga disebabkan keterbatasan waktu pengerjaan pada saat itu.
"Kalau di cerita kan Upin Ipin tidak punya bapak dan ibu. Ini sebenarnya awalnya ketika kami membuat enam episode untuk edisi tayangan puasa saat itu. Kemudian di episode terakhir, dua minggu lagi lebaran. Ini sudah mau lebaran, belum muncul orangtua mereka. Sementara untuk bikin satu karakter bisa dua mingguan. Jadi waktu saya sembari tulis cerita di komputer akhirnya dibuat cerita pada pagi hari lebaran, Upin Ipin, bersama dengan Opa, dan Kak Rose pergi ke pusara," kenang pengisi suara Atok Dalang itu. (M-2)
BACA JUGA: Teater Musikal Upin & Ipin Bakal Mampir di Indonesia
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved