Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Wajendra Hanif Athoillah Luthfi, Bocah Berhati Malaikat

Galih Agus Saputra
20/7/2019 04:25
Wajendra Hanif Athoillah Luthfi, Bocah Berhati Malaikat
Wajendra Hanif Athoillah Luthfi(MI/USMAN ISKANDAR)

DALAM episode Bocah Berhati Malaikat, kali ini ­program Kick Andy mencoba menghadirkan anak-anak yang dengan berbagai macam usaha telah meringankan beban orang-orang di sekitarnya. Meski mereka sendiri memiliki berbagai macam batasan, nyatannya hal itu tidak pernah menjadi penghalang untuk mengulurkan tangan.

Pertama, ada Wajendra Hanif Athoillah Luthfi, 11, atau yang biasa disapa Hanhan. Walau masih duduk di bangku SD, cita-citanya sungguh luar biasa karena ingin membantu biaya pengobatan kanker mata yang diderita seorang anak bernama Farih. Hanhan belum bekerja dan tentunya tidak punya penghasilan. Oleh karena itu, ia memanfaatkan keahilannya di bidang olahraga ­untuk membantu menggalang dana.

Selama ini, Hanhan memang dikenal sebagai anak yang pintar, menyenangkan, suka menolong, dan memiliki segudang prestasi nonakademis. Ia pernah mendapat lima medali emas, enam medali perak, dan lima medali perunggu dari berbagai kejuaraan taekwondo, mulai tingkat kota, provinsi, hingga nasional.

“Saya belajar taekwondo dari usia tujuh tahun. Memang dari keinginan sendiri, supaya dapat melindungi teman dan keluarga, atau mereka yang membutuhkan pertolongan,” katanya.

Menariknya, kecintaan yang mendalam pada dunia olahraga itulah yang kemudian menggerakkan hati Hanhan untuk menjalankan misi kemanusiaan. Dalam usahanya menggalang dana untuk Farih, Hanhan rela berenang, bersepeda dan berlari secara estafet tanpa jeda atau yang selama ini disebut triatlon. Berbekal dukungan orangtua, Hanhan akhirnya berhasil menyelesaikan misinya pada 2 Mei silam.

Bukan adik kandung

Triatlon ini ialah aksi pertama yang dilakukan Hanhan. Setelah menyiapkan fisik dan mental melalui berbagai macam latihan selama 3 bulan, ia lantas berenang sejauh 200 meter, kemudian dilanjut dengan bersepeda sejauh 35 kilometer, dan berlari sejauh 6,7 kilometer. Aksi tersebut, sebelum dan sesudahnya juga dipublikasikan melalui media sosial dan Kitabisa.com agar dapat menarik simpati orang hingga kemudian bersedia memberikan donasi untuk Farih.

“Awalnya saya tidak menentukan siapa yang mau saya tolong. Siapa saja yang mau ditolong saya tolong, tetapi waktu itu terus tahu adik Farih dari Kitabisa.com,” imbuhnya.

Menurut ayah Hanhan, ­Lutfi Kurnia, adanya rasa empati dan kemanusian yang dimiliki Hanhan dewasa ini sudah terlihat sejak kecil. Lutfi yang bekerja di bidang sosial, lingkungan, dan ­kemanusiaan bahkan mengaku sering meng­ajak Hanhan yang saat itu masih berusia empat tahun untuk terjun ke lapangan. Dari kesempatan itulah, ­Hanhan kemudian sering terlibat dalam berbagai macam kegiatan, mulai memungut sampah atau berbagai macam kegiatan lainnya yang berhubungan dengan penanggulang­an bencana alam.

­Dalam tumbuh kembangnya, Lutfi juga menga­takan bahwa ia selalu mewariskan nilai-nilai tertentu, seperti rasa syukur dan kepedulian sejak dini agar dapat mengerti kondisi orang-orang di sekitarnya. “Dari situ empatinya semakin terasah karena ­kerap melihat masyarakat yang memang sedang kesulitan,” ­imbuhnya.

Sementara itu, Farih yang kini telah berusia kurang lebih 5 tahun, telah berjuang melawan kanker mata yang diderita selama empat tahun belakangan. Ayah Farih, Fufu Syarifudin, mengatakan bahwa kondisi itu telah dialami anaknya sejak usia satu tahun.

“Waktu itu, kami periksakan ke dokter mata di RSUD, dari sana kemudian mendapat rujukan ke RSCM. Kemudian di RSCM kita tahu, Fahri ini divonis retinoblastoma. Jadi, selama itu ­pengobatannya kemo­terapi dan laser,” imbuhnya.

Adapun biaya pengobatan itu, kemudian sedikit banyak dapat dibantu lewat aksi galang dana yang dilakukan Hanhan. Selama menempuh trialton, Hanhan telah mendapatkan dana dari para dermawan sekitar Rp13 juta. “Seratus persen diberikan kepada adik Fahri,” kata Hanhan.

Berangkat dari pengalaman itu, Hanhan selanjutnya berharap dapat menuntaskan lebih banyak misi mulia untuk orang-orang di sekitarnya yang ­butuh pertolongan. Namun, Hanhan sendiri juga selalu berpegang teguh pada prinsip bahwa ia tidak mau membantu orang lain dengan cara meminta uang kepada orangtua. Baginya, niat membantu orang lain harus ditempuh dan diraih dengan cara ­berusaha sekuat tenaga.

Saat ini Hanhan tengah mempersiapkan misi lain untuk membantu ­sesama. Meski belum menentukan siapa ­orang yang hendak ­ditolongnya, ia mengaku hendak berlari dari Gunung Gede hingga Gunung Pangrango. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya