Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Semangat Belajar Anak Pulau

MI
04/8/2019 00:40
Semangat Belajar Anak Pulau
Semangat belajar anak pulau(MI/ABDILLAH)

MATAHARI masih belum sepenuhnya berada di atas kepala. Hawa panas sudah terasa. Maklumlah hawa kepulauan akrab dengan panas menyengat. 

Kondisi panas itu ternyata tidak menyurutkan anak-anak SDN 2 Kiabu Kepulauan Anambas ber­aktivitas di luar ruangan.

Mereka berkumpul di halaman sekolah. Di depan teras ruang kelas yang lebih teduh, mereka duduk berkerumun menghadap dua mentor yang telah hadir. Mereka telah siap. It’s english time.

Belajar bahasa inggris bukan se­suatu yang istimewa bagi masyarakat perkotaan. Hampir di setiap sekolah ada guru bahasa Inggris dan banyak lembaga kursus. Sobat Medi tidak perlu binggung untuk belajar bahasa yang dipakai di seluruh dunia itu.

Sayangnya, Sobat Medi di kepulauan kesulitan belajar bahasa Inggris karena tidak ada gurunya. Beruntung, kakak-kakak dari Bawah Anambas Foundation (BAF) dan edutech Cakap hadir untuk membantu Sobat Medi di Pulau Kiabu, Kepulauan Anambas. Anak-anak di Pulau Kiabu bisa menikmati belajar bahasa inggris dalam program bertajuk A Glimmer of Hope for Anambas. Pembelajaran itu diselenggarakan secara daring (online) dan luring (offline).

“Selain Digital English Class yang terbatas hanya untuk 20 orang, kita dan juga teman-teman akhirnya mengajarkan secara lu­ring,” terang Pro­gramme Manager Bawah Anambas Foundation Asri Aldila Putri saat ditemui di Pulau Kiabu, akhir Juni lalu.

Asri menerangkan program itu bermula dari keinginan masyarakat Anambas agar anak-anak mendapat pelajaran bahasa Inggris. “Awalnya Offline English Class karena Bawah Anambas foundation datang ke desa-desa secara berkala. Lalu, adanya keinginan dari masyarakat untuk belajar bahasa Inggris, terutama dari anak-anak,” ujar Asri.

Sejak 2018, kolaborasi antara Cakap dan Bawah Anambas Foundation untuk program corporate social responsibility (CSR) ialah menyediakan layanan belajar secara daring untuk anak-anak di Pulau Kiabu, Kepulauan Anambas. 


Peraga

Kelas daring memang dibatasi untuk siswa SMP karena keterbatasan infrastruktur jaringan internet dan perlengkapan elektronik, sedangkan kelas luring menggunakan alat peraga, seperti kumpulan foto di karton tebal dengan tulisan bahasa Inggris. 

“Yang kita lakukan tentunya berbeda dengan materi digital. Digital lebih seperti akademis, ada modul-modulnya yang tertata. Kalau di offline class kami lebih ke permainan, kemudian vocabulary, membuat kalimat dan sebagainya,” ujar Asri.

Kelas luring ini diikuti anak SD. “Ketika saya mengajar tidak semua digabungkan. Misalnya, untuk SD saya memisahkan antara kelas 1 sampai kelas 3, kemudian kelas 4 sampai kelas 6. Karena gim yang saya berikan berbeda, kemampuan mereka juga dalam bahasa Inggrisnya tentunya berbeda,” jelas Asri.

Salah satu perserta, Aviran yang kini duduk di Kelas 3 SDN Kiabu mengaku mengikuti Offline English Class sejak kelas 2. Sudah banyak kosakata yang dihafalnya. Ia mengaku senang ikut kelas itu karena ingin pintar. 

“Diajari supaya pintar. Paling senang pas belajar karena sambil main-main,” tambah Alfian.

Peserta yang lain ialah Indriyani. Sobat Medi yang duduk di kelas 6 SDN 2 Kiabu itu senang karena dalam kelas itu mengajarkan menyanyi dan membaca. “Senang karena diajar membaca dan beryanyi,” ujar Indriyani yang kini sudah hafal beberapa lagu anak berbahasa Inggris.

Indriyani mengajak Sobat Medi yang lain untuk giat belajar. Ia berpendapat jika masa depan akan cerah jika sejak kecil bersungguh-sungguh belajar.

“Teman-teman, mari kita belajar supaya masa depan kita tercapai,” pungkas Indriyani yang bercita-cita menjadi guru bahasa Inggris itu. (Zuq/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya