Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Warna Pakaian Ternyata Mempengaruhi Perilaku Satwa Liar

Galih Agus Saputra
23/1/2020 19:30
Warna Pakaian Ternyata Mempengaruhi Perilaku Satwa Liar
Warna busana secara tidak sengaja dapat mempengaruhi perilaku dan kenyamanan hidup satwa liar.(Unsplash/ Marco Secchi)

APAKAH anda orang yang gemar berwisata atau barang kali gemar mengunjungi tempat dengan nuansa alam nan asri? Mulai saat ini, anda mungkin perlu memikirkan warna busana yang anda pilih saat mengunjungi tempat-tempat tersebut. Sebab penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh Ilmuwan Biologi, Binghamton University, Lindsey Swierk menunjukan bahwa warna busana secara tidak sengaja dapat mempengaruhi perilaku dan kenyamanan hidup satwa liar.

Penelitian yang dilakukan oleh Swierk pada dasarnya memang ditunjukan untuk meninjau ekowisata. Ia dan timnya menguji hipotesisnya di sebuah kawasan di Kosta Rika atau lebih tepatnya pada kadal air bernama Anolis Aquaticus (Anoles Air).

"Saya telah mempelajari kawasan berair kurang lebih selama lima tahun hingga saat ini, dan saya kadang-kadang masih kerap terkejut dengan sejarah maupun perilaku alami mereka yang unik. Salah satu alasan saya memilih obyek penelitian saya adalah Anoles Air, karena pada dasarnya mereka jarang bertemu (menghindari -red) keberadaan manusia selama hidupnya sehingga perilakunya pun tidak terlalu bias dengan apa yang dilakukan manusia,” tutur Swierk, sebagaimana dilansir Sciendaily.

Seluruh data yang diperoleh Swierk dan tim di lapangan lantas diolah di Pusat Biologi, Las Cruces, Kosta Rika. Selama proses pengumpulan data, mereka mengunjungi tiga sungai yang berbeda dan menggunakan tiga kemeja berwarna berbeda pula yaitu oranye, hijau, dan biru.

Perbedaan warna kemeja itu dipilih dengan harapan dapat memicu sikap atau perilaku yang berbeda pula dari Anoles Air. Warna oranye dipilih karena Anoles Air memiliki sinyal seksual pada warna tersebut. Biru dipilih sebagai kontras, karena tubuh Anoles Air tidak memiliki warna biru. Sementara hijau, dipilih karena ia mirip dengan tampilan hutan tropis di sekitaran lokasi penelitian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemeja oranye dapat memancing lebih banyak Anoles Air keluar dari sarang dan menampakan wujudnya. Persentasenya selalu meningkat dalam setiap jam dan Swierk mengaku terkejut dengan fenomena tersebut. Dalam kesimpulannya, Swierk mengatakan bahwa sangat mungkin manusia selama ini belum cukup memahami bagaimana satwa liar memandang dunia.

“Kita, baik peneliti maupun ekowisatawan, perlu mengetahui bahwa rupanya ada kemungkinan yang cukup besar terkait bagaimana cara satwa dan manusia dalam memandang dunia. Satwa memiliki 'lensa’-nya sendiri berdasarkan sejarah evolusi unik yang mereka miliki. Apa yang selama ini kita bayangkan tidak mengancam keberadaannya, bisa jadi justru menakutkan bagi mereka. Begitu juga sebaliknya,” imbuh Swierk.

Swierk selanjutnya berharap bahwa hasil penelitian ini dapat dimengerti oleh para ekowisatan saat berkunjung ke daerah wisata alam. Selain itu, dia juga berharap agar penelitian ini selalu dapat berkembang, sebelum akhirnya diterapkan pada satwa lain yang kemampuan persepsi warnanya kurang baik, seperti mamalia. Dalam penelitian ini sendiri, Swierk berkolaborasi dengan Anggota Departemen Biologi, California State University, Breanna J. Putman, dan Sarjana Departemen Ekologi, Evolusi,dan Biologi Organisme, Universitas Iowa, Andrea Fondren. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya