Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Dari Keterpurukan, Merengkuh Impian Besar

Suryani Wandari Putri Pertiwi
05/7/2019 20:55
Dari Keterpurukan, Merengkuh Impian Besar
Julianto Eka Putra, Pendiri SMA Selamat Pagi Indonesia(Dok. HDI)

Di tengah perjuangannya menggapai mimpi, keterpurukan dan kegelisahan  menghantui Sheren (Dinda Hauw) dan Sayydah (Rachel Amanda), dua siswa SMA Selamat Pagi Indonesia ketika mendapati teman-teman sekolahnya tak serius menggapai ilmu.

"Aku bilang juga apa, ini tuh kandang ayam, aku benci setiap hari ada di sini," ucap Sayydah dalam salah satu adegan.

Ya, ia menjadi pesimistis karena merasa mimpinya akan sulit tercapai jika dalam lingkungan sekolah seperti itu. Banyak siswa yang malas, bandel dan pelanggar aturan, merokok atau mabuk-mabukan, seperti Robet (Aldi Maldini) dan kawan-kawannya.

Hal ini bisa terjadi karena latar belakang para siswa yang amat beragam, bahkan kadang amat bertolak belakang. Ada yang yatim, piatu, ada yang kurang mampu dan punya gangguan fisik, ada pula yang kecanduan alkohol oplosan. Label sekolah gratis di SMA Selamat Pagi Indonesia membuat tidak sedikit siswa bertingkah bak tanpa aturan.

Mendapati kondisi nan rumit tersebut, bahkan hingga membuat salah satu pengajar undur diri, Julianto Eka Putra (Verdi Solaiman) selaku pendiri sekolah akhirnya turun tangan untuk mengubah pendekatan kepada siswa. Bahkan ia rela mengalihkan fokus karier dan waktunya sebagai pengusaha sekaligus salah satu top leader PT Harmoni Dinamik Indonesia (HDI), perusahaan social network marketing, untuk terjun langsung membina siswa-siswi sekolahnya.

Alih-alih mengulangi praktik kekerasan saat mengajar, laki-laki yang akrab dipanggil Koh Jul itu lebih banyak memberikan motivasi, memberikan contoh perilaku, hingga memberikan sudut pandang berbeda terhadap mimpi mereka.

"Saya percaya semua anak yang ada di sini bisa mengubah dunia," kata Koh Jul. Lima kunci penyemangat pun  disulutkan kepada anak -anak binaannya yakni adalah big dream, big hope, big spirit, big action dan big success.

Ya, meskipun berjudul 'Say I Love You' dan bergenre drama romantis, film garapan sutradara Faozan Rizal ini justru lebih banyak bicara mengenai penggapaian mimpi dan penggambaran generasi milenial  yang ulet dan gigih dari kisah nyata para tokohnya yang memiliki mimpi-mimpi berbeda.

Misalnya saja yang dirasakan Robet, siswa yang terkenal karena kebiasaan buruknya ini digambarkan jatuh cinta terhadap Sheren. Mereka berdua terjebak dengan aturan seolah yang melarang siswa berpacaran. Namun, akhirnya keduanya tak memikirkan pacaran justru saling mendukung mmenciptakan pertunjukan drama teater Blaze of Glory.

Tak hanya itu, prestasi demi prestasi pun ditunjukkan siswa untuk mematahkanpandangan sebelah mata banyak orang terhadap sekolahnya, dan membangkitkan percaya diri mereka.

Film yang tayang 4 Juli kemarin ini rasanya sangat cocok ditonton semua orang untuk megisi liburan dengan kisah yang sangat menyentuh dan penuh haru. Karena diangkat dari kisah nyata perjuangan sang penggagas, Koh Jul, yang juga telah mendapatkan pengghargaan Kick Andy Heroes 2018, film ini bisa pula menjadi rujukan bagi segenap praktisi dan pemerhati dunia pendidikan. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik