Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
ALUNAN Indonesia Raya oleh Jakarta Concert Orchestra berkumandang di Ciputra Artpreneur, Ciputra World Jakarta, Minggu (25/4) petang. Lagu kebangsaan tersebut menjadi pembuka dari Konser seri Simfoni untuk Bangsa (SUB) 2019 yang kali ini mengangkat tema Mengenang 60 tahun Elfa Secioria.
Elfa's Overture menjadi lagu berikutnya, kemudian medley Kampuang Nan Jauh Di Mato, dan Tokecang yang dibawakan oleh The Resonanz Children’s Choir-Serunai. Setelah itu, Batavia Madrigal Singers unjuk suara denan membawakan Pelangi karya Kapten Fransiskus Asisi, Warsono.
Lewat lagu karya pimpinan Orkes Simfoni Angkatan Darat Bandung itulah penonton diajak memahami awal mulanya karier Elfa yang ternyata pernah menjadi murid Warsono di Yayasan Musik Bandung.
Setelah itu, lagu-lagu yang membawa pria kelahiran Garut berdarah Sunda-Minang itu meraih penghargaan internasional ditampilkan oleh muridnya, yakni Farman Purnama dan Andrea Miranda. Di antaranya, Detik Tak Bertepi yang menjadi lagu terbaik sekaligus the Best Arranger di ASEAN Song Festival di Bangkok, Thailand pada 1982, dan Festival di Manila, Filipina 1984. Kemudian lagu Kugapai Hari Esok yang menjadi terbaik dalam Golden Kite Festival di Malaysia pada 1984 ditampilkan dengan apik oleh Alexandra J, Bimo Mahardika, Dorothy Averina, dan Gettrudisa S. Dae.
Lagu Kusadari, Ada Kamu, dan Selamat Datang Cinta berhasil membawa para penonton yang hadir bernostalgia dengan lagu-lagu keren di era 1980-an. Bukan itu saja, karya Elfa bagi anak-anak lewat lagu-lagu yang dibawakan Sherina pun dibawakan dengan ceria oleh paduan suara anak-anak The Resonanz Children,s Choir. Misalnya, Pelangi, Lihatlah Lebih Dekat, Bintang-Bintang, dan Balon Udara.
Tidak lupa pula dalam SUB kali ini, ditampilkan pula lagu-lagu daerah, seperti Sigulempong, Kangkung Bandung, dan Goro-Gorone,serta Rampak Melayu.
Di sela konser diberi juga penghargaan kepada Warsono yang turut berjasa dalam karier Elfa, dan Vera Sylvina, istri Elfa. Lebih lanjut, Konser pun ditutup dengan lagu Pesta.
Pahlawan
“Bagi kami, Elfa Secioria atau biasa kami sapa Bang Elfa, adalah salah satu pahlawan yang telah banyak berjasa dalam perkembangan musik pop dan jazz di Indonesia. Tidak hanya mencipta dan mengaransemen musik yang indah, dedikasi beliau dalam bidang pendidikan musik di Indonesia sangat tinggi sehingga menghasilkan musisi dan penyanyi yang berprestasi,” ujar Avip Priatna, Direktur Musik The Resonanz Music Studio dalam kesempatan tersebut.
SUB merupakan konser rutin yang diselenggarakan The Resonanz Music Studio sejak 2010 dan didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation.
“Melalui konser seri Simfoni Untuk Bangsa, The Resonanz Music Studio senantiasa mempersembahkan sebuah pertunjukan yang mencerminkan rasa cinta Indonesia dengan membawakan lagu karya anak bangsa,” jelas Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Setelah mengangkat tema seperti lagu perjuangan Indonesia, soundtrack film dari masa ke masa, lagu dolanan anak-anak Indonesia, hingga memperingati komponis besar Indonesia seperti mendiang Ismail Marzuki dan Mochtar Embut, kali ini SUB hadir untuk memberikan penghargaan bagi almarhum Elfa Secioria yang telah memberikan kontribusi besar untuk perkembangan musik Indonesia.
“Bersama Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singer, The Resonanz Children’s Choir serta Farman Purnama dan Andrea Miranda, seri konser ke-10 ini menjadi salah satu persembahan yang selalu ditunggu-tunggu oleh pecinta musik Indonesia,” tambah Renitasari.
Sementara itu, musikus dan komponis Purwacaraka yang juga teman band Elfa kala di Bandung mengatakan konser mengenang Elfa ini sungguh membuatnya terharu dan harus diapresiasi. “Saya dekat dengan Elfa, kan adik kelas dia waktu di SMAN 3 Bandung. Kita pernah satu grup. Mulai dari main malam mingguan, ngiringin dansa ya zaman dulu lah. Saya juga pernah jadi murid Pak Warsono sebentar di Yayasan Musik Bandung. Jadi saya pahamlah. Acara hari ini mengharukan saya," ujar Purwacara di sela jeda konser.
Ia menambahkan, "Luar biasa, konser ini menampilan dari awalnya Elfa dari siapa, tidak tiba-tiba menampilkan dia jadi siapa.”
Menurutnya, menyebut Elfa sebagai pahlawan musik itu luar biasa. Perjuangan lewat musik, ujarnya, juga juga harus diberi tempat, bukan cuma berjuang angkat senjata. “Saya ingat waktu almarhum Pak Daeng yang menemukan angklung akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bandung agak susah. Dia tidak dianggap pahlawan. Padahal yang menciptakan devisa di Bandung sekarang dia lewat sawung angklungnya. Saya berharap akan banyak lagi pahlawan seni lainnya,” pungkas Purwacaraka. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved