Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
Saat itu, Januari 2016, Tommy menyaksikan show Kick Andy yang mengundang narasumber seniman disabilitas dengan tema Melukis dengan hati. Acara ini menyadarkan Tommy yang telah 14 tahun lamanya berkarier di bidang teknologi informasi. Dia kemudian terpanggil untuk melakukan sesuatu untuk orang-orang di luar sana. Ia mempertanyakan kontribusi apa yang bisa diberikannya.
Tommy pun berinisiatif untuk mengunjungi para narasumber tersebut yakni, Sadikin Pard di Malang. Dirinya menggali banyak informasi mengenai bagaimana pelukis yang memiliki keistimewaan ini bisa berjuang lewat seni. Ia pun menggali informasi mengenai para disabilitas yang berkemungkinan masih hidup di bawah garis kemiskinan dan kesulitan.
“Pak Sadikin menceritakan ternyata masih banyak para disabilitas yang merupakan seniman yang kesulitan jual lukisan. Dari situ Pak Sadikin banyak cerita dan memberikan banyak jaringan dari teman-teman beliau. Salah satunya Mas Rodi,” cerita Tommy.
Setelah itu, Tommy membutuhkan 1 tahun untuk mempersiapkan dan mendirikan gerakan The Able Art. ia menemui banyak para penyandang disabilitas yang melakukan kegiatan seni. Tommy bahkan berani untuk keluar dari pekerjaannya demi fokus secara menyeluruh menjalankan The Able Art.
Mengaplikasikan berbagai karya lukisan ke dalam berbagai produk terutama fesyen merupakan bisnis yang digeluti oleh The Able Art. Namun, lukisan yang digunakan bukan lukisan biasa, melainkan merupakan karya dari para penyandang difabel yang direproduksi melalui wadah The Able Art.
Tommy dan Siane mulai merintis bisnis sosial ini sejak 2016. Ide tersebut muncul saat menonton tayangan Kick Andy yang menghadirkan Sadikin, pelukis disabilitas. Hanya bermodal bisnis yang masih terhitung kasar saat itu, Tommy menggaet Sadikin untuk berkolaborasi. Sejak saat itu, The Able Art pun mulai berjalan.
“Waktu itu Mas Tommy datang ke rumah lalu mengatakan ingin bekerja tidak hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tapi juga untuk orang lain. Saya pun ingin memberikan manfaat kepada orang lain juga, saya pun bergabung dengan Mas Tommy,” ujar Sadikin yang disampaikan lewat tayangan video.
Bentuk kerja sama antara The Able Art dan para pelukis disabilitas ialah berupa hak cipta melakukan reproduksi lukisan. Karya lukisan tersebut akan difoto untuk kemudian diaplikasikan ke berbagai macam produk sehingga selain mendapatkan keuntungan royalti. Para seniman disabilitas bisa menjual karya lukisnya kepada siapa saja. Konsep The Able Art bukan sekadar bisnis semata, Tommy dan Siane memiliki misi untuk memperkenalkan karya lukisan para seniman disabilitas dan mampu meningkatkan perekonomian mereka.
Pada awalnya, Tommy mengerjakan gerakan ini sembari bekerja juga. Akan tetapi dirinya merasa tidak maksimal dalam proses pengembangan produk tersebut. Akhirnya Tommy memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus untuk The Able Art. Keputusan ini pun disetujui istrinya, Siane. Bagi Siane gerakan ini harus berjalan dan dlakukan dengan serius.
“Ini harus dijual dan desainnya harus segera jadi. Awalnya memang takut, saya nangis setiap hari. Karena setiap mengawali sesuatu, takut itu wajar. Tapi saya langsung berlutut dan berdoa kepada Tuhan untuk menguatkan saya,” pungkas Siane.
Tommy dan Siane terhitung pemula dalam bisnis fesyen ini. Mereka berdua pun mengaku belajar banyak hal secara autodidak, mulai dari soal fesyen, bisnis, hingga desain. Beberapa produk yang dihasilkan, seperti tas, tote bag, pouch, hingga hijab. Gerakan ini membuat para seniman disabilitas merasa dihargai karya-karyanya dan lebih dikenal. Tak hanya itu, mereka pun menjadi lebih percaya diri lagi untuk berkarya.
The Able Art ini memiliki konsep pembagian pendapatan berupa 55% untuk para pelukis sebagai royalti. Kemudian, 5% dari semua pendapatan pelukis disatukan dalam funding basket untuk dibelikan alat-alat melukis dan menggambar bagi para seniman yang mau belajar dan lukisan mereka belum bisa direproduksi karena belum bisa dijual. Lalu, 40% pendapatan untuk The Able Art sebagai keberlanjutan bisnis.
“Lambang The Able Art ada hati melambangkan kehidupan kita, kalau lilin menggambarkan terang. Jadi, maknanya hidup kita itu harus menyala, sekecil apa pun cahayanya bagi teman-teman kita atau orang lain. Kita harus menjadi terang bagi sesama kita,” tukas Tommy. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved