Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
SEPAK bola bukan sekadar olahraga yang menyehatkan bagi Yabes Roni Malaifani, pemain sepak bola profesional asal Alor, Nusa Tenggara Timur. Baginya, ada kisah dan nilai perjuangan hidup tentang integritas, prinsip baik, kuat, dan nilai kemanusiaan yang terkandung di dalamnya.
Yabes, begitu panggilannya, seakan tak pernah menyangka akan memperkuat pertahanan sepak bola bersama salah satu idolanya, Irfan Bachdim, di Bali United setelah sebelumnya ia selalu menyaksikan pemain keturunan Belanda ini sering dilihatnya di televisi.
“Nonton Piala AFF 2010, saya melihat beberapa pemain bola Indonesia melawan Malaysia, salah satunya ada Irfan Bachdim. Saat itu saya ingin seperti mereka karena bisa keluar di televisi, bawa nama negara, pakai lambang garuda,” ungkap Yabes.
Hal ini juga yang menginspirasinya untuk terus berkomitmen berkarier dalam dunia olahraga sepak bola meski dirinya menghadapi banyak tantangan. Ia ditinggalkan ayahnya meninggal saat umur 10 tahun, dan harus membantu ibunya untuk menanggung perekonomian keluarga. “Kami hidup dari dana pensiun ayah Rp300 ribu sebulan dengan 7 orang tanggungan bersama sepupu yang tinggal bersama,” ungkapnya. Ia juga menjelaskan uang segitu hanya mampu membeli beras dalam sebulan. Meski begitu, hobinya bermain bola tak pernah lepas, bahkan ia yakin kariernya berada di jalur sepak bola.
Yabes kecil harus menempuh perjalanan selama 2 jam perjalanan dari tempat tinggalnya di Moru ke Kalabahi untuk berlatih. Hingga pada 2012 bakat Yabes ditemukan pelatih U-19 saat itu, Indra Sjafri yang tengah melakukan pencarian bakat ke pelosok Indonesia.
“Tahun 2012 saya blusukan ke Kupang, Nusa Tenggara Timur. Saat itu saya menemukan pemain yang memiliki talenta. Kami melakukan seleksi umum dan kita dapat empat pemain yang berkualitas, salah satunya Yabes,” kata Indra Sjafri. Skill, kemampuan taktikal, fisik, dan mentalitas Yabes terus ditingkatkan Indra.
Pemain profesional
Ia kemudian terpilih menjadi pemain timnas U-19, saat itu Yabes dan kawan-kawan berhasil mencetak sejarah dengan merebut gelar juara dalam ajang AFF pada 2013 yang berlangsung di Sidoarjo, Jawa Timur. Atas kemenangannya itu Yabes bisa melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.
Kini ia menjadi pemain profesional yang memperkuat tim Bali United dengan menempati posisi sayap yang mampu bertahan maupun menyerang lawan dengan baik. Pada 2013, Yabes bahkan dinobatkan sebagai duta sepak bola Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ia membuktikan dengan ketekunan dan kerja keras dapat mewujudkan impiannya menjadi timnas, dan kini ia dapat membantu ekonomi keluarganya dengan membuatkan toko agar ibunya bisa berjualan dan mendapatkan uang tanpa pergi ke hutan untuk menyambung hidup. Ia bahkan mampu membiayai sekolah adiknya.
“Sekarang di kampung, saya mengajak guru olahraga untuk membina anak-anak usia 6-12 tahun untuk bermain bola. Suatu saat kalau saya tidak main bola, ada penerus yang bisa gantiin saya,” tutup Yabes. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved