Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Tanpa Listrik dan Air

Abdillah M Marzuqi
28/9/2019 13:45
Tanpa Listrik dan Air
Amalia Usmaianti(MI/PIUS ERLANGGA)

BEBERAPA waktu lalu, ada foto dan video yang diunggah seorang dokter di media sosial yang kemudian viral. Video dan foto itu jadi pembicaraan. Cerita itu mencerminkan sedikit peristiwa di balik pengabdian dokter Amalia Usmaianti yang sedang melakukan perjalanan melakukan pengobatan di Boven Digoel, Papua.

Dokter Amel bersama 6 rekannya memang sedang ditugaskan ke daerah dalam rangka Program Nusantara Sehat yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan. Medan yang sulit dan fasilitas yang seadanya itulah yang dihadapi Dokter Amel dan tim sehari-hari. Selama 2 tahun sejak Mei 2017, Amel bertugas di Puskesmas Ninati sebagai dokter umum. Ia memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi warga. Setiap bulan, Amel dan tim keliling ke lima kampung.

Amel bercerita awalnya ikut Program Nusantara Sehat. Ia mendapat tugas untuk mengabdi di pedalaman Papua. Ia tiba malam hari saat pertama datang ke lokasi tugas, ia kaget dengan medan yang dihadapi, tanpa listrik, tanpa air. “Jadi enggak ada penerangan sebenarnya di sana. Kemudian air enggak ada. Jadi saya enggak mandi pas sampai sana,” terangnya.

Melihat kondisi itu, Amel tebersit keinginan untuk pulang. Namun, niat awal yang membuatnya tetap bertahan. Ia ingin menjadi seorang dokter spesialis. Ia berpikir, mungkin itu proses dan jalan yang harus dilalui. “Pengin pulang, Tapi niat awal saya kan di mana pun jalanin saja. Karena sebenarnya niat ingin ikhtiar saja. Mungkin saya spesialis jalannya dari sini atau mungkin dapatnya yang lain,” terang Amel.

Ia lalu membiasakan diri dengan cara hidup setempat. Ia berkenalan dengan aparat-aparat kampung, ikut ke sungai bersama masyarakat hingga mandi di sungai. Ia pun beradaptasi dengan tukar-menukar barang sebagai ganti sistem jual-beli. Amel juga mendapati banyak pengalaman tak terduga sebagai petugas medis. Saat baru bertugas, Amel menolong kelahiran bayi saat tengah malam, hanya dengan modal senter. Ia juga tidak diperkenankan masyarakat untuk memotong tali pusar dengan gunting. Sebagai gantinya ia harus memotongnya dengan tombak.

“Jadi saya cari klem-nya, saya cari imunisasi untuk bayi lahir. Itu hanya bermodalkan lampu kepala yang pakai senter. Itu pun saya enggak dikasih potong pakai gunting. Jadi adat mereka, mereka harus potong pakai tombak,” kenangnya. (Zuq/M-4)


 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya