“Apakah salah ikut militer Jepang?” tanya Abdullah, salah satu santri senior.
“Tidak, sama sekali tidak salah. Apanya yang salah? Justru dengan bergabung di militer, kita bisa menjadi lebih kuat dan belajar banyak dari teknik berperang ‘saudara tua’ kita itu,” aku menjawab kalem.
Mereka telah mengeruk habis kekayaan Indonesia, maka mari keruk habis juga ilmu dan teknik berperang mereka.
Ahmad Sanusi dikenal luas sebagai ulama dan pendiri organisasi yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan, yakni AII (Al Ittihadiyatul Islamiyah), tetapi banyak pula sisi lain dari tokoh ini yang bisa dijadikan inspirasi bagi banyak orang. Sebagai intelektual yang telah banyak menghasilkan karya, ia pun merupakan pejuang yang tak segan mengangkat senjata bagi ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya.
Dengan pendekatan yang humanis dan personal, novel ini tidak hanya menyajikan kronologi sejarah yang pahit-manis, tetapi juga menyingkap gaya berpikir, nalar, dan sisi romantis KH Ahmad Sanusi. (M-4)
