Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Sensasi Pedas Kebas Sichuan

Bagus Pradana
05/1/2020 01:40
Sensasi Pedas Kebas Sichuan
Pengunjung bisa memilih aneka bahan baku yang ingin diolah dengan dua cara, mala xiang guo atau mala tang, di Mala Street, Gading Serpong.(MI/SUSANTO)

BAGI pencinta kuliner, pernahkah menyantap makanan yang menghadirkan sensasi rasa kebas atau kesemutan pada lidah? Sensasi ini memang belum terlalu dikenal di Indonesia, tetapi di Tiongkok sensasi ini muncul saat bersantap hidangan yang didominasi rasa pedas.

Nah, sensasi ini bisa didapatkan saat berkunjung ke Mala Street di kawasan Ga­ding Serpong, Tangerang. Restoran Tionghoa ini menyediakan menu Sichuan yang menghadirkan sensasi itu.

Mengusung konsep choose your own bowl, pelanggan diberikan mangkuk besar untuk memilih beragam jenis sayur dan bahan masakan lain yang akan diolah dengan bumbu mala yang menjadi kunci hidangan Sichuan. Setelah itu, semua bahan ditimbang dan dihargai Rp220/gram. Lalu, pelanggan bisa memilih tingkat kepedasan dan kekebasan yang diinginkan, tidak lupa jenis karbohidrat yang dipilih dengan harga terpisah. Jenis karbohidrat yang tersedia, seperti kwetiau, bakmi, nasi, mi, atau Samyang.

Bagi sebagian orang akan bingung apa itu bumbu mala? Bumbu mala merupakan olahan biji mala alias lada Sichuan yang populer di Tiongkok untuk masakan tumis hingga kuah. Uniknya, lada ini bila digigit akan menimbulkan efek kebas atau ke­semutan di lidah.

“Mala Street ini sebenarnya menyajikan masakan khas Sichuan dengan konsep tumis dan kuah. Masakan Sichuan ini identik dengan bumbu mala, yang memiliki after taste sensasi kebas di lidah, aneka rasa nanti akan bercampur di lidah saat pelanggan merasakan sensasi kebas ini terjadi. Nah, sensasi rasa kebas inilah yang pengin kita tawarkan ke pelanggan kita,” jelas pemilik Mala Street Cester Lau kepada Media Indonesia saat ditemui Senin (23/12).

Ada dua cara penyajian makanan di sini, yakni mala xiang guo (ditumis) dan mala tang (kuah mala). Bila Anda memilih mala xiang guo, chef akan langsung menumis sayuran pesanan Anda dengan bumbu mala dengan stir fry (wajan) panas, sedangkan untuk mala tang, chef akan memasukkan sayuran dalam sup yang sudah dicampur bumbu mala dan disajikan ke hot pot.

Berdasarkan rekomenasi Cester Lau, Media Indonesia mencicipi tiga hidangan khas restoran ini. Hidangan pertama yang disajikan ialah bakmi lebar kuah mala (mala tang). Saat disajikan, aroma kapulaga langsung tercium dan warna kuahnya tidak terlalu merah. Cester menyebut level pedas bakmi ini sebagai ‘Pedas Kucing’ alias tidak pedas.

Dalam hot pot yang disajikan tidak hanya mi lebar, tetapi juga jamur, bakso, sawi, dan batang lotus dalam kuah merah yang harum. Sepintas rasanya mirip kwetiau, gurih, dan rempahnya sangat terasa. Apalagi dipadukan dengan lotus yang bagus untuk stamina. Rasa kuahnya pun tidak terlalu pedas.

Hidangan kedua ada tumis samyang mala. Aneka ragam sayur, jamur, dan bakso menjadi topping dari hidangan yang digabungkan dengan mi Samyang dan bumbu mala berwarna merah. Disajikan dalam wajan panah, hidangan ini pas bagi penikmat kuliner ekstrem dengan tingkat pedas naga (sangat pedas). Tidak hanya pedas, sensasi kebas pun terasa saat disantap.

Terakhir, ada nasi gila mala. Hidangan ini merupakan tumisan sayur sawi, jamur, dan lotus dengan bumbu mala yang dihidangkan di atas nasi putih panas. Tingkat kepedasannya pun pedas macan yang bisa membangkitkan nafsu makan bagi penikmat kuliner pedas.

Penyajian

Penyajian hidangan di sini terbilang unik. Pasalnya disajikan menggunakan wajan dan panci. Kesan itu sengaja dipilih Cester karena ia ingin membangun nuansa kekeluargaan saat bersantap bersama.

“Terkait dengan panci dan wajan yang kami pakai untuk tempat penyajian itu sebenarnya iseng-iseng kami aja sih, kami ingin terlihat berbeda saja karena kalau piring kan sudah mainstream.Selain itu banyak hidangan Sichuan juga disajikan dengan cara penyajian yang sama, disantap langsung secara bersama-sama dari hot pot (panci) saat matang. Kami ingin karakter itu menjadi identitas kami,” terang Cester.

“Jadi kita tidak jual makanan per porsi, kita jualnya kiloan, pelanggan harus menimbang menu yang mereka pesan terlebih dahulu sebelum dimasak. Tapi belakangan kita berinovasi karena ada aja pelanggan yang maunya cepet, misalnya ibu-ibu yang mau jemput anak atau untuk pesanan ojek daring, akhirnya kita sediakan menu pa­ketan,” tambahnya.

Jangan khawatir tentang kesegaran. Cester menjamin semua makanan yang digunakan restorannya segar dan halal. Cester berharap melalui restorannya, ia bisa memperkenalkan khazanah rasa baru yang masih jarang di Indonesia dan masakan Sichuan diterima banyak kalangan.

“Meski yang kami jual adalah Chinese food, tapi saya jamin seluruh bahan makanan yang ada di Mala Street ini halal. Kami tidak menggunakan daging babi atau minyak babi. Karena kami ingin lebih memperkenalkan kepada masyarakat Indonesia kenikmatan menyantap sajian-sajian ala Sichuan, yang tidak kalah dari shabu-shabu Jepang dan jeongol Korea,” pungkas Cester. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya