Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SEKELOMPOK dalang cilik usia sekolah dasar (SD) tampak semangat bercerita perang antara kelompok anak dan para monster sampah. Di hadapan teman sebayanya di SD Negeri 47 Ampenan Kota Mataram, Lombok, mereka memainkan wayang yang unik.
Unik karena wayang yang digunakan bukan terbuat dari kulit, melainkan dari botol-botol berisikan potongan sampah plastik yang dihias menjadi boneka.
Menarik ya sobat. Ternyata dalang cilik itu dari sekolah Pedalang Wayang Desa Sasak yang didirikan Abdul Latief Apriaman dan istrinya, pada 2015. Pak Abdul merasa miris dengan berkurangnya ruang komunikasi dan ekspresi anak, orangtua, serta lingkungan. Apalagi, kehadiran gawai yang membuat anak-anak lebih individualis.
Pak Abdul pun mulai mengumpulkan dan melatih anak-anak mendalang di belakang rumahnya lo Sobat. Ia pun meminta bantuan para dalang setempat mengajar.
“Alasan didirikannya karena jumlah dalang di Lombok tercatat 50 orang, yang aktif tidak lebih dari separuhnya,” cerita Pak Abdul selaku Ketua Yayasan pedalangan Wayang Sasak, saat ditemui di sela-sela Save Our Paper & Plastic yang digagas Smart Center KFC Indonesia, Divers Clean Action, dan 1.000 guru, pertengahan Agustus lalu.
Di samping itu, Pak Abdul ingin ada regenerasi dalang sehingga wayang sasak tetap eksis. Ternyata langkah Pak Abdul bersambut, kini sekolahnya semakin ramai dengan teman-teman dari Sanggar Alam Semesta yang berlatih secara gratis setiap Jumat dan Minggu. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved