Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Inem Bagi-Bagi Sembako

Galih Agus Saputra
02/6/2019 02:00
Inem Bagi-Bagi Sembako
Made Dyah Agustina atau yang lebih dikenal dengan sosok ‘Inem Jogja’ atau(MI/SUMARYANTO BRONTO)

MADE Dyah Agustina atau yang lebih dikenal dengan sosok ‘Inem Jogja’ atau 'Inem Jalan-Jalan' ialah seniman tari dari Yogyakarta yang berpenampilan nyentrik dan kerap berkeliling Yogyakarta untuk membagikan nasi bungkus serta sembako kepada orang-orang yang dijumpainya.

Dalam setiap aksinya Inem selalu mengenakan kebaya dan merias wajahnya seperti badut. Walau memiliki kesibukan sebagai guru sanggar tari, ibu dua anak itu tetap menyempatkan diri untuk terjun langsung ke masyarakat, dan mengajak murid-muridnya untuk melakukan kegiatan sosial, serta memberikan pertunjukan yang edukatif bagi masyarakat di Yogyakarta.

Inem atau Made lebih suka memilih jalanan sebagai tempatnya berkarya atau berkesenian. Ia merupakan lulusan S-2 manajemen pertunjukan, serta S-1 seni tari di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Made mengawali aksinya itu sejak 2018 lantaran ingin menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Tak hanya berjalan-jalan sambil membagikan nasi bungkus atau sembako, Inem juga kerap memungut sampah di jalanan, dan mendengarkan keluh kesah, bahkan berbagi keceriaan dengan orang-orang yang ia temui.

Meski begitu, niat baik Inem tampaknya tidak selalu berjalan mulus. Ia sempat mendapat berbagai macam respons dari orang-orang yang dijumpainya, mulai yang senang hingga marah. Tidak hanya itu, Inem bahkan sempat dikira merebut tempat atau wilayah mengamen di suatu tempat yang dikunjunginya. Padahal, dalam setiap aksinya, Inem tidak pernah mencari keuntungan, tetapi hanya berbagi kebaikan. Pada suatu waktu, Inem bahkan sempat ditangkap Satpol PP.

“Waktu itu, pertama kalinya Inem jalan-jalan. Inem datang ke Malioboro dan kemungkinan memang Inem yang salah karena tidak minta izin. Tetapi bagi Inem, saat itu tidak perform, saya juga tidak menarik perhatian yang sampai membuat masyarakat mengerubungi saya, tapi saya cuma jalan-jalan saja. Saya cuma melakukan hal positif, misalnya, ketika ada sampah, saya ambil. Terus kalau waktu saya punya dana, saya bagi nasi bungkus,” tutur Inem.

Pada mulanya, Inem selalu menggunakan uang pribadi untuk berbagi nasi atau sembako kepada orang-orang yang dijumpainya. Ia juga tidak pernah menerima sumbangan, atau memanfaatkan kebaikan orang lain demi keuntungannya sendiri. Namun, lambat laun respons masyarakat justru semakin baik atas aksi yang dilakukannya. Tak jarang, ada orang yang menghubungi akun media sosialnya untuk menginformasikan keberadaan orang yang kurang beruntung nasibnya.

“Setelah itu saya memproduksi kaus, bersama penjahit yang usahanya masih kecil. Itung-itung untuk memberi rejeki ke mereka. Keuntungan dari kaus itu sekitar Rp10 ribu sampai Rp15ribu dan kemudian saya gunakan untuk membeli nasi bungkus,” imbuhnya.

Pada awal 2019, Inem lantas dihubungi Kitabisa.com untuk dibuatkan kampanye penggalangan dana. Dari situlah ia kemudian mendata warga di desa-desa yang belum mendapatakan bantuan dari pemerintah, yang selanjutnya hendak diberi bantuan dari donasi yang Inem terima. Inem tidak memberi kriteria siapa yang berhak menerima donasi darinya karena kuncinya adalah satu, yaitu siapa yang hidupnya susah akan diberi bantuan olehnya. Dari pendataan itu, kini Inem dapat membagikan 10 paket sembako kepada orang yang dijumpainya selama jalan-jalan di Yogyakarta. (M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya