Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
SEPERTI ayah dan anak lainnya, bermain gim juga menjadi hobi bersama bagi Rathio Nandi Adrianto dan sang putra, Aradhana Rahadi Adrianto. Namun, gim yang mereka sukai bukanlah gim masa kini, keduanya menyukai gim era 1980-an dan 1990-an.
Sebagaimana terlihat pada Sabtu (13/7) pagi, Rathio yang akrab disapa Adrra dan putranya sedang asik bermain. Tidak tangung-tanggung, di kediaman mereka di Timoho, Yogyakarta, itu, Adrra memiliki gim simulasi konvensional yang dimainkan dengan terlebih dulu memasukkan koin.
Dahulu, jenis permainan itu ada juga yang menyebutnya gim ding-dong. Laiknya permainan ding-dong. Jika tokoh yang dimainkan mati, uang koin harus dimasukkan kembali agar tokoh tersebut bisa hidup lagi.
Walau bukan era generasinya, sang putra yang berusia 7 tahun itu tampak menikmati gim tersebut.
Adrra mempunyai ruangan khusus, sekitar 1,5 meter x 2 meter, untuk menyimpan semua pernak-pernik gim jadulnya. Ada sekitar 300 gim retro di ruangan tersebut. Ia membaginya menjadi tiga bagian menurut perusahaan yang memproduksinya, yaitu Sega, Neo Geo, dan Nintendo.
Di tengah cepatnya laju perkembangan gim-gim daring (online), penggemar gim jadul ternyata masih ada. Mereka tidak sekadar menjadikannya klangenan, tetapi juga masih aktif memainkannya, baik dengan anggota keluarga maupun dengan rekan-rekannya.
Pria berusia 41 tahun itu mengaku, gim-gim miliknya ada yang dikoleksi sejak kecil, tetapi ada pula yang dikumpulkan mulai 2007. “Saya terus mengumpulkan karena memang masih senang dengan konsol 1980 dan 1990-an,” ujarnya kepada Media Indonesia.
Di antara gim-gim yang ada, gim yang populer ialah Nintendo dan Sega. “Hampir semua merek terkenal saya punya. Gim yang paling saya suka Super Mario karena itu yang mendampingi masa kecil saya,” kata dia sambil menunjukkan jenis-jenis gim koleksinya.
Adrra mengatakan, keseriusan hobinya juga didorong pencarian masa kecil. Saat itu tidak semua gim dapat ia miliki, setelah dewasa ia pun memuaskan keinginannya. “Ini adalah wujud dari mimpi-mimpi masa kecil saya,” tambahnya.
Adrra mengaku, sang istri tidak keberatan dengan hobinya tersebut sebab gim-gim itu bisa dimainkan bersama keluarga dan bisa pula untuk investasi. Contohnya, gim yang pada 1980-1990-an dijual Rp400-500 ribu, saat ini barang itu, bisa terjual Rp1,5 juta.
Ia mengaku, untuk saat ini, tidak begitu sulit mendapatkan gim retro yang diingini. “Asal ada uangnya, bisa dicari (gimnya). Biasanya kita browsing di media sosial lebih mudah. Ada kawan-kawan sesama pehobi yang sudah dikenal sehingga lebih mudah dan untuk bertransaksi juga lebih nyaman,” kata dia. Kebanyakan koleksinya didapat dari Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
Perkumpulan
Kegemaran Adrra memainkan gim retro tenyata memiliki wadah yang bernama Organisasi Retro Games Indonesia (ORGI). Saat ini dialah yang menjadi ketua perkumpulan tersebut, dengan anggota sekitar 7.500, yang tersebar di hampir seluruh Indonesia dan luar negeri.
Ternyata sudah banyak yang ikut bergabung, bahkan sampai mancanegara. ORGI tidak hanya tempat berkumpulnya para penggemar gim retro, tetapi antaranggota juga aktif berbagi info dan bertransaksi gim retro, ikut berbagai event, dan pameran ataupun gathering sesama pehobi.
“Anggota satu punya apa, anggota yang lain punya apa bisa saling tukar atau bisa dibeli. Semua bisa dilihat di Facebook ORGI, silakan,” kata dia.
Adrra menceritakan, dulu pertama kali, ORGI dibuat orang Bandung, kemudian berkembang hingga sekarang. Dari sekitar 7.500, yang aktif di Jakarta lebih banyak.
“Ini (gim retro) bagi kami tidak sekadar nostalgia, tapi juga ada nilai historisnya,” kata dia.
Nilai gim tergantung tiap-tiap individu, bisa karena nostalgia, nilai historis, ataupun kelangkaannya. Gim yang langka biasanya karena dulu sedikit yang memainkannya dan tidak begitu populer. Jenis gim langka semacam ini biasanya dicari kolektor. Tiap-tiap produk gim ada yang langka.
Ia mencontohkan Nintendo jenis colour tv yang diproduksi 1970-an akhir yang sangat dicari. Bahkan, harganya bisa sampai puluhan juta atau di atasnya, bergantung kondisi dan kelengkapannya.
ORGI berusaha memperkenalkan kepada generasi saat ini, sebelum gim daring berkembang seperti saat ini, ada era gim watch hingga gim ding-dong. Dengan ini, generasi sekarang bisa tahu dari mana video gim mereka itu berasal.
Pasalnya, sedikit yang tahu tentang gim-gim jadul. Mereka tahunya gim-gim yang ada di gadget mereka masing-masing. Padahal, pada 1980-1990-an juga telah ada gim-gim yang tidak kalah seru.
“Dengan mereka tahu dan mengenal gim-gim dulu, ingin kami bisa tumbuh solidaritas antarsemua generasi (pencinta gim),” pungkas dia. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved